Bergeraklah sang waktu
Berdetaklah nadi semangatku
Lirik sedikit para insan-Mu
Penuh ratap tangis karena ulah sesama ciptaanMuBukan siang yang hadir membawa rindu
Bukan malam yang diam membisu
Tapi tentang jeritan pilu
Sang jelata yang termakan janji manismuDara yang kehilangan tempat berteduhnya
Elang yang kehilangan singgasana tertingginya
Di koyak habis, di rebut paksa
Oleh sang penguasaAku bukanlah ikan yang mampu berenang di laut bebas
Aku juga bukanlah gajah yang mampu membawa berat layak tak ada batas
Aku hanya rakyat biasa yang hidup dibawah pusaka dan ingin bebas dari tindasan penguasaJikalau ratusan emas permata masih terlalu ringan
Maka ribuan nyawakah yang kau inginkan?
Jikalau tetesan bahkan aliran darah tak cukup memuaskan
Iyakah ratusan jasad akan menyadarkan?Janjimu bukan jaminan
Aturanmu tak layak disebut kebijaksanaan
Kau diam menghanyutkan
Kau bicara menghancurkanDuhai Sang pemegang keadilan
Lirik aku sang umat penuh pengharapan
Tak ada daya yang ku semogakan
Jika tanpa Engkau yang memberi belas kasihanCepat sembuh tanah pijakanku
Tak ada obat terkuat selain do'a dari pemijakmu
Tak ada penawar terhebat melainkan kuasa semestamu
Untukmu, lontaran seni keabadian INDONESIAKU###
Tinta kedua yang terlontar ketika awak-awak muda, berfikiran kritis dan berjiwa besar mulai menunjukkan aksinya dijalanan. Hanya di jalanan? Mungkin itu sejauh yang bisa dilakukan sebelum angkat bicara dijajaran kursi kebesaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Keabadian
PoetryCover by @ritawhy26 Segala apa yang kamu lihat, kamu dengar, kamu rasakan bahkan yang kamu lakukan, akan sirna tertelan ruang dan waktu tanpa terukir selayaknya di dalam sejarah. Hanya dengan menulis dan lewat tulisan, semua akan menjadi keabadian y...