[ 𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚂𝙴𝚅𝙴𝙽 ]

85 21 38
                                    

aku ingin menemukan kunciku
yang tersembunyi


Minho memutar dan membalikkan badannya diatas ranjang, tubuhnya ditutupi keringat. Seketika matanya terbuka, badannya terangkat ke posisi duduk dan nafasnya tersengal-sengal.

"astaga, hanya mimpi buruk rupanya" ia menelan ludahnya, melihat sekitar sebelum menghembuskan nafas lega. Perhatiannya langsung teralihkan pada lengan atasnya, rasa perih membumbui luka disitu. Yaampun, Minho benar benar kacau sehingga ia lupa mengobati lukanya.

Ia beranjak dari kasur perlahan, tubuhnya pegal bukan main saat ini. Ia membuka lemari dan mengeluarkan kotak plastik yang berisikan beberapa perban dan juga alkohol beserta kapas untuk luka-lukanya.

Ia kembali mendudukkan dirinya diujung kasur, ia membuka kotak itu dan mengambil kapas dan memberikan sedikit alkohol. Minho mengambil nafas dalam, sebelum menekan perlahan kapas bertaburi alkohol itu pada lukanya.

Bibir bawahnya tertangkap antara giginya, menahan ringisan yang hendak keluar. Entah sudah berapa malam harus ia lewati mengobati lukanya, namun ia tidak akan pernah terbiasa dengan rasa sakitnya.

Setelah beberapa saat, ia menutup lukanya dengan perban. Meletakkan kotak plastik itu di meja kecil samping kasur dan kembali membaringkan badannya ke ranjang sembari mengeluarkan nafas lega.

Ia menatap langit-langit kamarnya, memikirkan bagaimana lelahnya hidup yang harus ia jalani. Mungkin hanya karena Minho tinggal satu atap dengan sang ibu saja, karena Minho masih tenang disekolah.

"seandainya aku bisa kabur" gumamnya kecil, mengepalkan tangannya. "jauh dari rumah ini, jauh dari ibu" lanjutnya lagi. Hati Minho tengah menangis saat ini, seandainya kata kata itu lebih dari harapan.

Ia meliriki pintu sebelum matanya teralih kembali pada langit-langit. Ia terbangun, alih-alih memandang lekat pintu kamarnya. Detak jantungnya mempercepat, adrenalin mengalir dengan cepat, ia tidak pernah merasa
lebih bergairah dari saat ini.

Ia mengambil tas, dengan terburu-buru memasukkan beberapa baju dan tidak melupakan dompetnya. "ini benar-benar akan terjadi" bisiknya sendiri, senyuman mekar pada mukanya.

Dengan perlahan, ia membuka kunci jendela yang sudah sedikit berkarat. Engselnya pun juga begitu sehingga akan tercipta suara bising jika tidak pelan-pelan. Sehingga Minho menahan nafasnya sambil membuka jendela itu, ia merangkak naik dan keluar tidak lupa untuk menutup jendela itu perlahan lagi.

Dan dengan itu ia hanya tersenyum dan membiarkan tungkainya membawa dirinya ke suatu tempat, yang dirinya juga belum tahu.

Dengan badan yang seperti akan terbawa oleh angin, Jisung berjalan tanpa arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan badan yang seperti akan terbawa oleh angin, Jisung berjalan tanpa arah. Tak sadar daerah sekitar, ia hanya berjalan kemana kakinya membawa. Tubuhnya mengeluarkan aroma alkohol yang kuat.

Ia menggenggam botol kaca yang sedikit lagi habis, rambut berantakan, dan matanya terbuka setengah. Terkadang ia terkekeh sendiri, terkadang alisnya terkerut dan ia bercibir tentang Park Jihoon itu beserta kawan-kawan miliknya.

𝒔𝒕𝒓𝒂𝒚 𝒐𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒐𝒂𝒅 -- stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang