Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Banyak parade musik rutin kami datangi. Lagi-lagi aku dibuat kagum olehnya. Tak banyak kata ternyata ia salah satu produser rintisan yang karyanya cukup banyak dipakai oleh artis-artis. Relasinya banyak, kemanapun aku diajaknya selalu ada yang menyapanya. Sekadar basa-basi sampai ada yang menjalin pekerjaan.
"Hai Ji. Bagaimana kabarmu?"
Aji tersenyum, "Ya seperti biasanya."
Pria tersebut seperti memberi isyarat untukku meninggalkan mereka berdua. Namun baru akan pamit cekalan telapak tangan Aji tak memberiku ruang untuk meninggalkannya.
Pria tersebut tertawa melihat kami. Dengan wajah mengejek ia berujar, "Hubungan trimester awal kebanyakan seperti itu. Belum paham saja kedepannya akan seperti apa."
Aji yang semula menampakkan senyumnya terlihat rahangnya mengeras. Beralih pada raut wajah yang tidak bersahabat.
"Apa maksudmu."
Lesung pipi pria tersebut semakin ketara. Layaknya telah memenangkan sebuah lotre. "Mudah sih. Cuma pengen bilang kalo pilihan kamu pasti salah."
Aji menaikan sudut bibir kanannya. Dengan wajah muak ia menimpali, "Ketauan banget kalo obsesi sama Aji. Sempet banget lalu lalang ngikutin orang."
Sebelum beranjak Aji mencondongkan kepalanya kepada pria tersebut. "Kalo liat kakak kek gini, rasanya makin yakin kalo jalan yang Aji ambil gak pernah salah. Permisi Aji duluan." Ujarnya sembari menunduk memberi hormat kepada pria didepannya.
Diluar gedung tanganku tak kunjung dilepas. Kaitannya kian mengerat. Semuanya membuatku bingung. Perihal siapa pria tadi? Mereka kenapa? Dan yang paling membuat penasaran apakah Aji mempunyai masalah besar?
Dari semua cerita yang pernah ia kisahkan. Yang kuingat tidak ada sama sekali cerita mengenai ini.
"Kamu gak tanya apa-apa by?"
Kutampakkan senyumku. "Saya sengaja nunggu kamu cerita. Saya gak mau maksa. Ya walaupun saya sendiri sebenernya penasaran. Kalo kamu pengen cerita saya siap denger, kalo belum saya juga gak keberatan."
Dibawah sinar bulan dia memelukku. Kubalas peluknya sembari menepuk-nepuk pelan sebagai bentuk penguatan. Kata sebagian orang.
Sejauh ini aku hanya tau dia dari sisi yang orang awam lihat. Namun malam ini aku tau bahwa sehebat Aji Daya Rajendra pun juga mempunyai rahasia perihal masalah yang didera nya. Aku kagum kepada orang yang menanggung bebannya sendiri, menutupnya dengan rapi, bahkan dengan lebar tangan ia sering menjadi sandaran bagi orang lain. Mungkin memang benar kata orang bahwa orang yang sudah merasakan kepahitan dalam kehidupan akan selalu lebih berempati terhadap orang lain.
Memang benar hal yang terlihat mata belum sama dengan hati. Sehat-sehat ya kalian semua. Kalian hebat.
Dalam sesak pikiranku aku kembali kepada manusia rapuh didepanku.
"By." Panggilnya.
Aku menoleh tersenyum kearahnya, "iya kenapa Aji?"
"Katanya semua orang pasti datang dan pergi. Saya sering merasakan ditinggal pergi. Dan itu rasanya sangat menyakitkan. Saya akan berusaha tidak akan pernah meninggalkan kamu. Kau mau kan berjuang sama saya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.