Chapter 4

13 1 0
                                    

Song by : Endah N Rhesa - Before You Sleep

---------------------------------------------------------

Ssssh...

Suara air shower menyala.

Membasahi tubuh yang kini hanya diam mematung. Merasakan dinginnya air yang mengalir dari kepala sampai sela-sela jari kaki. Merilekskan pikiran yang sedari tadi bekerja. Mencoba untuk menenangkan hati yang sudah dicoba untuk ditenangkan.

Pikiran selalu mengatakan 'tidak apa-apa' tetapi hati tidak bisa menerima pendapat tersebut.

Hingga hanya menciptakan air mata yang terus keluar.

...

Jam 9 malam.

"Lama banget mandinya, Nak?" tanya seorang pria paruh baya pada wanita yang baru saja menyelesaikan mandinya.

"Tadi pulang kuliah panas banget Yah, jadi Yura mandinya lama. Hehe..." jawab Yura sambil berjalan ke arah sofa, menghampiri Ayahnya yang sedang menonton TV. "Ada berita apa Yah?"

"Biasa, politik bikin ruwet." jawab Ayah Yura sambil menyesap secangkir kopi hitam. "Kuliah gimana hari ini, Ra? Lancar?" Kini perhatian Ayah berpindah ke Yura.

"Iya lancar Yah, cuma tiap semester makin rumit aja gitu." jawab Yura dengan wajah malas.

"Kasihan..." ledek sang Ayah.

Ledekan itu membuat Yura cemberut dan sang Ayah hanya bisa tersenyum melihatnya. Ayah Yura kemudian berdiri, bergerak menuju dapur yang tidak jauh dari ruang nonton TV. "Kamu mau makan apa, Ra? Tadi kamu belum makan, 'kan?"

"Aku nggak laper Yah, tadi udah makan siomay Bang Jali sebelum pulang." Yura menjawab sambil menggosok-gosokan rambutnya yang basah dengan handuk.

"Yakin? Itu kan cuma cemilan, Ra." ujar sang Ayah lagi. "Kamu kan makannya banyak. Hahaha..."

Yura hanya bisa berdecih sambil menggerutu dan pergi menuju kamarnya.

"Bener nih? Ayah mau bikin mie pake telor nih..." ledeknya lagi. Mie adalah makanan yang paling susah ditolak oleh masyarakat pada umumnya. Dan hal itu berlaku juga pada Yura. Tapi saat ini Yura benar-benar tidak nafsu makan, maka dari itu dia tetap masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar berukuran 2x2 itu, Yura duduk di lantai sambil bersandar disamping tempat tidurnya. Masih diam melamun, memikirkan seseorang yang tadi sore membuat dia merasa sedih. Sedih akan penolakan cinta yang tidak biasa. Ada perasaan tidak rela jika seorang pria yang dia cinta itu berbeda dari pria lain yang pernah dia kenal.

Lamunan itu membuat yura kembali ke masa lalu. Masa dimana si pria tersebut selalu mencarinya hanya untuk memberikan sebuah minuman. Kemudian berakhir pada kedekatan seperti sepasang kekasih. Berangkat dan pulang kuliah bersama dan juga selalu makan siang bersama. Yura selalu membawakan bekal makanan untuk mereka makan berdua pada jam istirahat. Atau terkadang, mereka akan pergi ke cafe yang berada dekat dengan kampus, Deni Cafe.

Mencoba mengingat hal janggal yang dilakukan oleh pria yang dia cintai. Hal janggal yang mungkin Yura belum sadari bahwa 'Yuda tidak menyukai perempuan'. Semakin dia mencoba untuk mengingatnya, semakin terasa ini tidaklah benar.

"Tidak mungkin Yuda tidak menyukai perempuan. Mungkin dia hanya tidak menyukaiku dan takut menyakiti perasaanku. Tapi dengan dia mengatakan hal seperti itu, itu sangat menyakitiku."

Batin Yura terus berucap. Mencoba menyangkal segala hal yang Yuda katakan padanya. Hingga hanya air mata yang sesekali menetes membasahi pipi chubbynya.

UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang