❝𝐚𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐚𝐢𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐢𝐛𝐮𝐤𝐮 𝐭𝐚𝐡𝐮❞
Hyunjin berlari, menggenggam erat dompet berwarna hitam ditangannya, "Tunggu!" Teriaknya, sehingga pemuda bersurai pirang itu berhenti dan berbalik badan, merasa terpanggil.
Hyunjin menyusulinya, ia menelan ludahnya, nafasnya terengah-engah dan dahinya dilapisi peluh. "Ini,kau menjatuhkan ini" Hyunjin menyodorkan dompet itu pada pemuda itu, yang disambut senyum dan anggukan pemuda itu. "Oh iya, terima kasih" Jawabnya, mengambil dompet berwarna hitam itu dari tangan Hyunjin.
Hyunjin mengangguk pelan dan menunjukkan senyuman tipis, "Sebagai gantinya, apa kau ingin makan sesuatu? Nanti aku yang bayarkan" Pemuda bersurai pirang itu menaikkan alisnya, menunggu jawaban. Wajah Hyunjin seketika meluncur keatas, menatap pemuda itu.
Jujur perut pemuda Hwang itu sedang sangat lapar saat ini, tidak mungkin ia menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia mengangguk dan menunjuk minimarket disebrang jalan. "Kita kesana saja, sekalian nanti aku bisa langsung kerja" Jelas Hyunjin sambil berjalan, meninggalkan pemuda tadi yang sedikit bingung namun ia tetap mengikutinya.
Pintu minimarket terbuka, menciptakan suara bel berdentang. Di kasir ada kawan Hyunjin, Bang Chan yang sedang mengatur uang. "Oh, Hyunjin tumben kau datang lebih awal" Ejek Chan, mengeluarkan kekehan kecil. "Diam kau Kak Chan" Hyunjin memutar bola matanya, bercanda.
"Kau bersama teman Hyun?" Tanya Chan, menyadari presensi pemuda berambut pirang lain seperti dirinya. "Oh iya, Kak Chan ini- em, nama kamu siapa?" Hyunjin bingung sendiri, baru saja ingin memperkenalkan ternyata dirinya saja juga tidak tahu pemuda ini namanya siapa.
"Felix" Jawab pemuda berambut pirang itu sembari menunjukkan senyum hangatnya. "Ohh aku Hyunjin, ini Kak Chan, teman kerjaku disini" Hyunjin menjelaskan yang dibalas anggukan oleh Felix. "Hai" Sapa Chan yang sekali lagi mengundang senyuman Felix.
"Kalian bekerja disini? Seru ya" Felix bergumam, melihat seragam yang dikenakan Chan. "Seru? Seru apanya" Hyunjin bercibir, berjalan menuju lorong yang tertata rapi berbagai macam roti. "Kenapa memang?" Chan mengalihkan perhatiannya pada Felix, sedikit bingung apa arti pernyataan Felix.
"Maksudku, ya kalian boleh berkeliaran ke sana dan ke sini" Jawab Felix sedikit ragu. Hyunjin kembali dan membawa 2 roti bersama dengan susu pisang, ia letakkan di meja kasir dan Chan meng scan nya. "Hm, memang kau tidak boleh?" Tanya Chan lagi, menyebutkan totalnya pada Hyunjin.
Felix mengangguk, "Mana mungkin, pergaulanku saja dibatasi" Felix mencibir, mengeluarkan kartu kreditnya dan menyodorkannya ke Chan. "Hah- mengapa kau yang membayar?" Sungguh sejak kedatangan Felix, kerjaan Chan hanya kebingungan terus. "Dia berutang padaku, cepatlah perutku sudah sakit ini" Hyunjin mengerutkan alisnya menatap Chan.
Chan hanya mengangguk dan slide kartu Felix. "Pergaulanmu? Memang kenapa?" Hyunjin bertanya lagi, mencomoti rotinya.
Felix terdiam sementara, "Aku rasa untuk menjaga image? aku juga kurang tahu sih" Felix menjawab, sedikit ragu. Chan menyodorkan kartu kredit Felix kembali dan diterima olehnya. "Memang kerjaan ibu mu apa?" Hyunjin menusuk sedotan di susu pisangnya.
"CEO Lee Company sih" Jawab Felix dengan polosnya yang disambut dengan mata bulat Hyunjin dan Chan. "Astaga- Maaf aku tidak tahu sebelumnya-" "Mengapa minta maaf?" Felix memotong Chan dan nengeluarkan kekehan kecil.
"Karena kau anaknya CEO tentunya!" Seru Hyunjin, roti yang ia kunya saja hampir muncrat. Felix hanya mengidikkan bahunya, "Aku pergi dulu, sampai jumpa- em Hyunjin dan Chan" Felix tersenyum, melambaikan tangannya dan berjalan memuju pintu kaca itu.
Chan memberikan senyuman hangat dan melambai kecil, "Terima kasih atas traktirannya Felix" Sahut Hyunjin sebelum Felix keluar dari minimarket itu. "Kita baru saja berbicara dengan anak CEO Lee Company, kak" Hyunjin berbisik, kagum menyerbuki nadanya. Chan hanya mengangguk dan memberikan "mhm" simpel sebelum kembali bekerja.
"Kenapa kau masih disini?" Tanya Jeongin, memandang Jisung dengan muka memalas. "Hah?" Jisung menatap Jeongin kembali, matanya sayu dan memberikan tatapan tak berarti. Kepalanya berdenyut dengan kuat membuatnya merasa pening. "Ah sial- Kau siapa?!" Jisung terbangun dari tidurnya, memberontak sana sini.
"Yang harus menanyakan itu adalah aku!" Jeongin tidak kalah ribut, mengerutkan alisnya dengan rasa sebal. "Kau tiba-tiba muncul dan mengetuk pintu, bilang kau ingin kencing dan tiba-tiba meminta untuk menginap disini!" Jeongin berseru penuh amarah.
"Hah- Aku datang kesini untuk pipis? Mengapa aku kesini?" Jisung kebingungan sendiri, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kau mabuk tadi malam" Jeongin melanjutkan penjelasannya, melangkah ke dapur untuk mencari sesuatu untuk di makannya.
"Aku mabuk? Pantas saja kepalaku sakit" Jisung mencibir, kembali mendudukkan dirinya di sofa. "Yasudah, pergi sana" Jeongin berteriak dari dapur membuat Jisung tersentak sedikit. "Baiklah, maaf ya" Jisung berdiri dan berjalan menuju pintu, melirik ke arah dapur.
"Kau aneh juga ya, membiarkan orang asing menginap dirumahmu" Jisung menyahut, membuat wajah tidak yakin. "Bukannya aku ingin membiarkanmu, tapi kau memaksa" Jisung langsung membuat muka sedikit bersalah sebelum ber oh ria.
Lalu dia membuka pintu, hendak melangkah keluar namun berhenti sejenak, "Kapan-kapan aku datang kesini lagi ya" Jisung menyahut, entah mengapa ia merasa sangat blak-blakan sekarang. Jika ini Jisung yang biasa pasti dia sudah membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan beribu-ribu kata maaf.
Lalu ia meninggalkan rumah itu, menutup pintu dibelakangnya dan ia sempat celingak-celinguk arah mana ia harus pergi, namun sepertinya ia akan baik-baik saja.
ngoghey selamat senin man teman :D
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒔𝒕𝒓𝒂𝒚 𝒐𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒐𝒂𝒅 -- stray kids
FanficTertekan dan frustasi, Changbin hanya ingin menghilang dari dunia dan segala beban. cover by @DALK0MHAN_ [ LIFE IN PINK ] ©skyloml buat alur ceritanya