Chapter 4: Malming?

3.3K 558 232
                                    

Malam Minggu.

Rutinitas yang selalu Naya lakukan hanya satu: tiduran malas diatas kasur dan bermain ponsel secara gamblang. Itu biasanya. Karena malam ini hal itu harus sedikit terganggu saat bunyi notifikasi dari ponsel memecah keheningan.

Kakak ipar, katanya.
Dek.
19:02 PM

Nayaa
Ya?
Read 19:24 PM

Kakak ipar, katanya.
Sibuk gk?
19:26 PM

Nayaa
Gk. Knp?
Read 19:26 PM

Kakak ipar, katanya.
Gue jmpt jam 8 y. Kita malming bareng.
19:26 PM

Naya nyaris melempar ponselnya asal. Bahkan beberapa kali Ia mengucek mata; takutnya salah baca atau apa.

Kakak ipar, katanya.
Dek, read doang? bisa gk?
19:30 PM

Si manis kembali pada kenyataan saat ponselnya kembali bergetar. Sial! Ia sampai lupa sedang bertukar pesan dengan calon kakak iparnya.

Nayaa
Sorry, td air kamar mandi penuh. Ya, gue bisa.
Read 19:31 PM

Naya tak peduli lagi dengan kebohongan yang sudah Ia ketik. Sekarang jantungnya berdebar hebat; rasanya seperti ada ribuan kembang api yang meletup indah didalam dadanya.

Alvano
Oke, nanti gue jmpt.
19:33 PM

Dan satu pekikan nyaring dari kamar pria pendek ini berhasil menjadi teman malam minggu Tazya yang sekarang sedang asik bercakap ria lewat ponsel dikamarnya-yang berada tepat di sebelah kamar Naya.

Tazya yang sedang bergosip dengan temannya mengerang kesal saat Naya terus saja berteriak aneh, "Naya, berhenti teriak! Gue lagi telponan!"

Naya yang sedang memilih baju apa yang harus Ia kenakan sambil bernyanyi riang harus sedikit terkejut kala mendengar bentakan sang kakak dari kamar sebelahnya. Ia mengendikkan bahunya acuh dan kembali memilih busana apa yang pantas untuk dikenakan.





















Setelah berdandan rapi dengen setelan kaos bermotif garis-garis hitam putih dan jins hitam yang cukup ketat, juga mengenakan sepatu converse hitam sebagai alas kaki, Naya memilih menunggu teman malmingnya di ruang tamu.

"Woy, pendek, rapi banget. Mau kemana?" itu Yeji Anatazya, duduk disebelah adiknya yang sedari tadi tersenyum aneh dengan kedua pipi merona samar.

Naya menggeleng kecil dan kembali tersenyum lucu, "malmingan, lah."

"Bagus deh kalo lo udah ada gebetan, biar nanti kalo udah jadian kita bisa double date. Lo bawa pacar lo, gue bawa Alvano."

Seketika senyum Naya lenyap. Gebetan? Pikirnya. Hey! Bahkan sosok yang akan menjadi teman malmingnya saat ini adalah kekasih kakaknya sendiri!

"Terserah, deh."



























"Eh, anjir, Maybelline ngeluarin lip tint baru! Yaampun bagus banget! Harus buruan beli nih!"

Naya hanya merotasikan maniknya jengah saat melihat kakaknya kini mengetik pesan yang entah untuk siapa. Mungkin Ia akan mengajak teman atau siapapun itu untuk berbelanja barang-barang kosmetik yang tidak ada habisnya itu. Ia sekarang lebih memilih kembali tersenyum bahagia saat berekspetasi akan jalan-jalan berdua di sungai Han dengan Alvano sambil memakan permen kapas berdua.

Naya jadi tidak sabar!



























Line!

Secepat kilat Naya membuka ponselnya saat nada notifikasi yang familiar terdengar.

Alvano
Dek, sorry gue gk bs malam ini. Tiba2 nyokap minta anterin belanja. Besok deh gue traktir lo makan y.
19:57 PM

Haruskah Naya kecewa? Haruskah Ia menangis semalaman dengan ratusan lembar tisu berserakan di lantai? Atau haruskah Ia memesan jasa santet online untuk Jisung Alvano?

Tidak. Yang Chenle Anaya dapat lakukan hanya tersenyum pedih dan menghapus andai-andainya tadi. Percuma berdandan rapi jika tidak jadi, pikirnya. Huft, tau begini Naya lebih baik berlumut di kasur kesayangannya dan menonton drama sampai pagi.


























"Bye, dek! Gue mau belanja kosmetik sama pacar gue dulu! Nanti jangan lupa kunci pintu rumah, Bunda sama Ayah masih kerja."

Dan Chenle Anaya terpaksa menangis malam ini. Dia berbohong, seseorang yang Ia tunggu sedari tadi akan berkencan dengan kakaknya.

















Seharusnya Naya tau, ekspetasi akan selalu hancur; tidak pernah sesuai dengan realita. Karena nyatanya, Chenle Anaya tidak lebih dari calon adik ipar.

TBC



•Kak Tazya yg mau Malming•


Senin,
26 Oktober 2020

Sorry Not Sorry | Jichen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang