Chapter 8: Belanja bareng

3.1K 514 86
                                    

Senin pagi ini menjadi salah satu hari Senin terbaik bagi Chenle Anaya. Alasannya hanya satu, anak kelas akhir sedang ujian yang otomatis adik-adik kelasnya diharuskan untuk libur.

Dengan ceria Nayaa turun keruang makan untuk sarapan. Bunda dan kakaknya sudah sangat cerewet memanggilnya sedari tadi.

"Pendek, lama banget, sih. udah lumutan, nih."

Nayaa hanya memeletkan lidah sebagai balasan atas ucapan kakaknya. Sang bunda yang sedang mengoleskan selai coklat di atas selembar roti bakar hanya tersenyum gemas saat melihat interaksi kedua anaknya.

"Le, kamu gak sekolah kan?" Tanya sang kepala keluarga dengan tatapan yang tetap mengarah pada korannya.

Nayaa menggeleng, "nggak, yah kakak kelas ujian jadi aku diliburin."

TING TONG!

"Le, kamu buka—"

"Biar aku aja, Bun!"

Sang bunda mengernyit bingung saat putri sulungnya bergegas pergi membuka pintu. Biasanya ia akan menjadi orang pertama yang menolak suruhan itu.

"Bunda, ayah!"

Meskipun Chenle tidak di panggil, namun sih manis tetap mengadahkan kepalanya untuk melihat kenapa kakaknya begitu sangat antusias saat ini.

—Oh

"Itu siapa Tazya?"

Tazya mendudukkan sosok itu di sampingnya; di depan Nayaa.

Jisung Alvano; jelas menjadi sebab antusias nya seorang Yeji Anatazya.

"Ayah, bunda, ini Jisung Alvano, pacar aku dari awal aku masuk kuliah!"

Nayaa mengedikkan bahu acuh dan kembali fokus pada nasi goreng buatan bundanya. Walaupun begitu, sesekali kali ia mencuri pandang ke arah sosok berkemeja hitam polos yang terlihat sangat tampan pagi ini.

"Nak Alvano kuliah dimana? Sama kaya Tazya?" Jisung mengangguk dengan senyum khas andalannya.

"Jurusan apa?"

"Kedokteran, Om."

Lagi-lagi Nayaa menghembuskan nafas kesal, ayah dan bundanya sibuk dengan sosok pria asing yang menjabat predikat kekasih kakaknya. Padahal Nayaa punya banyak sekali hal yang ingin ia ceritakan.




"Kapan nikah?"


Vano yang semula sedang mengunyah nasi goreng harus tersedak saat mendengar pertanyaan blak-blakan ayah dari kekasihnya ini.

Menikah ya?

Terdiam sejenak untuk berfikir, Vano total kalut mendengar pertanyaan ini. Ada keraguan dalam hati untuk menjawab, karena sedari tadi pun fokusnya hanya berpusat pada sosok manis dengan Piyama lucu bermotif lumba-lumba di depannya.

"Yang, kok diem?"

Vano baru tersadar dari lamunannya saat mendapat sikutan pelan dari sang pacar.

Berdehem sedikit guna menghalau gugup, "belum kepikiran, Om. Jalanin dulu aja kayaknya. Kalo hati udah siap pasti saya lamar kok." Sang bunda terkikik geli dan Tazya beserta pacarnya hingga mereka kikuk sendiri.

"Aku selesai."

Nayaa menghentak piringnya sedikit keras, hingga seluruh atensi teralih kepadanya.

"Kok tumben,dek? Biasanya nambah lima piring?" Celetuk Tazya cuek.

"Mau siap-siap ke supermarket, banyak jajanan sama keperluan yang abis."



"Sama gue aja!"


Sorry Not Sorry | Jichen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang