[ 𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝚂𝙸𝚇 ]

112 25 30
                                    


Langit yang penuh harapan hanya tertutupi oleh tangan orang lain

Changbin bergegas menaiki ranjangnya, ia merebahkan badannya yang terasa kaku dan menghelakan nafas dalam sebelum tersenyum tipis memandang plafon diatasnya. Ia memejamkan matanya, merilekskan tubuhnya dan mulai mengucapkan sederet kata berulang ulang di dalam hatinya.

Selang beberapa waktu, Changbin kembali duduk dan segera beranjak dari ranjangnya. Sekali lagi ia merasakan kegirangan disekujur tubuhnya, senyuman lebar terpaparkan diwajahnya. Ia membuka pintu dan keluar dari kamarnya, ia berlari menuruni tangga bagaikan seorang anak yang ingin berjumpa dengan ayahnya yang usai kerja.

Tanpa pikir panjang, Changbin membebaskan dirinya ke alam luar dan menghembuskan nafas lega. Ia berkata dihati dan tubuhnya terasa ringan, kakinya terangkat dari tanah dan ia sudah berada di udara. Seperti yang ia inginkan, ia membawa tubuhnya ke atas pegunungan dan duduk dipuncak, menikmati angin sepoi sepoi.

Aku tahu kalian bingung, mungkin ada sesuatu yang harusku perjelas. Anak seperti Changbin yang sudah tiap harinya ditekan untuk mengejar nilai nilai tinggi dan tidak memiliki tempat curahan hati tentu mencoba untuk mencari kebebasan di suatu tempat.

Banyak anak yang merasakan kebebasan itu melalui seseorang atau suatu tempat. Namun Changbin mendapatkan rasa bebas itu di alam lain, di alam bawah sadar. Tapi bisakah aku menyebutkan ini sebagai alam bawah sadar? Karena Changbin mengetahui dengan baik bahwa ia sadar. Jadi akan aku sebut alam lain saja.

Masih bingung? baiklah, Changbin adalah oneironaut, seseorang yang dapat melakukan lucid dream atau mimpi sadar. Akan ku persingkat, lucid dream adalah adalah sebuah mimpi ketika seseorang sadar bahwa ia sedang bermimpi dan bisanya dapat mengontrol mimpinya itu.

Changbin tersenyum, kakinya berayun ayun diujung jurang. Lama kelamaan, senyuman yang terlukis diwajah Changbin memudar. "Seandainya" Changbin berhenti sementara, "Aku bisa sebebas ini di dunia nyata..."

Dalam sekejap, mata Changbin terbuka. Ia melihat sekelilingnya sebentar dan menjatuhkan kepalanya kembali ke bantal. "Ah sial" Ia mengusap kasar wajahnya. "Seharusnya tidak aku pikirkan hal seperti itu" Changbin mengumpat.

Chan menelusuri area kumuh yang berada di belakang rumahnya, ia sangat yakin bahwa tadi seseorang sudah memasuki rumahnya dan-- entah apa yang mereka lakukan --lalu bersembunyi di belakang situ saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan menelusuri area kumuh yang berada di belakang rumahnya, ia sangat yakin bahwa tadi seseorang sudah memasuki rumahnya dan-- entah apa yang mereka lakukan --lalu bersembunyi di belakang situ saat ini. "Sebetulnya jika kau sedang membutuhkan uang, kita berada di halaman yang sama kawan" Chan mulai mengendap endap mendekati setumpukan kardus itu.

"Jadi sebaiknya kau mulai bekerja dibanding mencuri barang milik orang lain, kau tahu itu" Chan berbicara pelan dan mematai kardus kardus itu lagi sebelum menarik satu yang menjatuhkan kardus lainnya. "Ah- b-baiklah, t-tolong jangan sakiti aku" Seseorang yang menggunakan baju serba hitam menutup wajahnya, bersembunyi. Chan bingung, apakah dia yang mencuri atau orang ini. Sepertinya pencuri ini penakut.

Chan mundur beberapa langkah, "Iya iya aku tak akan melakukan apapun, tapi bisakah kau kembalikan, emm, apapun itu yang kau ambil" Chan benar benar sangat amat bingung, kenapa rasanya seperti dia yang mencuri. Orang itu melemparkan sebuah benda ke kardus dan kembali menutupi wajahnya karena ketakutan.

Chan mengalihkan perhatiannya ke benda itu dan sadar bahwa itu handphone-nya "Astaga" Chan mengambil barang miliknya itu dan memasukkannya kekantong celananya. "Baiklah aku pergi dulu" Chan -- entah mengapa -- pamit kepada orang itu. Chan membalikkan badannya dan melangkah sekali, "K-kau tak akan melaporkanku?- ke polisi?" orang itu bertanya.

Chan terdiam dan membalikkan badannya ke arah orang itu, "kurasa tidak perlu, kau terlihat terlalu rapuh untuk berurusan dengan polisi" Chan terkekeh kecil. Orang itu perlahan menjauhkan tangannya dari wajahnya, "benarkah?" Chan hanya menjawab sambil mengangguk dan tersenyum kecil.

"o-oh, oke baiklah... um terima kasih" Chan bingung tapi mengangguk ria saja. "Tentu, kapan kapan datanglah lagi." Chan tersenyum. "ah? benarkah?" "yaa tentu saja" Orang itu terdiam dan menunjukkan senyuman kecil. "Baiklah".

Chan kembali memasuki rumahnya, kejadian aneh bukan? hehe Chan juga masih bingung namun yasudahlah.

"Iya sudah" jawab Felix singkat, memandangi kursi dan meja belajar di depannya, sebetulnya melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya sudah" jawab Felix singkat, memandangi kursi dan meja belajar di depannya, sebetulnya melamun. "Sudah mengerjakan PR?" Ibunya bertanya lagi. "Sudah" Jawab Felix tanpa pikir panjang. "Sudah menyapa Bu Jung?" "Sudah". Entah sudah berapa kali Felix menyebutkan kata yang sama sedaritadi.

"Sudah-" "Iya, sudah, aku sudah menyapa juga Sungchan, iya sudah, aku juga sudah menyiapkan bajuku bukuku, aku sudah mentutorkan Sungchan dan adiknya juga, aku sudah menyiapkan juga bajuku untuk malam ini, dan tidak, aku tidak berbicara dengan temanku yang dari luar kampus" Felix menjelaskan panjang lebar tanpa melihat ibunya. Ibu Felix terdiam sementara, tidak suka dengan sikap anaknya barusan "Baiklah sana siap-siap untuk makan malam bersama keluarga Kim"

Felix mengeluh dalam hati, ia sudah cape setiap hari dikontrol seperti ini. Ia beranjak dari kasurnya "Dan Lee Felix ibu tidak suka sikapmu seperti itu" Felix memilih untuk mengabaikan perkataan barusan dan bergegas ke kamar mandi.

Saat masuk ke dalam toilet, Felix langsung mengumpat "Mengapa aku harus selalu menyapa Keluarga Jung sih? Mereka tetangga tapi tak setiap hari juga kali. Aku juga bukan anak anak yang harus selalu diingatkan ini itu dan aku benci makan malam antar company" Felix menghembuskan nafas dalam untuk menenangkan dirinya.

Akhirnya ia mulai membersihkan dirinya dan menjalani sisa harinya dengan umpatan dalam hati.

Akhirnya ia mulai membersihkan dirinya dan menjalani sisa harinya dengan umpatan dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


felix bisa jadi rapper gasi? wkkwwk btw aku apdet lebi cepet yeaaaa~

𝒔𝒕𝒓𝒂𝒚 𝒐𝒏 𝒕𝒉𝒆 𝒓𝒐𝒂𝒅 -- stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang