03

93 19 29
                                    

Selamat Membaca-,

***

"Lebih baik aku ikuti saran Abi untuk sholat taubat," ujar Mumtaz kemudian terbangun dari baringnya dan segera beranjak ke kamar mandi untuk  mengambil air wudhu guna menenangkan hatinya yang sedang dirundung gelisah.

Setelah mengambil wudu, Mumtaz pun mulai melaksanakan shalat taubat sesuai dengan apa yang abinya sarankan.

Sebesar apapun seorang hamba berbuat salah, pasti Allah akan memaafkan setiap hambanya yang ingin bertaubat.

Karena Allah Al-Ghaffar.
Yang Maha Pengampun.

"Ya Allah tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun, ampunilah segala dosa hamba karena telah menyentuh wanita yang bukan mahram," ujar Mumtaz berdoa dengan air matanya yang mengalir karena merasa malu telah menyentuh wanita yang bukan mahramnya.

Kata siapa laki-laki tidak pernah menangis? Setiap orang punya kesedihannya masing-masing. Laki-laki juga bisa bersedih, dan juga bisa menangis. Hanya saja mereka enggan menunjukkan sisi kesedihannya.

Usai shalat, ia pun dipanggil sang abi yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamarnya, mendengar semua keluhan atas kesalahannya.

"Mumtaz ... boleh Abi masuk? Abi ingin bicara," ujar abinya meminta izin.

"Iya Bi, masuk aja," ujar Mumtaz sembari meletakkan Kopiahnya. "Ada apa, Bi?" tanyanya.

"Abi hanya ingin mengingatkan, jangan terlarut dalam penyesalan. Tapi kejadian itu harus kamu jadikan pelajaran untuk kedepannya."

"Na'am, Abi. Insya Allah, semua ini adalah ujian bagi Mumtaz, sampai mana Mumtaz mengamalkan setiap yang abi ajarkan tentang larangan menyentuh yang bukan mahram," balas Mumtaz meyakinkan dalam diri bahwa ini adalah sebuah ujian yang Allah berikan.

"Abi bangga sama kamu, Nak," ujar Hasan sembari menepuk pundak putra bungsunya.

"Mumtaz lebih bangga punya abi yang selalu mengajarkan anaknya dalam kebaikan." Senyuman bahagia terlihat jelas di wajah keduanya.

"Ya sudah, kamu tidur takut kesiangan nanti tahajud," titah Hasan yang dibalas anggukan oleh Mumtaz.

Hasan pun berjalan menuju pintu, dan keluar kamar lalu menutup pintu kamar Mumtaz. Namun, sebelum itu keduanya saling melempar senyuman.

°°°°

Jam menunjukkan pukul 02:30 wib alarm Mumtaz pun berbunyi.

Kring ... Kring ... Kring ...

Mumtaz bergegas bangun dari tidurnya dan segera melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil wudu kemudian langsung shalat tahajud.

Setelah selesai sholat tahajud dan berdoa, Mumtaz melipat sajadahnya dan mengambil buku yang tersusun rapi di rak. Dia mengambil sebuah buku dan mendudukkan diri di sofa yang menghadap ke arah ranjang.

Selembar.

Dua lembar.

Tiga lembar.

Sehati Tak Seiman (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang