Song by : Kunto Aji - Pilu Membiru
--------------------------------------------------------Aulia POV:
Aku selalu memperhatikanmu. Melihat pesona indah yang selalu terpancar dalam dirimu. Efek yang membuatku tidak bisa lepas jauh darimu.
Aku selalu tidak sabar menunggu hari esok datang. Hari di mana aku akan melihatmu dan kamu akan melihatku. Hari dimana kamu merangkulku, bersuara merdu ditelingaku.
Kamu...
Seseorang yang ku kagumi sejak lama, sejak ku mulai mengenal cinta.
Aulia POV End.
Angin pagi ini terasa lebih dingin dari hari biasanya. Bahkan saat musim hujan tiba, rasanya tidak sedingin ini.
Dinginnya udara begitu terasa menusuk sampai ke relung hati seseorang yang tengah berdiri tak bergeming. Menunggu seseorang lain yang akan datang menyapanya, seperti hari-hari biasa.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara rantai sepeda yang begitu familiar. Dan disana terlihat seorang pria berpakaian casual dengan tas di pundaknya. Mengayuh sepeda menuju seorang wanita yang sedang berdiri di dekat pintu sebuah rumah. Memberikan senyuman manis kepada si wanita yang sudah menunggunya.
"Ayo Ra!" ajak si pria ketika sampai di depan si wanita.
Yura POV:
Aku lalu naik ke sepeda Yuda, dengan terlebih dahulu membalas senyumannya. Di dalam perjalanan kita masih terdiam, tanpa ada yang mau memulai pembicaraan. Membuat suasana menjadi canggung karena kesunyian.
Setelah itu, kita sampai di Fakultas Ekonomi. Yuda kemudian mengayuh sepedanya lagi ke arah Fakultas Teknik sambil melambaikan tangannya. Aku masih menatapnya yang pergi menjauh dariku. Memikirkan kejadian kemarin yang membuat kita menjadi sedikit berbeda.
"Apa kita akan berbeda?" gumamku yang masih menatap Yuda.
Merasa bersalah atas pengakuan 'cinta' yang aku lakukan, memicu rasa takut dalam hatiku. Aku harus mulai menyadari dan merelakan hal itu. Menyadari bahwa kita hanya akan menjadi teman dan merelakan Yuda bersama yang lain.
Setelah Yuda menghilang dari pandanganku, aku lalu berbalik untuk masuk ke kelasku. Sampai tiba-tiba ada orang lain yang menabrakku dari belakang. Aku kemudian menoleh dan melihat orang itu.
"Maaf Ra, aku tadi nggak hati-hati jalannya." ucap seorang pria. Ardi. Dia teman satu fakultas dan jurusan denganku, hanya saja saat ini dia mengambil jurusan manajemen operasional. "Kamu nggak apa-apa, Ra?"
Aku hanya sedikit terkejut karena Ardi tiba-tiba menabrakku. "Oh, nggak apa-apa kok Di, aku baik-baik aja."
"Sekali lagi maaf ya, Ra." ucap Ardi lagi sambil menyatukan kedua tangannya.
"Iya, aku maafin. Tapi besok-besok jangan jalan sambil mainan ponsel ya." Aku melihat Ardi sedang menggenggam ponselnya.
"Iya, tadi terlalu fokus lihat jadwal hari ini, sampai meleng jalannya." Ardi tersenyum padaku dan aku membalas senyuman itu.
Kemudian kami masuk bersama ke gedung Fakultas Ekonomi dan berpisah.
Yura POV End.
Di dalam toilet Fakultas Ekonomi, Yuda sedang mencuci wajahnya di wastafel. Merasa bodoh akan hal yang dia lakukan tadi.
"Kenapa aku diam saja tadi?" batin Yuda sambil terus menyiramkan air di wajahnya.
Beberapa menit kemudian Yuda keluar dari toilet dan berjalan menuju ruang kelasnya. Dia masih terus merutuki perbuatannya itu.
...
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Semua mahasiswa berbondong-bondong pergi menuju kantin untuk makan siang. Seperti biasa, Yuda dan Yura akan makan bersama. Memakan bekal yang dibawakan oleh Yura. Mereka tidak hanya makan berdua saja, tapi juga bersama Ari dan Lia. Saat ini mereka berada di Fakultas Ekonomi.
"Wih... bawa apa nih hari ini?" tanya Ari melihat bekal yang di bawa Yura.
"Tadi tempat makan Ayahku menunya ikan, jadi aku bawa ikan nila cabai hijau sama tumis jamur buncis." jawab Yura sambil membuka satu persatu bekal makanannya.
"Aku datang..." Lia datang membawa 4 es teh dan Ari langsung membantu Lia mengambil minuman tersebut dari nampan. "Wah kayaknya enak nih..." ucap Lia setelah melihat bekal makanan yang di bawa Yura.
"Iya Li, kamu boleh coba kok." ucap Yura.
Lia duduk disamping Yura, sedangkan Ari berada di depan Lia dan disampingnya adalah Yuda yang tentu saja berhadapan langsung dengan Yura.
"Jadi pengen main kerumah Yura deh." Ari berucap sambil mengaduk makanannya.
"Bilang aja kamu pengen makan gratis!" Lia meledek sang kekasih.
Yura dan Yuda yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Sebenarnya ini adalah hal biasa yang mereka lihat, dan biasanya mereka akan meledek kemesraan yang dilakukan oleh dua temannya itu. Tapi kali ini berbeda, hanya senyuman yang bisa mereka tunjukkan.
Ari dan Lia sebenarnya merasa bahwa hubungan pertemanan Yura dan Yuda bukanlah hubungan pertemanan biasa. Hubungan mereka sudah mirip seperti sepasang kekasih, tapi Ari dan Lia hanya tidak ingin mencampuri urusan mereka. Membiarkan mereka untuk menyadarinya sendiri.
...
Terkadang seorang teman harus tahu akan batasan yang harus mereka tahu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
U
General FictionYuda: Aku mencintaimu penuh keraguan, sementara kamu mencintaiku dengan penuh keyakinan. Yura: Kamu tahu? Karena sebuah rasa harus diungkapkan. Copyright © Mitha & P. Afriliani 2020