Rain and Dark in that Night.

949 66 1
                                    

Ready?
.
.
.
.
Aku hanya mencoba kemampuan ku teman teman. Jadi bebas apabila kritikan datang.
So let's go.






Malam itu, sepasang mata yang mengerjap menahan tangis. Ia hanya terdiam di keramaian tanpa tahu siapa orang yang berlalu lalang di hadapan nya. Ia hanya berusia tiga, yang bahkan tidak dapat menyebutkan nama nya dengan jelas.

Hujan sangat deras mengguyur ibu kota seoul kala itu. Ia hanya menggenakan jaket dan sepasang sepatu yang nampak kusam. Orang lain pun seakan tidak perduli bahwa ada seorang bocah berusia tiga tahun di dekat mereka. Semua orang seakaan menyibukan diri demi berlindung dari deras nya rintikan hujan.

"eomma.. eo-mma.. Hiks."
Jeon Wonwoo, itu adalah nama lengkap nya. Ia mulai memanggil sosok yang bagi dirinya adalah pelindung setelah kepergian seorang ayah. Ayolah bagaimana ia tahu bahkan saat ia baru lahir pun hanya sosok ibu yang ia kenal.

"eommaa.. Hiks. Dingin, wonu dingin" ia mulai terisak dengan kencang. Seakan memanggil atensi dari orang sekitar. Namun seakan semua nya tidak mendengar. Tapi tentu Tuhan sangat berbaik hati pada Wonwoo kecil, dari kejauhan nampak seorang perempuan dengan usia sekitar kepala tiga berlari tergopoh gopoh menuju ke arah Wonwoo.

"Astaga, lihat. kenapa kau ada disini? Keadaan seperti ini pun seharus nya mereka tahu bahwa kau kehilangan orang tua mu" ia berlutut agar arah mata sejajar dengan Wonwoo kecil. "Kenapa mereka tak mencoba menolong mu? Astaga.. Sini pegang tangan ku. Ku carikan orang tua mu" ia dengan berbaik hati menggengam telapak tangan Wonwoo, menggandeng nya dan mencoba menghangatkan tubuh nya.

"apa kau tahu siapa nama orang tua mu?" ia mencoba berkomunikasi dengan Wonwoo. Tapi yang ia dapat hanya gelengan kepala dan sepasang mata yang sudah berkaca kaca.

"Wonu.. D-dingin"

"ini pakai ini, jaket ini mungkin sedikit membantu. aku tidak tahu harus melakukan apa. Disekitar sini sangat jauh dari pusat informasi". Ya benar saat ini Wonwoo berada di stasiun yang di sekitar nya terdapat puluhan orang berlalu lalang, namun hebat nya tidak menatap ke arah nya sedikit pun. Kecuali bibi ini yang dari jauh tergopoh gopoh seakan menyelamatkan nya untuk kehidupan masa depan. Oh atau memang seperti itu?

"apakah kau ikut saja dengan ku? Kita cari orang tua mu besok. Ya? Aku juga tidak tahu harus bagaimana. Udara semakin dingin, setidak nya besok tidak hujan" ia terus membujuk Jeon Wonwoo. Begitupun dengan Wonwoo yang menganggukan kepala nya tanda setuju untuk ikut.

"Wonu, akan ikut bibi" ucap nya dengan menengadahkan kepala nya.

"Ya, sementara ini iya. Aku tidak tega harus membiarkan seseorang dalam keadaan seperti ini"

Maka malam itu Wonwoo kecil dengan isakan lirih yang masih samar terdengar berjalan perlahan dengan tangan yang menggengam sosok asing berusia yang mungkin setara dengan ibu nya menuju ke rumah baru. Atau mungkin rumah Wonwoo di kehidupan nya yang akan datang.



Cklek.. Krieet..

Dorongan pada pintu lama, derit nya pasti akan kau dengar apabila kayu tua bergesekan dengan engsel karatan. Tapi saat ini bagi Wonwoo mungkin adalah tempat yang dapat membuat nya aman dan terhindar dari rasa dingin.

"sini, lepas sepatu mu dulu." dengan telaten ia melepas sepatu Wonwoo.

Mereka berdua sudah masuk kedalam rumah, saat ini Wonwoo berada dalam sofa tua sedangkan seseorang yang ia panggil bibi tengah berlari masuk kedalam dapur.

"Ayo.. Minum teh nya terlebih dahulu," ia membantu Wonwoo untuk minum dan setelah nya menatap lama ke arah Wonwoo. "ahh.. Aku lupa menanyakan ini. Siapa nama mu? Kau berkata Wonu tadi, apa aku tidak salah dengar?"

"B-benar bibi, nama ku Wonu" ia terbata, sekaan baru sekarang merasa takut. Seakan baru menyadari ini bukan lah ibu nya dan ia berada di lingkup baru.

"ehm.. Tidak perlu takut Wonu-ya.. Bibi bukan orang jahat. Bibi akan membantu mu mencarikan orang tua mu besok. Tidak apa apa." ia menarik Wonwoo mendekat, menepuk pelan punggung kecil Jeon Wonwoo.

"Apa kau mau tidur sekarang? Ini sudah termasuk sangat malam. Lihat.. Diluar sangat gelap kan? Ayo tidur.."

Wonwoo tentu saja sangat mengantuk, tidak seperti biasanya yang dengan mudah ia memejamkan mata nya untuk terlelap. Kali ini ia benar benar sudah dalam keadaan lelah, tapi rasa waspada nya mengingatkan Wonwoo bahwa ini bukan lah rumah nya, yang membuat Wonwoo sedikit gelisah dalam pejaman mata nya.

"hmm.. Hmm..mm" gumaman bibi tadi membuat Wonwoo agak nya merasa nyaman. Dalam tepukan ringan serta kepala yang di baringkan di paha wanita yang menolong nya tersebut wonwoo perlahan mulai terlelap.

"Wonu-ya.. Apakah ini yang Tuhan berikan kepada ku? Aku baru saja kehilangan putra ku yang berusia lima tahun. Tapi seakan Tuhan mengganti nya dengan hadir nya dirimu" ia mengusap sayang kepala Wonwoo, membayangkan nya yang melihat anak nya sendiri tentu membuat hati nya menghangat. Bagaimanapun Park Minjung adalah sosok ibu yang baru saja kehilangan anak nya karena ketidak mampuan nya membawa sang anak pergi berobat, sehingga harus merelakan sang anak kembali kepada pangkuan sang pencipta.

Jika kalian bertanya, mengapa Park Minjung ada di stasiun saat itu dan berlari tergopoh gopoh menuju ke arah Wonwoo. Jawaban nya adalah, ia baru saja pulang dari jam kerja nya yang mengharuskan ia untuk naik kereta pada malam itu. Namun seakan batin sesosok ibu yang kuat, ia justru melihat seorang bocah laki laki yang baru ia kenal bernama Wonu tadi berada dalam keramaian dengan mata yang sudah berkaca kaca dan dalam keadaan kedinginan. Park Minjung bukan lah orang kaya, ia bahkan hidup sendiri dalam keadaan yang susah seperti ini. Ah tidak, berdua lebih tepat nya. tapi itu sebelum ia kehilangan sang putra.

"Bagaimana pun aku akan menolong mu Wonu. Orang tua mana yang rela kehilangan putra nya? Aku bahkan bisa menebak bahwa kau lebih muda dari putra ku". Tentu saja ia bermonolog, karena nyatanya.. Wonwoo kecil sudah dalam angan serta mimpi yang mulai menghampiri.

"eomma.. Eomm.. aa.." gumam nya

"Ya, besok ayo cari eomma mu"

Dan malam itu berakhir dengan Park Minjung yang terlelap dalam keadaan duduk di sofa dengan tubuh kecil Wonwoo yang meringkuk dengan kepala di paha Minjung. Mereka berdua seakan mengisi kekosongan masing masing yang di tinggalkan orang yang mereka cintai.


TBC?



OR NOT?




Wokeh setop sampek sini gaes..
Tbh, aku juga gatau aku ngapain. Cuman karena hari ini liat anak kucing yang di buang di sembarangan tempat bikin aku nangis. :( aku juga ga mood bgt hari ini semua orang ku marahin. Dan berkahir begini.. Ga jelas nulis. 😭😭😭

Dan iya! Ini tulisan pertama aku setelah join wattpad sekian lama. Guwelaa.. Aku selama ini cmn pembaca doank.
Gatau hari ini dapet ilham dari mana nulis beginian.

Mana ide nya pasaran lagi. 😩😩😩 hujat aja hujat. Ehh.. Tapi aku ga jiplak karya orang yah ini. 😒😒😂😊 ini murni ide gajelas otak ku gais.

Dahlah kok jdi curhat.
See U.
(kalo ada yg mau baca) wkwkwk...

I Got My Back. [ Meanie ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang