[ 𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚃𝚆𝙾 ]

134 25 34
                                    

TW // KEKERASAN

Changbin berjalan memasuki toilet pria, menilik sekitar, kedua tangannya keluar dari saku celananya. Ia berdiri didepan cermin, ia mendatangi toilet hanya sekedar membuang buang waktu. Ia sungguh muak melihat angka angka yang terpapar di papan tulis sedaritadi.

Ia membasuh kedua tangannya dan menarik beberapa lembar tisu untuk mengeringkan tangannya. Ia menarik handphone nya dari saku celana belakang.

"Apa alam semesta sedang bermain main denganku?" Ia bergumam kesal, bibirnya mengerucut sedikit ketika menyadari bahwa kelasnya masih lama bubar. Ia menghela nafas sebelum berjalan kembali menuju kelas statistikanya.

Dalam perjalanan ia mendengar sedikit suara tertawa, karena rasa penasaran menghampirinya, akhirnya Changbin melirik ke sumber suara. Disitu Felix dan beberapa teman lainnya sedang berjalan bersampingan. Mereka terlihat bahagia, saling bertukar lelucon dan gelak tawa.

Changbin menarik nafas dengan tajam, ia merasa sangat iri pada mereka. Membuat kenangan kenangan indah bersama teman dan bisa merasa sebebas bebasnya. Mereka tidak dikejar oleh orang tua yang terobsesi dengan nilai tinggi. Mereka juga tidak tertekan oleh apapun, Changbin sangat iri.

Bukannya ia tidak bersyukur memiliki orang tua yang berkecukupan-- bahkan lebih dari cukup, namun ia juga ingin merasakan keseruan masa masa remaja.

Changbin mengalihkan perhatiannya dari kumpulan juniornya dan segera berjalan menuju kelas.

Cakralawa sudah berganti warna menjadi biru tua, lampu jalanan sudah menerangi aspal beserta daerah sekitarnya, dan rumah rumah pada umumnya sudah hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakralawa sudah berganti warna menjadi biru tua, lampu jalanan sudah menerangi aspal beserta daerah sekitarnya, dan rumah rumah pada umumnya sudah hening. Namun, di rumah itu berbeda.

Suara pintu depan terbuka dengan kasar, menghantam dinding dan menciptakan suara yang mengejutkan. Pemuda berkacamata itu menutup matanya saat mendengar suara dentuman keras itu, ia menarik nafas lalu mencoba untuk mengalihkan perhatiannya kembali pada kegiatannya sedaritadi.

Ia mendorong kacamata bulat itu keatas hidungnya dan berdehem kecil. Sebelum ia membuat satupun coretan kecil, suara gelas terpecah terdengar diseluruh penjuru rumah. Ia menguatkan cengkramannya pada pensilnya.

Ia tahu ibunya dibawah sedang mencoba untuk menghentikan ayahnya yang pemabok itu, ia sangat ingin melindungi ibunya sekarang tapi sang ibu menyuruhnya untuk tidak melakukan hal tersebut.

"Berhentilah! Anak kita sedang istirahat!!" Suara teriakan wanita terdengar dari lantai dasar. Ia menggigit bibir bawahnya ketika mendengar suara sang ibu.

"AH PERS*TANAN DENGAN KIM SEUNGMIN! AKU TIDAK PEDULI DENGANNYA, DASAR WANITA JALANG" suara menggelegar itu menyahut dan diikuti suara kaca pecah lagi. Ia mengerutkan alisnya dan menutup matanya rapat.

Kim Seungmin-- tentu jika kau hanya melihatnya dalam sekilas ia seperti anak baik yang pemalu, penampilan beserta kacamata bulatnya memberikan kesan anak manis, tapi di realita dia bisa membuatmu merasa sesak hanya dengan satu tatapan.

𝒔𝒕𝒓𝒂𝒚 𝒐𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒐𝒂𝒅 -- stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang