Chapter 6: Cemburu

3.4K 521 185
                                    

Selepas selesainya penyuluhan paling bodoh seumur hidup Nayaa, si Manis bergegas menjauh dari aula. Ia benar-benar muak dengan kekasih kakaknya yang bermuka dua. Ck.

Tanpa peduli lagi Arel yang memanggil-manggil namanya, Chenle tetap berjalan cepat menuju kelas; mengambil tasnya; lalu pulang. Beruntung penyuluhan memakan waktu banyak hingga jam sekolah selesai.

"Naya!!”

Chenle berhenti berjalan dan memejamkan kedua maniknya saat merasa namanya dipanggil dengan suara bass khas 'dia'.

"Lo gamau ngambil hadiah lo, hm?"

Chenle memandang sinis pria berahang tegas didepannya. Sedikit merasa jengkel mengingat malam minggu kelamnya beberapa hari yang lalu.

"Gak perlu. Gak guna."

Chenle baru saja hendak melangkah keluar dari halaman sekolah, sebelum merasa lengan kanannya dicengkram. Ia ditarik begitu saja menuju motor Ducati hitam metaliknya.

Chenle mendengus saat pria didepannya menyodorkan helm yang—sialan, bermotif Lumba-lumba. "Lo gila?! Gue cowok ya! Enak aja ngasih helm begini!" ujar si Cantik sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

Tak mengindahkan yang lebih muda, Alvano langsung memasangkan helm miliknya langsung kepada pria manis didepannya. Sedikit mendapat amukan dolphin betina, namun bukan Alvano namanya kalau itu saja tak bisa diselesaikan.

"Lo pake helmnya, nanti gue traktir J-Co dua kotak." Sontak saja Nayaa tersenyum lebar dan mengangguk semangat.

Sudah seperti kencan, 'kan?


●○●



Berakhir di Mall Central Park, entah apa yang akan dilakukan dua insan ini.

Setelah memakirkan motornya, Jisung merangkul pundak teman jalannya dan mulai masuk kedalam Mall. Tak sedikit yang mencoba mengambil atensi seorang Jisung Alvano. Sudah ganteng, anak UI, siapa yang tidak suka?

"Mau kemana dulu?"

"Eum, boleh ke toko buku, gak? Gue mau liat-liat komik." Jisung mengangguk dan beralih mengenggam tangan si Manis, yang mana dapat menyebabkan jantung berdebar hebat dan sapuan rona merah pada kedua pipi.

Gramedia menjadi destinasi berikutnya.

Kedua manik Nayaa berbinar dan segera berlari kearah rak khusus komik Manga kesayangannya. Ia suka One piece, fyi.

Alvano sedari tadi hanya melihat saja. Sesekali terkikik gemas saat melihat bagaimana lucunya adik dari kekasihnya sendiri.

"Alvano?"

Jisung berbalik, "Fajrin? Lino Fajrin, 'kan? Woah, apa kabar, bro?" Mereka saling berpelukan dan menepuk punggung masing-masing sambil tertawa.

"Baik. Lo sendiri? Lama gak jumpa nih." Lino Fajrin Winata, teman ekskul basket Jisung saat masih SMA. Terakhir bertemu beberapa bulan yang lalu saat reuni. Wajar rindu, mereka bisa terbilang cukup dekat dulu.

"Oh, gue sama—"

"Gue udah dapet nih—eh? Temen lo?"

Lino dan Chenle spontan saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing.

"Temen lo, Al? Lucu nih." Nayaa mendengus melihat aksi kerdus teman kekasih kakaknya ini.

"Bukan—

—dia pacar gue, kok. Eh, duluan ya. Mau makan dulu, nih. Bye!" Alvano langsung menarik tangan Nayaa untuk segera pergi; mengabaikan tatapan bingung Lino.

Sorry Not Sorry | Jichen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang