The Shelter | CHAPTER 13

17 3 2
                                    

"Selamat pagi Mr. Wylbert."

"Selamat pagi untukmu juga Elena."

Pria itu mengecek arloji, pukul menunjukkan setengah 8 pagi dini hari. Seperti biasa, kebiasaan layaknya rutinitas pagi Aeron selalu menyisiri segela penjuru mansion melihat-lihat keadaan.

Begitu pun menemui Elena-- pelayan mansion, Aeron selalu menyapa wanita itu di dapur ketika Elena tengah menyiapkan sarapan.

"Aku akan segera turun."

"Ya Mr. Wylbert."

Ketika Elena hendak memanaskan air, Aeron bertanya, "di mana Ellie? Apa dia masih tidur?"

"Ya sepertinya begitu. Aku akan memberitahu Joana untuk membangunkan nona Ellie."

Aeron menggeleng. "Tidak, jangan lakukan. Biarkan saja."

"Baik Mr. Wylbert."

Aeron tersenyum lalu meninggalkan dapur menuju lantai dua mansion. Ia benar-benar lelah, perawakannya sudah cukup berantakan. Dilihat dari ia yang sudah tak mengenakan setelan jasnya, dua kancing atas kemeja hitam yang telah ia buka, dan gulungan lengan kemeja yang digulungnya hingga kesikut. Bukan sekali, tetapi Aeron lagi dan lagi harus merasakan rasa lelah yang berlebihan tersebut.

Aeron berjalan menuju kamar Ellie berada. Ketika pria itu hendak mengetuk pintu, pria itu mengurungkan niat lantas menghembuskan napasnya begitu saja. Tak perlu mengetuk, ia enggan mengganggu tidur sang gadis di dalam.

Sekalipun ia tahu pintu kamar tentu saja akan dikunci, Aeron perlahan menekan gagang pintu hanya untuk mengecek.

Dan dugaannya salah. Pintu kamar sama sekali tidak terkunci.

Perlahan Aeron membuka pintu. Dengan tegap penuh karisma Aeron mendorong pintu lantas menujukan mata pada sekeliling dan berakhir pada ranjang.

Rapi. Dan kamar ditinggalkan.

"Ellie?" Aeron melangkah masuk.

Pria itu mengecek gadis itu di kamar mandi dan tak ada tanda keberadaan sama sekali.

Antara alis pebisnis muda itu mengkerut seketika namun dengan emosi yang terkontrol, ia mencoba untuk tetap mempercayai jika Ellie tidak sedang mencoba kabur atau apapun itu.

Usai perdebatan mereka kemarin? Itu bisa saja terjadi.

Dia pun juga bisa menghubungi segera penjaga mansion sekarang juga, tetapi pikiran positif masih mendominasi jiwa lelahnya. Hal-hal kecil yang tak sesuai bisa membuatnya marah tetapi ia adalah seorang pria bukan seorang anak laki-laki lagi.

Aeron menghubungi ponsel Ellie dan ketika tersambung, nada dering ponsel Ellie mengintrupsinya. Gadis itu meninggalkan ponselnya.

"Kau di mana Ellie?" Gumamnya pelan.

Aeron melangkahkan kakinya lebar menuju kamarnya berada.

Ketika melewati pintu perpustakaan, kakinya spontan berhenti begitu saja.

Pintu perpustakaan terbuka, tak dibuka lebar namun tentu saja telah dibuka oleh seseorang.

Dan tak pernah, tak satupun yang akan membukanya terkecuali olehnya sendiri atau ketika ia yang sedang berada di dalam, akan hanya Elena yang masuk memberinya jamuan.

Dia takkan membiarkan pintu terbuka secelah pun.

Ketika Aeron memasuki perpustakaan yang juga sekaligus merupakan ruang kerjanya, keadaan perpustakaan nampak kosong. Tak berisikan satupun manusia terkecuali dirinya, pada awalnya.

THE SHELTER  (Wylbert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang