PROLOG

37 13 36
                                    

     Shadya Rawikara, itulah nama gadis cantik berkulit putih yang kontras dengan rambut ikal nan hitamnya. Adya menyesap kopi hitam sambil menikmati pemandangan pagi hari dari jendela kamarnya. Dia memejamkan mata dan merasakan sejuknya angin yang berhembus ke wajah cantiknya, sampai kedua manik coklatnya menangkap sosok pria.

    "Good morning, beautiful," sapa seorang pria bule yang sedang lewat di depan rumahnya.

     Adya mendelik terkejut dan sontak menutup jendela kamarnya. Jantungnya berdegup kencang dan tangannya gemetar. Setelah menunggu beberapa saat, perlahan Adya mengintip keluar dan menemukan pria itu sudah tidak ada, dia pun bernapas lega.

"Kenapa bisa ada orang disini? Apalagi turis. Ah, gila gue lama-lama." Dia mengacak rambutnya frustasi.

     Lain dengan kebanyakan orang, Adya sangat benci untuk berinteraksi dengan manusia lain. Bahkan demi meminimalisir interaksi dengan orang lain, Adya tinggal di rumah yang berada jauh dari rumah lainnya. Rumah terdekat baru bisa ditemukan 20 meter dari rumahnya. Daripada berada ditengah hiruk pikuk perkotaan, dia lebih memilih untuk mengasingkan diri dan tinggal sendirian di salah satu perkampungan di Jembrana.

     Sudah hampir setahun sejak Adya seperti ini, tetapi dia menolak untuk mendapatkan bantuan seorang professional. Alasannya sederhana, Adya menganggap bahwa dia masih normal. Dia hanya membenci manusia lain selain dirinya.

     Karena kondisinya pula gadis berumur 18 tahun itu memutus hubungan dengan teman, sahabat, kekasih, serta keluarganya dan pindah dari Jakarta ke Bali, tepatnya di Jembrana. Bahkan di Jembrana yang sepi Adya hanya keluar rumah jika sedang sepi atau sekedar untuk membeli kebutuhannya yang telah habis. Dia tidak pernah berinteraksi sama sekali dengan tetangganya selama hampir setahun dia menempati rumah itu.

     Daripada berinteraksi dengan manusia, Adya lebih suka bermain ke hutan di dekat rumahnya untuk bermain dengan hewan-hewan disana. Padahal hutan itu merupakan tempat yang dijauhi oleh penduduk sekitar, entah apa yang ada di dalam hutan itu. Tapi menurutnya, manusia jauh lebih menyeramkan daripada apapun yang berada di dalam hutan.

     Namun dibalik kepribadiannya yang kelam tersebut, ada kisah yang menyebabkan trauma pada dirinya. Yaitu kejadian-kejadian yang Adya alami sebelum Adya pindah ke Bali dan mengasingkan diri, tepatnya ketika Adya masih duduk di bangku SMA. Inilah kisah perjalanan hidup Adya.

The Downfall of Her Ice wallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang