Spamm komen di setiap kalimat kalo boleh🤣
•
•
•
•Saat Jino sudah terlelap di dalam tidurnya. Jeno menarik lengan Karina untuk mengajaknya keluar berbicara. Karina tadi membacakan Jino sebuah dongeng sebelum tidur sesuai permintaan Jino.
Papa dan Mama Jeno juga sudah tidur di kamar Mereka. Waktu memang belum terlalu malam, mungkin sekitar pukul 9 malam saat ini. Wajar saja kedua orang tua itu sudah tertidur, karna usia yang sudah tidak bisa untuk di ajak begadang.
Hanya Jeno dan Karina yang belum tidur saat ini.
Setengah jam yang lalu laki-laki berkulit sawo matang yang terus menuntut penjelasan kepada Jeno perihal gebetan Jeno yang belum pernah di ceritakannya sudah pulang. Untung saja Haechan mendapat telpon dari pacarnya jika tidak, mungkin sekarang Jeno dan Karina akan di interogasi seperti maling yang keciduk warga.
Jeno membawa Karina ke halaman rumah yang cukup luas dan di terangi oleh cahaya remang-remang dari lampu taman.
Karina mendudukan dirinya saat Jeno memintanya untuk duduk di sampingnya.
"Bagaimana bisa kamu ada di rumah orang tua saya?" Tanya Jeno to the point, karna memang itu yang terus memenuhi kepalanya sejak pulang tadi.
"Ahh itu. Jino yang menelpon saya menggunakan hp neneknya. Dan meminta saya untuk datang, Pak." Ujar Karina penuh kebenaran.
"Lagi-lagi Jino merepotkan kamu." Lirih Jeno menundukan kepalanya. Laki-laki berhidung mancung ini selalu saja merasa bersalah dengan segala permintaan Jino yang merepotkan Karina.
Karina pasti juga memiliki kesibukan. Pikir Jeno.
"Sudah, Pak. Tidak pa-pa." Ujar Karina lembut.
Jeno menatap lamat Karina yang kini tengah tersenyum manis ke arahnya. "Cantik."
"Ya? Bapak ngomong apa?"
"Enggak. Gak ngomong apa-apa." Padahal sudah sangat jelas Jeno bergumam mengatakan kalau senyum Karina 'cantik'
"Pak, kalau begitu saya pulang dulu. Sudah malam juga." Ujar Karina melihat jam berteger di pergelangan kirinya.
"Saya anter. Waktu itu saya gak bisa anter kamu pulang."
"Boleh Pak." Ujar Karina menerima tawaran Jeno untuk mengantarnya pulang.
Di perjalanan, suasana sedikit canggung karena tidak ada yang harus di bahas. Dan bahasa mereka juga sangat kaku.
"Hm. Karina." Ucap Jeno lebih dulu menghapus keheningan.
"Iya Pak?" Karina menoleh sedikit ke arah Jeno.
"Eh jangan panggil Pak gitu dong. Sepertinya kita ini seumuran. Berasa tua banget di panggil bapak." Kata Jeno mengeratkan cengkramannya pada stir mobilnya.
"Ah gitu. Iya memang kelihatannya kita sepertinya seumuran." Jawab Karina jadi kikuk sendiri.
"Panggil aku Jeno aja, Mas Jeno juga boleh." Ujar Jeno lebih dulu menghapus bahasa formal mereka. Karna terlalu formal juga membuat Jeno merasa tidak nyaman.
"O-oh iya M-mas Jeno." Karina justru malah merasa makin canggung.
Hening
Ternyata Jeno salah. Ia pikir bahasa formal yang membutnya menjadi canggung. Justru seperti ini membuatnya jauh semakin canggung. Jeno merutuki dirinya sendiri.
"M-mas Jeno." Panggil Karina.
"Em?" Jawab Jeno setenang mungkin. Padahal jantungnya memompa sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA || JENO x KARINA
FanfictionAwalnya cuma nemuin bocah nangis di tengah kerumunan, eh! malah kepincut Mas Duda ganteng rasa bujangan. 🥉#3 - fanficromance (050721) 🥈#2 - fanficromance (080721) 🥉#3 - jino (090721) 🥈#2 - jino (010821) 🥇#1 - jino (090821) 🥉#3 - aespa (041221...