Pagi ini dek Naya sudah bersiap ke sekolah. Seragamnya sudah rapi, ransel hitam polos tersampir apik di punggungnya, dan surai halusnya sudah tersisir rapi; persis seperti anak TK. Disaat Chenle sedang mengikat tali sepatunya, tiba-tiba Ia di kejutkan dengan sang kakak yang berlari terbirit-birit keluar seperti orang kesetanan.
Setelah merasa sepatunya sudah beres, Naya segera berjalan keluar untuk segera berangkat sekolah. Memang rutinitas setiap hari: bangun pagi, sarapan, berjalan menuju halte bus, dan sekolah. Terkesan monoton tapi Chenle suka. Nasib tidak punya pacar, kemana-mana menggunakan kendaraan umum. Namun sepertinya rutinitas Naya harus sedikit terganggu saat Kakaknya tiba-tiba menyahut namanya cukup nyaring.
"Naya!"
Yang terpanggil menghentikan langkahnya dan menatap sang kakak dengan pandangan seolah bertanya 'ada apa?'
"Sapa pacar gue kek, gak sopan banget," Tazya melipat kedua tangannya didada dan menatap Naya sengit.
Yang dipanggil 'Naya' menatap seseorang di dalam mobil yang tak lain adalah Jisung Alvano. Lagi-lagi ada sengatan lain menjalar di sekujur tubuhnya. Suatu afeksi aneh yang Naya sendiri bingung itu apa.
"Hai, kak Vano, paginya cerah?" Nada bicara yang terkesan malas dan tidak ikhlas sukses membuat Tazya berdecak kesal. Satu jitakan ringan berhasil menjadi balasan untuk Si manis.
"Kayaknya baik. Pagi-pagi udah disapa sama orang manis. Langsung cerah deh," memang, soal menggombal Alvano juaranya. Tazya lagi-lagi berdecak kesal saat kekasihnya mengeluarkan tingkah kerdusnya.
"Oke, ayo berangkat, sayang. Dek, jaga diri lo baik-baik ya," Tazya memutari mobil dan masuk kedalam kursi penumpang disamping pengemudi. Sedikit melambai sok anggun yang jatuhnya malah norak dimata Naya.
"Iya, gue udah tau," Naya menjawab dengan malas dan mulai melanjutkan perjalanannya.
Baru dua langkah, panggilan dari suara berat memasuki indra pendengaran Chenle Anaya dan sukses membuat si Manis berhenti dan berbalik. Alisnya terangkat satu; menampilkan gestur bertanya 'ada apa?'
"Kayaknya gak ada salahnya kita berangkat sama-sama. Itu kegunakaan mobil, 'kan?"
Dan berakhir Naya yang duduk di belakang menyaksikan sepasang kekasih didepannya yang sibuk dengan dunia percintaan mereka sendiri. Sesekali Naya mendengus kesal. Pemandangan diluar jendela lebih menarik menurut Si kecil.
Sebenarnya menonton kakaknya yang memadu asmara tak tau tempat itu bukanlah alasan Naya kesal setengah mati, tapi Ia kesal ketika hatinya justru berdenyut nyeri menyaksikan kedua sejoli itu.
"Sampai."
Terburu-buru, Naya langsung membuka pintu mobil dan menutupnya sedikit kencang, sarat akan emosi. Kemudian Ia mengetuk kaca jendela cukup keras,
"Gue pergi. Makasih tumpangannya, Calon Kakak Ipar." Alvano tersenyum melihat punggung sempit itu yang hilang tertelan segerombolan murid lainnya,
"Si Manis merajuk ya?"
—
Chenle Anaya kesal setengah mati. Tolong hitung sudah berapa kali Ia kesal dalam satu hari. Salahkan guru sejarah botaknya yang gila. Dengan sangat-sangat terpaksa Ia harus berakhir bersama buku-buku membosankan diperpustakaan kota saat akhir pekan.
Sial! Padahal Naya sudah merencanakan kegiatannya saat akhir pekan. Terkutuklah guru kejam laknat itu!
"Bangsat! Buat apa gue ngehapal sejarah kalo ujung-ujungnya juga bakal lupa. Rindu bantal, huhu!" Naya menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangan di atas meja. Sesekali Ia juga membuat suara tangisah bohongan; berharap di detik berikutnya Ia akan mendapat kabar guru sejarahnya berubah menjadi kodok atau semacamnya.
"Butuh bantuan?"
Naya total mati kutu. Bahkan rasanya sistem saraf di seluruh tubuhnya berhenti bekerja hanya karena sahutan tiba-tiba dari suara husky itu.
Dengan sigap pria manis berkulit putih itu mengangkat kepalanya. Kedua onyx bulat menggemaskan itu melotot kaget. Sedangkan Si penyebab hanya terkikik pelan dan beralih mengambil tempat duduk didepan Naya.
"Kesulitan, hm?"
Rasa-rasanya Naya ingin musnah saja, sumpah! Kok dia ada dimana-mana sih Pikirnya kesal.
"Enggak, makasih."
"Yakin? Lo kayaknya kesusahan," dan dengan seenaknya Alvano mengambil alih buku tebal yang sedari tadi Naya pertahankan dalam pegangannya.
"Oh, sejarah. Mau gue kasih tau satu hal gak?"
Naya hanya menatap lawan bicaranya bingung dengan menautkan kedua alisnya, "apa?"
"Belajar sejarah itu gaada gunanya. Masa lalu gak boleh diingat terus-mending rencanain masa depan," ucap Alvano dengan wajah pongah.
"Berarti kakak udah rencanain masa depan sama kak azya dong?"
Alvano tersenyum kemudian mendekatkan wajah keduanya,
"Bukan Tazya, tapi masa depan gue sama Chenle Anaya."
•
TBC
•
Jum'at
23 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Not Sorry | Jichen ✔
Novela Juvenil박지성, 천러 [ChickLit] [Lokal] [Romance] ❝𝘊𝘩𝘦𝘯𝘭𝘦 𝘈𝘯𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩?❞ Rank #2 in Sungchan [05.10.2020] ⚠️BxB 𝙎𝙩𝙖𝙧𝙩: 15 Oktober 2020 ©browneyss, purpl3yuu