Song by : Banda Neira - Senja Di Jakarta
---------------------------------------------------------
Yuda POV:
Sore ini sangatlah panas.
Aku segera berlari keluar ruangan. Berlari melewati lorong-lorong kelas di Fakultas Teknik. Kemudian aku berhenti tepat di depan lift, menunggu lift terbuka untuk mengantarku ke lantai dasar.
Hari ini perkuliahan sedikit lebih lama dari biasanya. Karena aku sudah semester 6, jadi lebih banyak yang aku kerjakan. Dan sebentar lagi aku akan masuk ke semester 7, di mana akan ada banyak praktik dan juga harus mulai memikirkan judul skripsi.
Huft...
Aku bersandar di dinding lift sambil sesekali melihat arlojiku.
"Dia pasti sudah menunggu dari tadi."
Ting!
Pintu lift terbuka. Segera ku keluar dari lift dan berlari menghampirinya. Aku melihat temanku sedang mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah. Wanita berambut hitam panjang yang ia kuncir, mata besar dan pipi chubby.
Ups... dia tidak suka dibilang chubby.
Sekali lagi aku berlari dan meminta maaf padanya karena sudah menungguku lama.
Dan...
Ya, memang tidak terlalu banyak drama yang dia tunjukkan padaku. Dia hanya minta untuk ditraktir siomay langganannya, yaitu siomay Bang Jali. Akupun langsung menuruti permintaannya dan pergi menuju parkiran sepeda.
Sepedaku.
Sebenarnya aku terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan. Orangtuaku sudah memberikanku mobil untuk bisa aku pakai. Sesekali aku pernah memakainya, tapi kalau kuliah aku lebih sering menggunakan sepeda. Selain mengurangi polusi, juga bisa mengurangi kemacetan ibu kota yang luar biasa. Lagipula, jarak rumah dan kampusku tidak terlalu jauh. Kurang lebih 30 menit sudah sampai.
Dan juga aku memiliki seorang teman yang satu arah denganku. Jadi aku bisa berangkat dan pulang bersamanya.
Itu dia...
Sepeda berjenis city bike berwarna putih gading dengan merk polygon zenith i3 terparkir rapi berdampingan dengan beberapa jenis sepeda lainnya.
Setelah itu aku mulai memacu sepeda keluar dari universitas dan pergi ke tempat siomay Bang Jali.
...
30 menit kemudian, kita akhirnya sampai di tujuan.
Seharusnya kita bisa sampai sana sekitar 15 menit saja, tetapi karena dalam perjalanan kita habiskan untuk bercanda dan saling usil, itu membuat perjalanan jadi lebih lama.
Hagh...
Karena terlalu banyak tugas kuliah yang tadi aku kerjakan, membuat energiku terkuras habis. Akhirnya akupun memesan 3 porsi siomay sekaligus, sedangkan yang mengajakku kesini hanya makan 1 porsi.
Setelah selesai memakan siomay terakhirku, aku hanya bisa terdiam sambil menikmati rasa kenyangku. Saat ini aku seperti tidak memiliki nyawa. Haha...
Dan tiba-tiba temanku memulai pembicaraan, "Yuda..." panggilnya.
Kemudian akupun menjawabnya, "Kenapa Yura?"
"Yud, maaf ya karena aku harus bilang hal ini." ucapnya.
Aku melihat dia seperti sedang gugup, sampai dia meremas bajunya sendiri dengan kedua tangan kecilnya. "Aku... mencintaimu, Yud." lanjut Yura dan kemudian menatapku.
Aku sangat terkejut mendengar pernyataan cinta yang keluar dari mulut Yura.
Apa?
Mencintaiku?
Apa selama ini aku salah dalam bertindak?
Apa sikapku terlalu berlebihan kepada Yura hingga menyentuh hatinya?
Ini bukan kali pertama ada seorang wanita yang menyukaiku. Dan biasanya aku bisa mengatakan dengan mudah bahwa aku tidak menyukainya, lalu kemudian si wanita itu pergi.
Tapi kali ini berbeda.
Dia adalah Yura.
Dan aku...
Tidak ingin dia pergi dariku.
Aku terus mengigit bibir bawahku. Rasa gugup dan takut seketika menyerangku.
"Aku..." aku mulai membuka mulut. "sebenarnya aku..."
Jangan memberitahunya, Yud!
Kamu tidak boleh membohonginya, Yud!
...tidak menyukai perempuan."
...
Aku hanya bisa terdiam dan merasakan sakit dipipi sebelah kiriku. Seperti ada ribuan semut kecil yang menggigit pipiku.
Ya, Yura menamparku.
Aku hanya bisa melihat Yura pergi meninggalkanku. Pergi menjauh dariku dan kemudian menghilang.
Aku tahu ini pasti akan terjadi.
Aku mencoba untuk memahami Yura yang pergi meninggalkanku. Aku terlalu jahat karena membuatnya jadi seperti itu. Harusnya aku tidak boleh memberikan perhatian lebih kepadanya.
Argh...
Kenapa aku baru sadar sekarang?
Masih teringat jelas diingatanku akan tatapan Yura. Bola mata hitam pekat itu membesar dan ada sedikit kilatan kekecewaan di dalamnya. Alis yang bersatu dan bibir yang bergetar menahan amarah.
Maafkan aku, Yura.
Entah kenapa ada rasa tidak nyaman saat aku mengucapkannya. "Aku... tidak menyukai perempuan."
Dalam benakku berkata, bahwa seharusnya aku tidak mengatakan itu. Tapi saat ku mengingat masa lalu yang pernah ku lakukan, itu membuatku harus mengatakannya.
Tidak ada niat untukku membohongi Yura.
Setelah beberapa lama aku termenung memikirkan Yura, akhirnya aku bersiap untuk pulang. Mungkin nanti malam atau besok aku akan menemui Yura. Aku juga harus menyiapkan kata-kata yang baik untuknya.
Jangan buat dia menangis.
Aku merasa ada langkah kaki yang datang menghampiriku. Kemudian aku menoleh ke arah langkah itu berasal.
Dan...
Yura.
Aku merasakan dingin di pipi kiriku dan melihat bahwa ada botol air mineral yang Yura tempelkan disana.
"Maaf Yud, aku terlalu kekanak-kanakan. Seharusnya aku nggak boleh begitu." ucap Yura sembari memberikan senyuman kepadaku.
Aku kemudian melihat matanya yang sayu. Mata yang berbeda dari yang terakhir kali aku melihatnya. Dan juga suara seraknya yang tidak bisa dia tutupi.
Dia menangis...
...karena aku.
Aku bangun dari tempat duduk sambil memegang tangan kanan Yura yang sedang memegang botol air mineral itu.
"Aku senang kamu kembali." Aku menatapnya lagi. Ada perasaan bahagia dalam diriku karena Yura.
Aku bahagia karena dia tidak pergi. Karena dia masih bersamaku.
"Itulah yang membuatku mencintaimu."
Yuda POV End.
***
Hai!
Kita datang lagi...
Semoga ceritanya menarik, dan jangan lupa comment and vote (^o^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
U
General FictionYuda: Aku mencintaimu penuh keraguan, sementara kamu mencintaiku dengan penuh keyakinan. Yura: Kamu tahu? Karena sebuah rasa harus diungkapkan. Copyright © Mitha & P. Afriliani 2020