Besoknya, pagi hari, di kelas.
"Pagi!" sapaku.
Rey hanya menengok sebentar, kemudian kembali lagi ke bukunya.
Sabar, Liv.., sabar, kataku dalam hati."Rey, kamu suka baca buku pengarang A, ya??" tanyaku basa-basi.
"Bukannya kamu udah lihat sendiri?" kata Rey cuek.
Aku hanya tersenyum kecut, kemudian pergi ke kursiku.
Sama seperti kemarin, tetap cuek, keluhku."Kringg!!"bel masuk berbunyi, pelajaran dimulai, kemudian istirahat.
Aku dan Jenna sedang berbincang-bincang di kantin sambil menikmati sepiring siomay dan es teh.
"Eh, kemarin gimana pdkt-an sama Rey? Berhasil?" tanya Jenna.
"Justru itu, Rey super cuek! Masa kemarin..,"Flashback
"Halo! Kenalin, aku Livia," kataku memperkenalkan diri.
"Oh," kata Rey singkat.
Setelah itu dia tidak menghiraukan ku sama sekali.Di kantin.
"Rey, aku boleh duduk di meja ini, ya?" tanyaku.
Rey cuek, terus fokus makan bakso sapi yang tadi dipesannya.
Aku duduk. Rey hanya melihatku sebentar, kemudian tidak menghiraukan ku lagi.
Kami hanya fokus pada makanan kami masing-masing.Bahkan waktu pulang sekolah..,
"Rey! Kamu rumahnya di mana? Rumahku di jalan Rajawali, kalau dekat, kita bisa pulang bareng?" tanyaku pada Rey.
"Aku lebih suka pulang sendiri, dah!" kata Rey singkat kemudian langsung pulang."Cobaa?!! Bayangin ada cowok sedingin dan secuek itu!! Masa nggak peduli-in aku sama sekali??" keluhku.
"Ohh, pantes kemarin Rey nggak ditempelin sama cewek-cewek. Aku lihat, cuma kamu doang yang terus berusaha deketin Rey. Maklum, cowok dingin, cewek menjauh," kata Jenna."Hah.., iya nihh. Gimana ya, cara deketin Rey??" aku bertanya-tanya. Karena siomay di piring kami sudah habis, kami bergegas kembali ke kelas.
Di lorong, kami berpapasan dengan Eddy.
"Liv, bisa kita ngomong berdua aja?" tanya Eddy.
"Eh, iya," balasku.Di belakang sekolah.
"Mau ngomong apa, Ed?" tanyaku.
"Liv, jawabanmu gimana?" tanya Eddy.
Wahh!! Aku lupa soal jawaban pernyataan cinta Eddy!! Aku terlalu sibuk berusaha deketin Rey!"Eh, mungkin ini terlalu cepet. Kalau besok gimana? Aku mau pikir-pikir lagi," kataku dengan seribu alasan.
Tatapan Eddy berubah, seakan nggak suka dengan jawabanku.
"Terus kapan? Apa besok lagi kamu bakal beralasan mau pikir-pikir lagi?!" bentaknya.
Aku agak kaget, Eddy selalu terlihat tenang, hampir tidak pernah marah.
"Besok aku akan memberikan jawaban yang pasti. Aku pergi dulu ya!" kataku kemudian langsung pergi.Aku sedikit takut, Eddy yang marah terlihat sangat menakutkan.
"Hei!" Tak sengaja aku menabrak Rey yang sedang berjalan.
Dari belakang, Eddy datang dan melihatku dengan Rey, menatap kami dengan sinis kemudian pergi."Kamu kenapa Liv?" tanya Rey.
Aku hanya terdiam. Aku takut urusanku dengan Eddy gak akan berakhir setelah aku memberinya jawaban atas pernyataan cintanya."Liv?" tanya Rey lagi.
"Eh, nggak apa-apa kok, aku balik ke kelas ya?" kataku.
Aku baru berjalan selangkah, Rey langsung menyusulku dari belakang, "Aku juga mau ke kelas."Kami berdua kembali ke kelas tepat setelah bel masuk berbunyi.
Aku takut menengok ke belakang, entah kenapa, rasa takutku ke Eddy semakin bertambah.~bersambung~

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran dalam Angan
Romance"Apa tipe laki-laki idaman kamu?" Itulah pertanyaan yang paling disukai Livia. Laki-laki tampan, selalu perhatian, dan setia. Sosok laki-laki yang sempurna bagai pangeran. Laki-laki yang selalu muncul dalam angan Livia. Sampai tiba-tiba, sosok pange...