8. Hometown

13 9 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Pagi itu, cuaca di kota Eindhoven sangat cerah. Beberapa burung nampak beterbangan di langit. Langit cerah biru membumbung tinggi seperti lukisan di tengah kota yang biasanya tertutup kabut hitam polusi kendaraan. Pagi itu cuaca benar-benar cerah. Secerah hati Ibi saat itu. Pemuda itu tengah duduk di sebuah kursi di stadium PSV. Stadium tampak masih sepi, Ibi terlihat memperhatikan jam tangannya.

"Apa aku yang datang kepagian?" gumamnya menatap sekitar.

Tangannya terulur membuka resliting tas olahraganya, lalu mengeluarkan sepatu bolanya. Di letakkannya sepatu bola yang dia pegang tepat di samping sepatu yang sedang dia kenakan, lalu Ibi melepas sepatu kets dan memakai sepatu bolanya. Setelah dirasa sudah nyaman, kaki yang telah menyatu dengan sepatu bola, lantas dia bangkit dari duduknya dan segera melakukan pemanasan.

"Terwijl ik wacht tot de anderen komen, zal ik opwarmen!" (1) ucapnya.

Pemuda asli Maroko tersebut berlari mengelilingi lapangan, tak lama setelah itu beberapa teman-teman datang, dan mulai bergabung dengan Ibi.

Gregory dan Bryan yang baru sampai segera mengganti sepatu dan ikut menyusul berlari. Lima belas orang telah datang meramaikan PSV stadium.

Selesai pemanasan, mereka semua duduk di lapangan. Sembari bercanda dan bercakap-cakap, mereka menunggu sang coach datang.

Mister Koenraad melangkah menuju lapangan, mendekati anak-anak didiknya. Kode tepukan tangan ciri khas dari mister Koenraad membuat para anak asuhnya menoleh kearahnya.

"Aandacht! de selectie komt dichterbij, ik vraag je om ijverig te oefenen!" jelasnya pada semua anak asuhnya.

d'Oranje : Ik Hou Van Je { Terbit Novel } √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang