"Iya loh, Dokter. Kami di sini gak ada yang nyangka kalau ternyata dr. Arven ini ayah kandungnya Rissa," ujar salah seorang ibu-ibu yang baru selesai diperiksa oleh Arven.
Arven yang mendengar ucapan itu pun hanya tersenyum saja. Memang banyak yang tidak menyangka kalau dia dan Naila pernah menikah bahkan memiliki anak sebesar Clarissa.
"Tapi selamat ya, Dok, buat pernikahan keduanya. Semoga langgeng hingga maut yang memisahkan."
"Aamiin. Terima kasih banyak ya, Bu," sahut Arven disertai senyum tulusnya.
"Sama-sama, Dokter. Kalau gitu saya permisi dulu. Terima kasih juga, Dokter," ujar Ibu itu lagi yang hanya diangguki oleh Arven.
"Banyak dapat ucapan selamat sama godaan ya, Dok?" canda Pram begitu melihat Arven terkekeh sendiri.
Hari ini Arven baru masuk praktik kembali setelah pernikahannya itu. Alhasil dia mendapatkan banyak ucapan selamat dari pengunjung puskesmas. Tak jarang dia juga mendapat godaan dari bapak-bapak ataupun ibu-ibu di sana karena pernikahannya itu.
"Ya begitulah, Pram. Saya sendiri juga masih gak menyangka kalau akhirnya bisa rujuk lagi sama Naila," sahut Arven jujur. Dia sudah mengambil keputusan untuk kembali bersama Naila, itu artinya dia harus berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan Naila. Dia ingin menebus penderitaan yang Naila alami dulu karena ulahnya.
"Saya ikut senang dengarnya, Dokter."
***
Adli mencoba tersenyum begitu melihat wajah Naila yang tampak lebih cerah dari biasanya. Dia pun mencoba untuk mengikhlaskan Naila karena tahu kebahagiaan wanita itu bukan ada padanya. Maka dari itu, dengan berat hati dia melepaskan Naila yang padahal tinggal selangkah lagi bisa dia miliki.
Cukup sulit memang melepas orang yang sangat dia cintai. Namun, jika itu demi kebahagiaan Naila dan juga Clarissa maka akan Adli lakukan. Asalkan melihat keduanya bahagia, itu sudah lebih dari cukup bagi Adli.
"Semoga setelah ini kamu hanya akan tersenyum seperti itu, Naila."
Adli membalikkan badannya untuk kembali ke tempatnya. Dia berjanji akan mencoba menghapus perasaan ini. Karena biar bagaimanapun Naila sudah kembali bersama suaminya.
***
"Mas, gak capek apa mangku Rissa mulu?" tanya Naila begitu melihat anak dan suaminya itu tampak bergurau. Dia sangat senang karena akhirnya Clarissa benar-benar bisa merasakan kasih sayang dari Ayah kandungnya sendiri.
"Mangku kamu pun Mas sanggup kok," sahut Arven seraya mengedipkan sebelah matanya. Alhasil Naila dibuatnya salah tingkah karena tiba-tiba saja pipi Naila memerah.
"Bisa aja kamu, Mas."
"Sini, Sayang...," ujar Arven seraya menepuk sofa di sampingnya untuk menyuruh Naila duduk di sana. Naila pun menurut dan duduk di sebelah sang suami.
Arven melingkarkan tangannya ke pundak Naila. Lalu dia bawa istrinya itu agar semakin mendekat padanya. Dia senderkan wajah Naila di bahunya sementara dia sendiri mengecup dahi sang istri.
Berkumpul bersama anak dan istrinya seperti ini menjadi kesenangan tersendiri bagi Arven. Andai saja dia tidak nekat mengambil keputusan untuk menikahi Naila lagi, mungkin dia tidak akan pernah merasakan yang seperti ini.
Arven mendongakkan wajahnya untuk menghalau air mata yang tiba-tiba saja ingin keluar dari matanya. Dia pun tersenyum seraya menghapus air mata itu dengan jari tangannya. Lalu dia kecup pipi anak dan istrinya itu bergantian.
"Ayah nangis?"
Arven tersenyum begitu mendengar pertanyaan putrinya. "Ayah nangis karena bahagia, Sayang. Ayah bahagia bisa berkumpul sama kamu dan Bunda lagi," sahut Arven jujur seraya mengelus rambut putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Agreement
RomanceSesuatu yang diawali dengan niat tidak benar ternyata akan berakhir sia-sia. Arven sudah mengalami sendiri hal itu karena menikahi Naila dengan maksud dan tujuan tertentu. Sehingga setelah tujuan itu tercapai, pernikahan mereka pun berakhir di saat...