Song by : Nadin Amizah - Beranjak Dewasa
--------------------------------------------------------
Yura Anggraini.
Gadis berusia 19 tahun dengan tinggi 156 cm dan memiliki rambut hitam panjang sebahu. Tidak lupa pula mata besarnya yang berwarna hitam pekat, hidung mancung, dan juga kulit sawo matang khas kulit Indonesia.
Dia memiliki seorang Ayah yang sangat mencintainya. Seorang Ayah tangguh dan setia. Ayahnya memiliki usaha kecil yang sudah dibangun selama 10 tahun yaitu usaha tempat makan, Sari Rasa.
Usaha tersebut di dirikan di rumah yang mereka tinggali. Rumah berukuran 21 meter persegi yang terdiri dari 2 tingkat yaitu tingkat 1 untuk usaha tempat makan dan tingkat 2 barulah untuk tempat mereka tinggal.
Yura berkuliah di Universitas Harapan Bangsa Fakultas Ekonomi dengan jurusan Manajemen Sumberdaya Manusia dan kini ia sudah berada di semester 6. Masa-masa kuliah ia lewati dengan baik, memiliki teman-teman yang baik, dan juga Yura masuk ke dalam 10 mahasiswa terbaik di jurusannya. Yura memang anak yang cukup pintar. Dia masuk di Universitas Harapan Bangsa melalui jalur beasiswa.
Pada usia 8 tahun, Ibu Yura meninggal dunia karena sakit kanker usus besar yang sudah sangat parah. Kesedihan yang Yura rasakan begitu dalam hingga membuatnya tidak memiliki semangat lagi. Selama berhari-hari ia hanya menghabiskan waktu dengan berdiam diri dirumahnya.
Ayah Yura kemudian menghampiri kamar Yura. Mengetuk pintu kayu itu lalu masuk dan duduk di ranjang tempat tidur Yura. Menyadari kehadiran Ayahnya, Yura kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk tepat di samping sang Ayah. Ayahnya dengan lembut membelai rambut Yura. Menatapnya dengan tatapan rasa bersalah yang begitu besar kepada Yura.
Rasa bersalah karena dia merasa membuat Yura kehilangan sosok seorang Ibu yang sangat dia cintai. Ditambah rasa bersalah karena dia belum bisa membahagiakan istri yang ia cintai selama 12 tahun itu.
Ya...
Ayah Yura dulunya hanya seorang anak yatim piatu yang dirawat oleh kakeknya. Orangtua Ayah Yura meninggal pada usia sang Ayah 16 tahun karena kecelakaan lalu lintas. Sedangkan kakek Yura hanya seorang petani di desa. Itulah yang kemudian membuat Ayah Yura mulai mencari pekerjaan di Jakarta setelah lulus sekolah.
Ayah Yura akhirnya mendapat pekerjaan sebagai koki di salah satu restoran kecil. Pada awalnya dia hanya sebagai tukang cuci piring di restoran tersebut. Dan kemudian dia diangkat menjadi koki karena bos restoran tersebut melihat bahwa sang Ayah memiliki kemampuan untuk memasak.
Hingga pada akhirnya sang Ayah bertemu dengan Ibu Yura dan memutuskan menikah setelah 3 tahun berpacaran. Dan setahun kemudian, Yura akhirnya lahir. Rumah yang mereka tinggali saat ini adalah rumah peninggalan dari orangtua Ibu Yura. Setelah kakek dan nenek Yura meninggal, rumah tersebut menjadi milik Ayah dan Ibu Yura. Karena Ibu Yura adalah anak satu-satunya.
Kedua orangtua Yura sangat suka memasak, hingga membuat Ibu Yura merencanakan untuk membuka usaha tempat makan. Dan akhirnya dengan uang asuransi kematian kakek Yura, Ibu Yura memulai usaha tempat makan di rumah tersebut dengan mempekerjakan 1 orang karyawan.
Dan ketika usaha tempat makan tersebut mulai ramai dikunjungi, Ayah Yura akhirnya berhenti dari tempatnya bekerja. Dia mulai fokus membantu Ibu Yura mengelola tempat makan tersebut. Kini sudah ada 3 karyawan yang mereka miliki.
Jika Ayah Yura mengingat akan banyaknya hal yang tidak bisa ia cukupi sendiri untuk istrinya, membuat ia merasa terpuruk dan tidak berguna.
Setelah beberapa lama, akhirnya Ayah Yura mulai bicara, "Yura..., Ayah minta maaf karena tidak bisa merawat Ibumu dengan baik dan membuatmu kehilangannya."
Yura mulai merasakan rasa sakit di hatinya ketika melihat tatapan itu.
"Maafkan Ayah Nak..." ucap Ayah Yura kembali dengan suara paraunya, kemudian memeluk Yura erat.
Setelah itu terdengar suara isak tangis dari mereka berdua. Suara tangisan yang begitu menyakitkan dari suatu kehilangan.
Yura akhirnya menyadari bahwa dia tidak sendiri. Dia masih memiliki 1 orangtua yang berada disampingnya. Sedangkan Ayah Yura juga menyadari bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk menjadikan dirinya sebagai seorang pria yang berguna.
Berguna bagi keluarga kecilnya.
Dan harus kita sadari, bahwa Yura hanya seorang anak berusia 8 tahun yang sangat mencintai kedua orangtuanya. Itu adalah hal biasa jika sampai Yura tidak bisa berhenti meratapi kesedihan atas kehilangan salah satu orangtuanya. Dia masih terlalu kecil untuk bisa dengan mudah melupakan hal itu. Bahkan saat kita telah dewasa, belum tentu kita bisa menerimanya dengan mudah.
Kehilangan adalah hal yang sangat menyakitkan, apalagi dengan banyaknya kenangan yang telah dilalui bersama.
***
Karena ini kolaborasi pertama kita, kita membutuhkan komentar dan saran yang mendukung agar ke depannya kita bisa jadi lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
U
General FictionYuda: Aku mencintaimu penuh keraguan, sementara kamu mencintaiku dengan penuh keyakinan. Yura: Kamu tahu? Karena sebuah rasa harus diungkapkan. Copyright © Mitha & P. Afriliani 2020