Song by : Danilla - Ada Di Sana
-------------------------------------------------------
Musim kemarau.
Musim yang membuat sore hari terasa lebih panas dari biasanya. Juga membuat sebagian orang lebih menyukai berada di dalam ruangan hanya untuk menghindari sengatan matahari. Panas matahari tetap terasa di bumi ini, walaupun sekarang waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Panas hari ini tidak menghentikan semangat seorang wanita berambut panjang yang saat ini dia kuncir, untuk setia menunggu seorang pria yang selalu membuat dia bahagia. Seorang pria dengan tinggi rata-rata pria dewasa di Indonesia yaitu 170 cm, bermata abu-abu gelap, dan memiliki lengkungan di pipi sebelah kiri yang dapat dilihat ketika dia tersenyum. Dan pria itu kini sudah berada di belakang punggung wanita tersebut. Dia memberikan senyuman termanis untuk si wanita yang telah lama menunggunya.
"Maaf ya, lama." ucap si pria dengan menunjukkan lengkungan indah di wajahnya.
"Okay... kalau mau di maafin, traktir aku siomay Bang Jali ya?" si wanita berucap dengan wajah datar, dan di sambut anggukan oleh pria itu.
Mereka pun akhirnya mulai berjalan dengan menuntun sepeda si pria, yang sebelumnya mereka ambil di parkiran sepeda. Mereka berjalan sambil bercerita keluh kesahnya hari ini. Tidak jarang ada keusilan yang dilakukan masing-masing dari mereka.
***
Sampailah mereka di tempat siomay Bang Jali, tempat favorit mereka. Si pria makan begitu banyak siomay sampai menghabiskan 3 porsi sekaligus. Padahal si wanita yang seharusnya makan paling banyak, bukan?
"Yuda." panggil si wanita.
"Kenapa Yura?" jawab si pria sambil meraih minumnya.
Entah kenapa ada rasa ragu yang ditunjukkan oleh si wanita atau Yura kepada si pria yaitu Yuda. Keraguan akan ketakutan yang mungkin bisa menghancurkan persahabatan mereka yang sudah terjalin selama 3 tahun.
"Yud, maaf ya karena aku harus bilang ini." ucap Yura sambil meremas bajunya dengan kedua tangan.
"Aku... mencintaimu, Yud." Kini Yura menatap dengan mata teduh ke arah Yuda.
Yuda yang mendengar pernyataan cinta Yura hanya bisa menunduk sambil sedikit mengigit bibir bawahnya.
"Aku..." mulainya. "Maaf sebenarnya..." masih dengan keraguan yang Yuda tunjukkan untuk menjawabnya. "sebenarnya aku... tidak menyukai perempuan."
Kini berbalik Yuda yang menatap Yura dengan mata teduh itu. Melihat kedua alis Yura yang hampir menyatu, mata bulat yang bergerak-gerak tak tenang dengan tetap fokus melihatnya, dan seakan Yura sedang menunjukkan ketidakpercayaan akan hal yang Yuda katakan.
PLAK!!!
Terdengar suara tamparan cukup keras mendarat di pipi Yuda. Penjual siomay yang melihatnya, hanya diam tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Dan kebetulan, saat itu hanya Yuda dan Yura saja yang membeli siomaynya. Setelah itu, Yura pun pergi meninggalkan Yuda. Yuda hanya bisa menghela nafas pelan, seakan dia sudah bisa menyadari apa yang akan terjadi.
...
Setelah beberapa saat kemudian, ketika Yuda ingin bangkit dari tempat duduknya untuk segera pulang, tiba-tiba saja Yura kembali dengan membawa botol air mineral dingin dan menyodorkan ke pipi Yuda yang tadi dia tampar. Kemudian Yura memberikan senyuman kepada Yuda sembari berkata, "Maaf Yud, aku terlalu kekanak-kanakan. Seharusnya aku nggak boleh begitu."
Yuda sempat merasa bingung akan perlakuan yang Yura berikan. Dan setelahnya, Yuda pun membalas senyuman Yura sambil menggenggam tangan Yura yang sedang menyentuh botol minum yang berada di pipinya.
"Itulah mengapa aku mencintaimu." batin Yuda berucap.
***
Hey guys!
Aku balik lagi dengan cerita baru nih. Kali ini kolaborasi sama temen aku, sebut saja namanya Mitha. Karena emang namanya Mitha.
Cerita kali ini kreasi kita berdua yang di dominasi oleh si pemilik ide cerita a.k.a Mitha. Dia ingin membuka wawasan kita mengenai LGBT. Agak nggak biasa sih genrenya, tapi percaya deh ini bakalan seru.
Nggak percaya?
Ayo baca bareng-bareng!
KAMU SEDANG MEMBACA
U
General FictionYuda: Aku mencintaimu penuh keraguan, sementara kamu mencintaiku dengan penuh keyakinan. Yura: Kamu tahu? Karena sebuah rasa harus diungkapkan. Copyright © Mitha & P. Afriliani 2020