Next 1

5.7K 575 53
                                    

Gak sad, ayo coba pencet bintangnya semua~.

Author Pov.

Suara berisik dari teriakan para pasien terdengar, ada yang berteriak, tertawa, menangis, bahkan hanya diam saja pun ada.

Rumah Sakit Jiwa Jakarta Center, menampung 368 pasien sakit jiwa.

Biasanya, jam 8 pagi para pasien yang sudah dimandikan dan diberi sarapan, akan dibiarkan bermain di taman luas disana.

Mereka bermain, terkadang ada yang berkelahi, mereka tertawa dan menikmati dunia mereka sendiri. Disaat yang lainnya sedang sibuk bermain, berbeda dengan seorang pemuda satu ini.

Dia tak akan bermain, dia hanya duduk di bawah pohon seraya menyulam sesuatu. 'Tapi sakit jiwa, kok bisa nyulam?'.

Sakit yang dia alami berbeda, sebenarnya dengan pergi ke Psikiater dia juga bisa. Tapi Bipolarnya yang baru muncul sejak 2 tahun lalu membahayakannya. Maka dari itu Papa dan Mamanya membawanya ke RSJ.

Srak.

"Hai Ezra, kamu lagi apa?"

Pemuda yang dipanggil Sean itu berhenti menyulam, dia dengan segera memeluk erat kain sulamannya dan menggeleng ribut.

"J-jangan ambil Arini..hiks..pergi..jangan ambil Arininya Sean..hiks..jangan.." Lirihnya dengan air mata yang tak terbendung.

Dia memeluk semakin erat kain putih tersebut, dan membiarkan sesiapapun mengambilnya. Perawat wanita tadi menatap sedih Sean, sejak Sean dibawa kemari. Kain putih itu sudah ditangannya.

Pemuda tampan, yang semakin hari semakin kurus. Rambutnya semakin panjang walau setiap bulannya di potong. Matanya yang tak memiliki semangat hidup, dan sayu.

Nampak jelas, jika Sean ini patah hati yang mendalam "Aku gak ambil kok, Ezra tau gak, jam 10 nanti ada yang jenguk Ezra loh" Sean mendengarkan.

Dia mendongak dan menatap perawar itu penuh tanda tanya "Siapa?" Bisiknya. Dia meremat-remat kain putih ditangannya, dan memandang lekat apa yang selama ini dia kerjakan.

"Wanita cantik, dia akan datang untuk jenguk kamu"

Wanita? Cantik? Jantung Sean tak terasa semakin berdebar. Apa...dia Arini? Tapi tak mungkin, Arini sudah menikah di luar negeri sana, meninggalkan Sean terpuruk di Indonesia.

"Aku...gamau..AKU GAMAU KETEMU DIA!!" Sean langsung bangkit dan berlari masuk ke dalam. Dia tak mau bertemu wanita cantik itu, sangat amat tidak mau.

Perawat tadi berdiri dan menghela napas lelah "Obat kamu, hanya wanita itu Ezra" Gumamnya, kemudian berjalan mendekati pasien lainnya.

Sean berlari di sepanjang lorong, setelah sampai dia langsung masuk dan mengunci kamarnya. Berjalan cepat menuju kasur dan naik, lalu menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Bahunya bergetar, Sean menangis dalam diam dengan kain putih itu di dekapannya. Ingatan 2 tahun lalu kembali datang.

"D-dimana Buk Arini!?"

"Ezra...Buk Arini sudah pergi ke London. Dia harus melangsungkan pernikahannya disana"

"A-apa? Itu...gak mungkin.."

"Itu mungkin, Arini akan menikahi calon yang keluarganya siapkan. Dia berasal dari kalangan orang terpandang, bukan seperti kau"

Sean meringkuk semakin dalam, dia tak bisa keluar dari bayang-bayang Arini. Selalu Arini dan hanya Arini, bahkan seisi kamar Sean penuh dengan lukisan wajah Arini.

Sean yang menggambarnya sendiri, untuk mengobati rasa rindunya pada mantannya.

"Hiks..Kak Arini..hiks..hukumannya kapan selesai..hiks...Sean capek..huhuuuuu kak Arini Sean minta maaf...hiks..Sean salah kak..hiks..kak Arini.." Sean terisak-isak, dia meremat kuat dadanya guna menghalau sesak yang datang.

Sean salah, dia salah. Sean tak sanggup lagi, dia mau mati saja jika seperti ini terus. Lama menangis, akhirnya Sean tertidur dengan isakan kecil yang masih terdengar.













































Matahari sudah setengah naik, pasien sudah kembali ke kamar mereka masing-masing untuk minum obat dam pertemuan dengan Dokter.

Sean menggeliat pelan, kenapa rasanya nyaman sekali. Sesuatu yang hangat membelai rambutnya, sesuatu yang halus mengelus pipinya. Sesuatu yang nyaman memangku kepalanya.

Ini adalah, kenyamanan yang sama yang Sean rasakan dulu. "Hiks..mimpi..Sean benci..pergilah Kak..hiks..jangan datang ke mimpi Sean.." Lirih Sean, matanya masih terpejam, tapi air mata keluar dari sudutnya.

Sesuatu menyeka air mata Sean, dan kekenyalan yang hangat menyapa dahi Sean. "Ini bukan mimpi Sean, bangunlah dan lihat" Suara lembut dan halus terdengar. Tubuh Sean menegang dan kaku, perlahan dia membuka mata.

Dan melihat dengan jelas, wajah cantik seseorang dari bawah. Mengerjab 3 kali untuk memperjelas penglihatannya, Sean mengarahkan tanganmya hendak menggapai pipi wanita itu.

Tapi kemudian dia menarik kembali tangannya dan menggenggamnya "Kak Arini pasti jijik, Kak Arini gamau disentuh orang gila" Cicit Sean, dia hendak bangun dari pangkuan nyaman itu, sebelum akhirnya pelukan erat menerjangnya.

Sean kaget, kedua tangannya menggantung di udara, sedangkan wanita itu masih memeluknya "Kakak gak jijik, Sean," bisiknya kemudian melepaskan pelukannya, dan menatap lekat Sean. Binar kerinduan nampak jelas dimatanya.

Dia memegang tangan kanan Sean, dan mengarahkan telapaknya ke pipinya.

"Lihat, Kakak gak jijik sayang. Maafin kakak yang uda ninggalin kamu, kakak harus mengurus bajingan gila yang bernama James itu. Setelah kakak kembali, kamunya malah ngilang. Ternyata ada disini" Ungkapnya tulus. Sean tak melihat kebohongan di kedua mata Arini.

Sean memajukan bibir bawahnya, matanya menyendu dan memerah. Sedetik kemudian air mata kembali mengalir dari matanya "Kakak...Sean kangen.." Lirih Sean.

Dengan perasaan bahagia, penyesalan dan rasa bersalah yang bercampur aduk. Arini kembali memeluk Sean dan menepuk pelan punggung pemuda itu "Hiks...Sean kangen Kak...hiks..Sean gamau ditinggal lagi..jangan tinggalin Sean..hiks..Sean mohon" Lirihnya di bahu Arini.

Arini mengangguk, dia tak akan meninggalkan Sean lagi, tidak untuk selama sisa waktu hidupnya di dunia "Iya sayang, kakak gak akan ninggalin Sean lagi. Maaf ya" balas Arini.

Sean hanya diam, memejamkan matanya dan menikmati elusan Arini di tubuhnya. Dia merindukan semua ini, jika pun ini mimpi ataupun Lucid dream, Sean tak berharap dia terbangun lagi di dunia nyatanya yang kelam.































Tbc.
Jangan lupa vote🐍.

My Gemoy Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang