The Shelter | CHAPTER 3

42 9 0
                                    

Ellie memarkir segera sepedanya. Restoran bibinya seperti biasa ramai pengunjung.

Tanpa basa-basi usai memasuki restoran, ia segera mengenakkan kemeja marun pekerja dan menyematkan segera papan nama.

Floren yang saat itu tengah melayani pembayaran cukup terkejut mendapati keberadaan keponakannya itu.

"Ellie?"

Ellie mengedikkan bahunya lalu tersenyum tipis. "Aku kembali."

Floren lantas membalas pelukan Ellie. "Kau tidak perlu kemari Ellie."

Mengikat scarf sebagai bandananya, Ellie menanggapi, "biarkan aku menghabiskan waktuku untuk membantumu. Dia sudah menghubungiku semalam."

Entahlah Ellie mendapati senyum bahagia Floren. Bibinya benar-benar ingin melihatnya hidup lebih baik. "Syukurlah, jadi apa yang dikatakannya?"

"Dia awalnya sudah akan mengatur keberangkatanku segera jadi aku akan meninggalkan Cheyenne besok. Tetapi aku mengatakan padanya jika aku butuh waktu."

Ellie menggelengkan kepalanya. Air mukanya menjadi khawatir. "Aku tidak mungkin pergi secepat itu. Jadi dia memberiku waktu seminggu."

Anggukan dari Floren begitu tegar dan lagi-lagi hanya mengulum senyum. "Baiklah."

Ellie menggulung lengan kemejanya. "Aku belum dipecat kan?"

Tawa Floren begitu mulus mengudara. Ia pun membalas, "tidak akan pernah."

Dia mengamati segala aktivitas dari seberang jalan seraya menikmati es kopi yang telah dipesannya sesaat sebelum anak itu datang dan bekerja.

Anak gadis bersurai keriting coklat itu ditempatkan sebagai pelayan meja yang menulis pesanan dan kembali membawakan para pelanggan makanan yang dipesan, pramusaji.

Ia menghela napas, menepuk-nepuk setelannya sesaat sebelum beranjak. Ia sudah cukup waktu untuk beralih tempat.

Waktunya mengecek peternakan dan tempat gadis itu tinggal.

○●○

"Aku pulang duluan Ellie, selamat tinggal." Ellie melambai dari jendela pada pekerja wanita beranak dua bibinya itu.

Tersisa satu meja lagi dan tugasnya selesai. Usai mengepel di bawah satu meja terakhir, Ellie pun membawa ember sisa air pel keluar dan dibuangnya.

Saat hendak kembali masuk, sebuah mobil sedan memasuki halaman restoran. Ellie mengernyitkan dahi, restoran sudah tutup dan penanda bahwa restoran telah tutup tentu bisa dilihat sekalipun dari kejauhan.

Ia pun menunggu sosok di dalam mobil itu keluar.

"Selamat malam," sapanya. Seseorang yang baru saja keluar itu adalah seorang wanita yang diyakini Ellie bukan masyarakat daerah Cheyenne.

"Selamat malam." Ellie tersenyum melepas ember dan pel yang semula dipegangnya.

"Maaf aku tahu restoran sudah tutup. Tapi apa aku bisa memesan satu menu, dan setelah itu aku pergi?"

Ellie memperhatikan gaya pakaian wanita yang formal tersebut. "Tentu saja. Silahkan masuk."

Wanita itu ramping dan begitu tinggi sekitar lima senti darinya. Celana bahan dan kemeja wanita yang dilapisi blazer yang dikenakannya mengasumsikan jika dia sepertinya berasal dari kota besar. Mungkin dari Ibukota.

THE SHELTER  (Wylbert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang