Seperti biasa, di sore hari Adya mengurus kebun. Hari ini dia akan memanen tomat, terong, dan sayuran lain yang akan menjadi makan malamnya. Sayup-sayup dia mendengar suara anak-anak. Karena penasaran, dia pun memutuskan untuk mengintip.
Ternyata mereka sedang bermain kejar-kejaran ditengah ladang rumput. Satu orang berjaga dan lainnya berlari. Adya ikut merasa senang hanya dengan melihat tawa lugu mereka. Tak lama kemudian seorang anak perempuan datang, dia memohon pada si penjaga untuk ikut bermain.
"Bubar-bubar," kata anak yang menjadi penjaga tersebut. Adya terkejut bukannya mengiyakan, dia malah menyuruh yang lain menyudahi permainan hanya karena seorang anak ingin ikut bermain.
Kejadian tersebut makin menyadarkan Adya. Budaya saling memusuhi, saling mendoktrin, dan saling berkubu sudah muncul jauh sebelum manusia menyentuh usia puber.
***
Adya melirik jam dindingnya yang sudah menunjukkan pukul 23.30. dia baru saja selesai mengerjakan progress yang membuat kepalanya panas. setelah mengemasi meja belajarnya, Adya meraih ponsel yang terletak tak jauh darinya. Adya lega karena sekarang bisa menyentuh ponsel sepuasnya setelah 3 jam dia berkutat dengan buku.
Adya membuka ruang obrolannya dengan Kala. Lagi-lagi ia merasa kecewa ketika melihat tidak ada pesan yang masuk dari Kala sejak kemarin, tapi Adya memakluminya. Minggu depan mereka akan menghadapi Ujian Nasional, jadi semua siswa kelas 12 pasti sedang sibuk belajar, tidak terkecuali Adya dan Kala. Karena Kala tidak meghubunginya, Adya pun memutuskan untuk menghubungi Kala duluan dan mengucapkan selamat tidur.
Me: Say, kamu udah bobo, ya?
Me: Tau gak? Hari ini aku kena terus sama guru-guru karena aku tidur dikelas tadi. Salah aku juga sih, lupa bawa obat hehehe....
Me: tapi aku bersyukur banget hari ini Dea sama Hanum gak ngerjain aku sama sekali, jadi aku bisa fokus belajar. Terus tadi aku juga kepilih buat ikut campus expo besok. Yaudah itu aja yang pengen aku bilangin ke kamu, aku bobo dulu. I love you, baby.
Setelah mengirim pesan tersebut pada Kala, Adya pun mematikan ponselnya dan pergi tidur.
***
"Eli, Mora, ke kantin yuk," ajak Adya yang menghampiri Eli dan Mora ke kelas 12 MIPA 2.
"Nggak, ah. Lo sendiri aja, mager nih gue," tolak Mora.
"Sama, males turun nih. Kenapa lo gak sama Kala aja?" sahut Eli.
"Kala lagi belajar bareng temen-temennya, gue gak mau ganggu," jawab Adya. "Yaudah gue ke kantin dulu deh," pamit Adya lalu keluar dari kelas 12 MIPA 2.
Akhir-akhir ini, setiap jam istirahat Adya selalu sendirian. Mily pergi dengan gengnya, Rafa dengan pacarnya, Satrio. Mora dan Eli jarang sekali mau keluar dari kelas mereka, sedangkan Kala sibuk mengejar materi dengan teman-temannya.
"Pak, pesen mie ayam satu ya," pesan Adya pada paman penjual Mie Ayam. Dari kejauhan, Adya melihat Asta, Hanum, Leni, dan Dea sedang berjalan menuju ke arahnya. Dia pun memasang wajah judes nan datar seperti biasa, bersiap dengan segala sindiran yang mungkin akan diterimanya.
"Eh, Ady. Mana temennya?" tanya Hanum saat melewati Adya, kemudian ia berlalu diikuti suara tawa Leni dan Dea. Adya hanya diam, menurutnya tidak ada gunanya melawan orang yang bersikap konyol seperti mereka.
Setelah merasa mereka sudah jauh, Adya berbalik menatap punggung mereka. Dalam hatinya dia senang bisa keluar dari lingkar pertemana yang menyebalkan. Tapi di sisi lain, dia tidak terima fakta bahwa Dea dan Hanum sengaja membuat Leni menggantikan dirinya di dalam kelompok. Adya sangat benci pada mereka semua. Dia tau Asta tidak ikut merisaknya, tapi Asta selalu menutup mata dan tidak pernah membantunya Ketika dirisak. Tanpa disadari, Asta membuat Adya menganggap bahwa dia sama kejamnya dengan Hanum, Dea, dan Leni.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Downfall of Her Ice wall
ChickLitRumah dan sekolah yang disebut-sebut sebagai tempat beristirahat, berlindung, dan bersenang-senang oleh banyak orang, malah terasa bagai penjara dengan berbagai siksaan yang menantiku setiap harinya. -Shadya R. ...