6 • Bimbang

26.1K 3K 314
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Rasullullaah shalallahu'alaihi wassalam bersabda:

"Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian
ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar." (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho'ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)

•••

Acara pernikahan kedua orang tua Nara selesai tepat pukul 5 sore. Dan sekarang, sekeluarga besar tengah berkumpul di ruang makan. Tadi sehabis melaksanakan shalat isya, semuanya langsung menuju ruang makan untuk membicarakan suatu hal.

"Jadi, aya naon ieu teh?" tanya Kakeknya Nara.

Rafan berpandangan dengan kedua orangtuanya, laki-laki berusia 22 tahun itu menarik napasnya. Dia sudah memantapkan diri untuk hal ini. Tidak peduli nantinya akan mendapatkan penerimaan atau penolakan.

Bismillah ....

Kedua Orangtuanya tersenyum ke arah Rafan. Begitu juga Papanya Maika yang tersenyum penuh arti ke arahnya.
Di saat yang lainnya dalam mode serius. Maika dan Nara sibuk makan. Keduanya makan percis seperti orang tidak makan berminggu-minggu.

Masih sempat-sempatnya.

"Bismillaah. Tujuan saya mengumpulkan keluarga di sini. Saya mau minta izin ke Revan, Pak. Untuk melamar putrinya, Maika. Untuk jadi istri cucunya bapak, Rafan," jelas Papanya Nara.

Maika yang tengah melahap Zuppa Soup membulatkan matanya. Gadis itu langsung meremas tangan Nara.

Hah, apa tadi?

"Gue salah denger atau lagi mimpi?" bisik Maika.

Nara tertawa melihat ekspresi pias gadis itu. Maika sendiri mendadak kehilangan nafsu makannya. Jantungnya berdetak cepak. Rasanya seperti ada yang melayang-layang di perutnya.

"Kumaha, Van?" tanya Kakeknya Nara pada ayahnya Maika.

"Sebelumnya saya mau berterima kasih atas niat baik yang sudah Rafan sampaikan. Sebagai seorang ayah, tentu saya ingin kebahagiaan untuk putri saya. Baik di dunia maupun akhiratnya. Dan sudah jadi tanggung jawab bagi saya selaku orang tuanya untuk merawat Maika, membesarnya juga mencarikan pasangan yang baik untuknya. Saya terima niat baik anda, selebihnya saya membiarkan putri saya mengambil keputusannya sendiri."

Mendengar perkataan Papanya, air mata Maika mengalir tanpa bisa ditahan. Hidup selama 18 tahun, dia memang tidak sedekat itu dengan Papanya. Cenderung canggung jika bersama. Kadang dia menginginkan dekat dengan Papanya, seperti anak gadis lainnya yang begitu dekat dengan ayah mereka. Maika merasa kalau dia dan Papanya seperti berjarak. Meskipun begitu, dia tahu kalau papanya sangat menyayanginya.

Our Ending Scene [DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang