Hampir setengah tahun berlalu, Adya sudah benar-benar memisahkan diri dari Dea, Hanum, dan Asta. Sedangkan Elia dan Damora masih sering bermain dengan Adya. Sayang, Hanum dan Dea menganggap mereka memihak Adya sehingga Hanum dan Dea tidak terlalu menyukai Elia dan Damora. Di sisi lain, Hayati yang terpisah sendiri memilih untuk tidak begitu dekat dengan Adya maupun Hanum dan Dea. Di balik terpecah belahnya geng mereka, ada juga sisi positif yang didapat, yaitu Adya bisa jadi lebih dekat dengan Kala dan dia tidak perlu memusingkan cara membagi waktu untuk teman-temannya dan kekasihnya.
Walaupun sering dirisak, Adya masih memiliki beberapa orang teman yang selalu setia menemaninya di kelas sehingga dia tidak terlalu merasa kesepian. Tetapi, menghadapi kehidupan yang berat di sekolah dan kondisi yang sama tidak kondusifnya di rumah selama setengah tahun, tentu memengaruhi kondisi mental Adya. Adya yang biasanya ceria, berani, dan mudah bergaul berubah jadi pendiam dan lebih tertutup. Parahnya, Adya juga jadi lebih sering membolos demi menyelamatkan dirinya dari dirisak oleh Hanum dan Dea.
"Raf, liat tugas yang kemarin dong," pinta Adya yang baru datang pada Rafa. Rafa langsung memberikan buku tugasnya pada Adya.
"Abis ini cabut lagi gak?" tanya Rafa dengan tatapan nakalnya. Adya merasa beruntung beberapa bulan yang lalu Ketika pergantian semester baru, wali kelasnya meminta semua anak untuk menukar tempat duduk mereka. Adya pun sepakat untuk duduk sebangku dengan Rafa sedangkan Dea pindah di sebelah Hanum.
"Lo lupa hari ini ulangan Matematika Peminatan?" sahut Mily yang duduk di belakang Rafa.
"Yah, sialan. Gue lupa belajar lagi." Adya mengacak rambutnya frustasi.
"Minta jawaban aja sama Kala mumpung masih sempet, kelas dia kan nanti ulangan duluan. Kita ulangannya nanti habis istirahat pertama," usul Rafa. Adya tidak menjawab lalu mencubit pelan lengan Rafa, karena dia tau Kala tidak akan mau memberikannya.
Hanum yang baru sampai langsung duduk di sebelah Dea yang sedari tadi hanya diam lalu berkata, "Yaampun, masih jaman ternyata minta jawaban sama kelas lain, padahal UAS sama UN udah di depan mata. Benci banget deh gue sama yang nyontek gak pake otak." Dea pun tertawa mendengar perkataan teman sebangkunya itu, sementara Asta mulai siaga.
Adya yang merasa disinggung pun hanya diam, dia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Mily yang kesal pun mmbalas sindiran Hanum, "Bejat ya bejat aja, gak usah sok suci tapi pas ulangan bikin grup chat sendiri. Bingung deh gue sama orang munafik kayak gitu." Hanum yang kesal mendengar Mily, merespon dengan sindiran-sindiran yang tak kalah menyakitkan.
Rafa, Asta dan Adya pun segera memisahkan Mily dan Hanum sebelum mereka menjadi bahan tontonan satu kelas. "Mil, udah lah kita cabut aja tar balik pas mau ulangan," kata Adya lalu menarik Mily keluar, diikuti Rafa. Mereka pergi gudang di belakang koperasi. Satu-satunya tempat yang sepi karena adanya cerita horror yang beredar diantara siswa SMAN 116, tapi Adya tidak termakan dengan rumor seperti itu karena Mily, yang seorang indigo dapat memastikan bahwa rumor itu tidak benar.
"Nih, minum dulu." Adya menyodorkan sebotol air mineral pada Mily yang masih megap-megap mengatur nafasnya.
"Lain kali gak usah diladenin, Mil. Lo tau sendiri kan Hanum gak tau malu kayak gitu anaknya. Kalo diladenin, malah lo sendiri yang keliatan jelek," ujar Rafa sambil menata ulang kuncirannya yang berantakan.
"Tapi gue kesel banget woi, mentang-mentang anak dokter tarus kaya dia ngerasa berkuasa gitu? Terus si Dea apaan banget lagi, berani songong kalo ada hanum, Asta, atau Leni doang. Kalau gak juga diem kayak orang bego di kelas," gerutu Mily yang masih kesal. Adya mendengar keluh kesah Mily sambil menghisap vapornya, sementara Rafa mengelus punggung Mily.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Downfall of Her Ice wall
Chick-LitRumah dan sekolah yang disebut-sebut sebagai tempat beristirahat, berlindung, dan bersenang-senang oleh banyak orang, malah terasa bagai penjara dengan berbagai siksaan yang menantiku setiap harinya. -Shadya R. ...