Nawala

0 1 0
                                    

Di senja yang datang
Pertanda malam siap menggantikan siang
Alarm bahwa terang akan menjadi petang
Tak ada yang lebih menggairahkan selain mengikuti irama semilir angin yang saling bertautan

Kucoba diam sejenak
Memejamkan mata dan menikmati segala yang berkecamuk di dada
Aku tau, ini saatnya aku harus datang padanya
Membungkuk, berlutut dan mencium segala hina yang aku sendiri penciptanya

Namun, masih saja yang mendominasi adalah rasa takut
Takut jikalau kau lelah ampuni aku
Bosan dengan segala omong kosongku
Aku tak bisa jika tanpa kepedulianmu

Betapa pengecutnya anakmu ini, Bu
Betapa menyesalnya kau merintih sakit hanya untuk manusia seperti aku
Bahkan laki-lakimu sudah mengatakan malu akan keberadaanku
Lalu, bagaimana dengan hati muliamu,  Ibuku?

Selalu Engkau katakan padaku
Bahwa aku mampu membawamu, terbang jauh bersama payoda yang berbentuk singgasana raja itu
Sungguh kau tiangku, penompangku, yang kukuh tiada banding di seluruh penjuru

Di tengah panggilan yang berkumandang
Aku tau ada yang luruh dari kedua sinar kehidupanmu
Hendak menggapai dan menghapus, tapi aku malu ketika tau itu adalah perbuatankanku

Kau tak pernah sungguh memakiku
Sedang aku? Manusia yang jauh derajatnya dari dirimu
Dengan berani menggertak bahkan membentak tanpa berfikir bagaimana hancurnya nafas kehidupan di dadamu

Oh Ibu, Ibuku
Dua tahun silam aku tak pernah mengatakan rindu padamu
Tak pernah mengatakan aku mencintaimu
Bahkan aku malu mengakui bahwa aku hidup karenamu

Kini, di tengah kegelisahan hati
Rindu itu membuncah dan menyiksa diri
Harus aku titipkan pada siapa segala rasa ini, Ibu?
Semilir angin menolak, payoda yang kau harap-harap dulu pun enggan bergerak
Pada Illahi? Aku tak yakin mengingat hatiku ini berkerak

Sungguh aku tak mampu menilik kenangan yang hanya berujung sesal
Pilihanmu untuk meninggalkan dunia yang tak kekal
Membuat hati dan akalku benar-benar terjungkal

Nawala, bawa aku menyertai Ibuku
Izinkan aku mencium segala debu suci di telapak kakinya
Biar, meski itu tak mampu menghapus segala dosaku padanya
Aku ingin rindu ini tak lagi menyiksa

Maafkan aku, ampuni aku
Ditengah ketenanganmu bersama Sang Ghoyya
Dengar sejenak aksara yang aku titipkan paksa pada Nawala
Bahwa aku, anakmu, yang kau tinggal dengan segala dosaku padamu

Aku lemah Ibu, aku tak berdaya tanpamu
Biar aku hina dipandang seluruh makhluk yang masih punya sosok sepertimu
Serendah-rendahnya aku menghadapmu, setulus-tulusnya aku mengatakan padamu
Anakmu Rindu, Ibuku.

Tinta KeabadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang