Chapter two

139 37 21
                                    

Sejak kejadian hari pertama PKKMB Universitas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kejadian hari pertama PKKMB Universitas. Hari-hari berikutnya kami sering bertemu. Sekadar mencari makan bersama atau nongkrong serta membahas tugas.

Rajendra memang mahasiswa jurusan Seni Desain prodi Musik. Tetapi pengetahuannya tak kalah dengan mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional. Selain pintar ia juga cakap berbicara.

Pernah suatu waktu aku tidak dapat menentukan BEP dari sebuah Wirausaha. Dengan tenang ia menjelaskan dengan metafora kehidupan. Membuat siapapun yang mendengarkan aku yakin akan paham saat itu juga.


Bahasanya tak berteori, diksi menarik serta pembawaannya saat menjelaskan tidak membuat bosan.


Hal itu pula yang membuatku betah disampingnya. Tak terhitung ia memperhatikanku sedetail itu. Ia selalu paham akan apa yang aku inginkan dan yang kubenci.


"Rajendra saya penasaran kenapa kamu mau temenan sama saya?" Tanyaku kala itu.

Rajendra terdiam jarinya masih asik memainkan stick drum.



"Saya gak asik dibanding temen kamu yang lain. Bahkan saya sendiri sadar kalo kaku kayak kanebo kering." Lanjutku, aku sangat penasaran satu bulan ini kenapa dia betah bersamaku.



"By, kadang diri sendiri itu emang acuh sama potensinya sendiri. Kayak kamu sering bilang saya pinter? Tapi saya sendiri juga gak merasakannya. Bagi saya, kamu itu asik."


Seakan tak terima penjelasannya aku mendesaknya lagi. "Tetapi pada kenyataannya kebanyakan orang-orang selalu bosen saat bareng saya."


Kali ini Rajendra tertawa, meletakkan stick drum kemudian mendekat dan duduk di kursi sebelahku.


"Pernah denger nggak kalo orang kadang cuma butuh didengerin."

Aku mengangguk.


"Kalo kamu gasadar wajar sih. Tapi karena kamu yang pertama tanya jadi saya jawab. Kamu itu orang yang bisa mendengar tanpa menjeda ucapan untuk mengadu nasib atau memberi saran. Kadang beberapa orang hanya perlu didengar keluh kesahnya. Dan kamu punya itu."




Pertanyaan pertamaku terjawab dengan jawaban yang jauh dari kuperkirakan. Rajendra memang jauh dari ekspetasi.

"Udah ga penasaran lagi kan? Ayo cari makan." Ujarnya sembari melenggang dari studio sewaannya.



Kami makan di warung prasmanan langganan sejak satu minggu lalu. Selain harganya murah porsi yang diambil juga terserah. Tidak takut kurang dan tidak takut mubadzir.




"Rubby mau gak jadi pacar Aji?"

Saat itu juga aku tersedak.

Saat itu juga aku tersedak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Aji Daya Rajendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aji Daya Rajendra

KALA |• Park Jihoon (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang