The Shelter | CHAPTER 6

23 4 0
                                    

"Astaga Ellie kau di mana?" Floren menghembuskan napas gusarnya. Wanita itu mencoba menghubungi ponsel Ellie namub keponakannya tersebut sama sekali tak dapat dihubungi.

"Maafkan aku Joel, aku sudah mencoba untuk menghubunginya tetapi ponselnya dimatikan, tidak ada sambungan sama sekali."

Floren bersigap merogoh kunci mobilnya segera ketika awalnya mereka telah sampai hendak menjemput Ellie menuju bandara. Namun, rumah peninggalan ibu dan ayahnya tersebut tak menunjukkan keberadaan anak gadis itu sendiri.

Hari ini keberangkatannya menuju California telah tiba.

"Aku sudah memerintahkan orang-orangku ke peternakan, dia sama sekali tidak ada di sana."

Ketika di benak Floren keponakannya tersebut berada di sana, Joel memberitahu segera sesuai ekspetasi pria itu, Floren akan menuju ke peternakan.

"Ya Tuhan." Floren mengangkat tangannya ke udara. "Ellie tidak mungkin seperti ini."

Joel menarik kemeja formal miliknya, lalu melirik ke arloji. "Satu setengah jam. Itu tidak menjadi masalah, aku akan menemukannya."

Floren menggeleng dengan senyum hambar dan air muka yang terlanjur skeptikal, wanita itu pun bertanya, "tapi bagaimana?"

"Di mana pemakaman Mrs. Austin?"

○●○

Ellie sudah tahu mereka akan kemari.

Suara derum mobil floren yang ia kenali spontan menyadarkannya agar mengusap air matanya segera.

Floren menemukan punggung itu dari jauh tengah berlutut menghadap pemakaman saudarinya.

Hening, semilir angin menghembus menyapu wajahnya. Semakin ia mendekati Ellie, Floren merasakan kesedihan yang menyertai dan perlahan menyelimuti suasana hatinya.

Apa dia terlalu jahat membiarkan keponakannya ini pergi?

Ia berpura-pura seolah ia mengikhlaskan Ellie untuk menempuh kehidupan yang baru dan jauh lebih baik darinya. Sementara apa yang dikatakan Ellie bahwa kini tersisa hanyalah mereka-- memukulnya begitu keras.

Mereka berjuang bersama.

"Ellie, waktunya berangkat."

Ellie mengangguk tanpa menolehkan wajah. "Ya, aku tahu. Biarkan aku sendiri 5 menit lagi."

"Ba-baiklah."

"Maafkan aku merepotkanmu. Kau pasti khawatir jika aku melarikan diri?"

"Tidak, aku percaya kau takkan melakukan itu."

Ellie menumpu kedua tangannya dilutut membantu tubuhnya agar berdiri dengan kokoh ketika gadis itu telah siap menghadapi Floren.

Anak gadis itu segera memeluk Floren erat. Floren yang telah mengeluarkan air matanya, membalas Ellie lebih erat. Seperti ia berusaha memberikan energi positif kepada Ellie menyerap kesedihan keponakannya tersebut.

Ellie memejamkan matanya sembari berbisik, "ketika kau membutuhkan apapun, hubungi aku bi."

Floren mengulum bibirnya tak mampu menahan kesedihan. "Ya, ya tentu saja."

THE SHELTER  (Wylbert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang