Selesai

5K 497 24
                                    

Jangan...pelit..vote🔍.

Author Pov.

Arini melempar semua barang yang ada disekitarnya, para maid tampak khawatir di luar kamar Arini. Semenjak nyonya mereka pulang dan masuk ke kamarnya, Arini sudah menangis.

Dan mengunci pintu kamar, lalu melempar barang ke seluruh kamarnya. Teriakan pilu juga terdengar, kasihan sekali Nyonya muda mereka.

"ARGHH!! SIALAN! AKU BENCI KAU SEAN AKU MEMBENCIMU!!" Teriakan histeris itu kembali terdengar. Arini terduduk di pinggir ranjangnya. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari matanya.

Dadanya sesak, dia sudah biasa putus dalam hal berpacaran, tapi rasa sakitnya tidak sesakit ini. Arini meremat kain di bagian dadanya.

"Hiks..sakit sekali...hiks..SEAN AKU MEMBENCIMU!! BRENGSEK! SIALAN BAJINGAN KAU!! HUAAAAAA AKU MEMBENCIMU!!"

Malam itu, diakhiri dengan teriakan dan kesedihan yang mendalam dari Arini.

Sedangkan itu, keadaan tak jauh beda dengan apa yang Sean alami. Dia baru sadar dari pingsannya dan mendapati dirinya berada di kamar inap Rumah Sakit.

Sean hendak keluar, tapi mereka mengunci pintu kamarnya. Itu juga atas perintah Arini, karena jika Sean dibiarkan keluar dengan keadaan batin yang kacau. Itu hanya akan menambah masalah.

Brak!

"KELUARKAN AKU!! BAJINGAN!! BIARKAN AKU KELUAR!! AKU HARUS MENEMUI ARINI!! ARRRRRGGGHH KELUARKAN AKU!!" Raung Sean setelah melempar kursi tunggu di dalam kamarnya.

Keadaannya kacau, wajah yang pucat dengan air mata mengalir deras. Mata yang memerah karena efek emosi dan juga eir mata. Napasnya terengah-engah karena emosi yang tidak terkontrol.

Sean menggeram, dia mengedarkan tatapannya ke seluruh ruangan. Tatapannya tertuju pada meja kaca yang ada di tengah kamar, dengan segera dia berjalan mendekat.

Dan mengangkat meja kaca tersebut "KELUARKAN AKU SIALAN!!"

PRANG!

Meja kaca itu hancur berkeping-keping, setelah Sean melemparnya ke arah pintu. Napasnya memburu, kedua tangannya terkepal erat sampai urat-urat menonjol dengan jelas.

"Brengsek..hiks..brengsek!! KELUARKAN AKU!!"

Brak! Brak! Brak!

Sean kembali memukul pintu di depannya, dia sudah putus asa, dahinya menyentuh pintu dan tubuhnya merosot ke lantai.

Bahunya bergetar, dia kembali kehilangan segalanya. Kehilangan Arini dan cintanya, kehilangan segalanya, Sean sudah kehilangan alasannya untuk hidup.

"Hiks..keluarkan aku..hiks..huaaaaaaa keluarkan aku!! hiks..aku harus..aku harus bertemu Kak Arini...hiks..aku harus menjelaskan semuanya..aku..hiks..aku gamau kehilangan dia...hiks..keluarkan aku..kumohon.."

Isakan dan lirihannya terdengar pilu, para penjaga merasa kasihan. Tapi ini adalah perintah Nyonya mereka dan tak bisa dibantah.

Sean berbalik, dan menyenderkan punggungnya ke pintu. Memeluk erat kedua kakinya dan menelusupkan kepalanya disana.

"Hiks..Kak Arini..maafkan aku..hiks..aku gamau dibuang..hiks..kak Arini...hiks..jangan buang aku...jangan tinggalin aku..hiks..Kak Arini.."

Sean lemah, dia merasa terpuruk hanya karena Arini. Tapi...Arini adalah segalanya bagi Sean, tanpa Arini...Sean tak merasa punya tujuan hidup.

Dia sudah bahagia, bahkan dia tak lagi mual saat mendengar kata cinta dari Arini. Arini obat yang selama ini dia cari "Arini..hiks..maafkan aku..bunuh saja aku...sayang..hiks..bunuh saja aku.." Lirih Sean.

Dia..benar-benar ingin mati. Daripada hidup seperti sebelum bertemu Arini, lebih baik Sean mati. "Bunuh aku..jika itu membuatmu senang..hiks..BUNUH SAJA AKU!!."

Sean meremat rambutnya, merematnya sangat kuat sampai membuat helai-helai rambut tercabut dari akarnya.

Keduanya sama-sama terpuruk, cinta mereka terlalu dalam sampai akal sehat mereka hampir hilang. Mereka terlalu larut dalam euforia kebahagiaan yang mereka ciptakan sendiri.

Hanya tinggal menunggu waktu, sampai akal sehat salah satu diantara mereka hilang. Dan melakukan sesuatu diluar nalar.















My gemoy boyfriend.
End.

My Gemoy Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang