[ 𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝙵𝙾𝚄𝚁 ]

109 23 27
                                    

Ia menatap tirai yang menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam kamarnya. Pikirannya kosong, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Jisung, pastikan kau sudah merapihkan kamarmu sebelum turun untuk makan malam" Yang dipanggil mengarahkan kedua maniknya ke arah pintu kamar, mengangguk kecil saat disahuti.

Ia berdiri dan keluar dari kamarnya, turun dan berjalan menuju meja makan. Ia menghindari tatapan kedua orang tuanya dan memilih untuk segera duduk.

Ibunya meletakkan piring dengan sarden ke meja sebelum mendudukkan dirinya sendiri. Matanya mengindai sang anak, "Ayo mulai makan, kenapa tidak ada yang makan?" Pria itu memaparkan wajah bingung sebelum mulai mengambil nasi ke piringnya.

"Iya iya, Jisung makanlah" Wanita itu tersenyum, memperlihatkan lesung pipit manisnya. Jisung mengangguk dan menerima piring beserta nasi yang telah diberikan ibunya. Dan dengan begitu mereka mulai menyantap makanan yang ada di meja.

"Jisung, bagaimana kuliahmu?" Tanya ibunya, ingin mendengar suara anaknya. "Seperti biasa" Jawab Jisung singkat. "Hm?" Ayahnya menunggu lanjutan kalimat Jisung. "Seperti biasanya, aku di bully" Ia bergumam kecil, berharap orang tuanya tak mendengar hal itu.

Ayahnya segera meletakkan peralatan makannya dan meluncurkan fokusnya pada Jisung. "Kau masih dibully? Mengapa tak beri tahu kita?" Suara ayahnya terdengar sedikit tegas, berbeda dari biasanya yang ceria.

Jisung membungkam, matanya melekat pada pahanya, tentu ia benci sekali di bully. Namun ini sudah pernah terjadi, orang tua yang protes atas tindakan anak lain pada anak mereka sudah telah ia lalui. Yang ada malah ia semakin di bully, disebut seorang pengadu bukan hal yang seru bagi Jisung.

"Jisung..." Suara ibu Jisung melembut, mencoba untuk menenangkan sang anak. Dan itu membuat Jisung mendongakkan kepalanya dan melihat kearah wanita yang melahirkannya itu.

Sang ibu menatap penuh arti kedua manik Jisung yang berwarna coklat dan biru. Ia mencoba untuk mencari jawaban dari Jisung, ia menunggu untuk Jisung berbicara dan menjawab.

"Aku-... hanya tidak ingin mempersulit siapapun..." Nada bicara Jisung sedikit di atas bisikan.

Han Jisung-- anak dari keluarga yang harmonis, tapi mengesampingkan semua itu, masalahnya berada di kuliah. Di bully karena ia heterochromia terdengar buruk, kan? Ditambah lagi ia tidak memiliki teman di sana.

"Kau tidak akan mempersulit siapapun, Jisung! Kecuali dirimu!" Ayahnya mengganti nada sedikit lebih tinggi. "Kalian tidak mengerti!" Bela Jisung, ia menatap secara bergantian orang tuanya. "Dan kalian tidak akan pernah bisa mengerti" Lanjut Jisung, suaranya mengecil demi detiknya.

"Iya aku akan pulang sebentar lagi bunda" Suara dalamnya tersampaikan ke ujung telepon yang satunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya aku akan pulang sebentar lagi bunda" Suara dalamnya tersampaikan ke ujung telepon yang satunya. "Baiklah, ingat jangan bergaul dengan orang kalangan bawah" Suara wanita itu terdengar jelas, membuat Felix menghela nafas dan hanya menggumamkan sebuah "Iya" kecil.

𝒔𝒕𝒓𝒂𝒚 𝒐𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒐𝒂𝒅 -- stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang