Jarum detik bedetak cepat, seirama dengan detak jantung Aurora yang pagi ini berlarian di trotar. Mata gadis itu masih tak luput memandangi arloji pink yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Tin!!
Sebuah sepeda motor matic yang datang dari arah kiri jalan, nyaris menabrak gadis berkucir dua itu, jika rem terlambat dicengkram.
Pemuda dengan seragam putih biru yang mengendarai sepeda motor, melepas helmnya hingga menampilkan wajah tampannya berekspresi dingin yang membuat Aurora meneguk ludahnya takut.
"Kamu bisa nggak si, kalau mau nyebrang liat kanan kiri dulu?!"marahnya, menatap nyalang Aurora.
Aurora yang masih shock dengan debaran jantung kencang, maju mendekati cowok itu.
"Aku boleh nebeng ke sekolahan?"
Cowok itu melongo, melihat wajah polos Aurora. "Ha?"
"Boleh ya? Aku udah terlambat, masa kamu nggak mau nganterin aku sih? Kamu masih manusia kan? Yang punya jiwa sosial buat bantuin orang lain? Jadi mau ya, anterin aku?"
Cowok berambut hitam legam itu dibuat bingung, oleh pertanyaan beruntun Aurora yang lebih pantas disebut sebagai ceramahan.
"Kamu kenapa malah bengong?" suara itu berhasil membuyarkan cowok itu dari lamunannya.
Dia menatap aneh gadis berkaos olahraga, dengan rambut yang di kuncir dua di sebelahnya.
"Nganterin kamu bukan kewajiban aku," balasnya enteng, ia kembali bersiap memasang helmnya untuk segera kembali berkendara, memilih tidak mau memperpanjang masalah soal kejadian yang hampir disebut kecelakaan tadi.
Mata Aurora terbelalak, mendengar respon santai dari cowok itu. "Kok kamu tega gitu, aku ini cewek."
Cowok itu menghentikan kegiatannya, menoleh dan menatap Aurora dengan kening berkerut bingung.
"Emang kenapa kalau cewek?"
Aurora mendengus sebal. "Cewek itu harus dihormati."
"Dihormati ya dihormati, tapi harus tau situasi."
Perkataan cowok itu membuat Aurora bungkam. Ia langsung tertohok mendengarnya.
Cowok itu mempalingkan wajahnya, sebari mengembuskan napas. Kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan tidak habis pikir dengan gadis polos ini.
Cowok berambut hitam legam itu kembali melanjutkan untuk memasang helmnya yang sempat tertunda.
Aurora mengulum bibir,ia membungkuk, melihat kakinya yang bergerak gelisah. Dia tidak tahu harus berbuat apa, sementara waktu terus berjalan dan sudah dapat dipastikan dia pasti akan mendapat hukuman lari, begitu sampai di sekolah.
Sebelum pergi, cowok yang sudah mengenakan helmnya itu, menatap Aurora dari balik kaca helmnya. Ada rasa iba yang terbesit di hatinya, melihat wajah murung gadis itu.
Cowok itu menghela napas. Berusaha berpikir cepat untuk mendapatkan jalan pintas dari masalah ini.
Jika dia meninggalkan gadis ini sendirian, pasti rasa bersalahnya akan terus mengikutinya. Tetapi, jika dia memilih untuk mengantarnya, itu malah akan merugikannya, karena dia juga sudah terlambat.
Kalau dilihat dari seragam olahraganya, cowok itu bisa mengenali bahwasannya cewek di sampingnya ini bukan berasal dari sekolahnya, melainkan sekolah lain yang entah ada di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
About You
Teen Fiction[Follow akun yang nulis dulu, biar semangat update] Gara-gara sayembara helm, Aurora harus bertemu dengan ketua salah satu geng di sekolahnya yang bernama Kairo. Tak disangka-sangka, ternyata cowok itu adalah seseorang yang pernah Aurora temui di ma...