9. H3 Dadu

4 1 0
                                    

Pagi yang terasa seperti malam di kota mati. Itulah yang sedang dirasakan Maisha! Perlahan mata nya terbuka saat alarm berbunyi.

"Maisha cepetan mandi dan langsung turun nak!" Teriak sang mama.

"Iya ma." Sahutnya lagi yang juga berteriak dari dalam kamar.

Dengan langkah gontai Maisha berjalan menuju kamar mandi. Membasuh muka dan menggosok gigi adalah rutinitasnya sebelum mandi, namun ada kejanggalan saat dia mengangkat kepalanya usai membilas sabun wajahnya.

"Berusahalah terus sampai kamu juga yang akan menjadi korban selanjutnya!"

Tulisan itu terpampang jelas dikaca yang lumayan besar, bahkan tulisan itu menggunakan tinta darah.

Maisha takut dan langsung keluar dari kamar mandi, masa bodo dengan notabene nya yang belum mandi. Sudah cukup bagi dia dengan teror itu untuk mengawali paginya.

Saat semua sudah dia rapihkan beserta perlengkapan sekolah yang lain, Maisha turun menuju meja makan dan sudah melihat mama dan papanya serta Rania. Rania melihat dengan seringai dan tatapan seolah Mai adalah mangsanya.

"Ayok sayang buruan dimakan! Setelah itu kalian harus langsung pergi ke sekolah." Ujar sang mama.

Tanpa basa-basi mereka langsung menyantap makanan yang sudah dihidangkan. Ada yang aneh! Lagi-lagi kejanggalan mulai dirasakan Mai saat dia melihat Rania yang makan dengan dentuman sendok dan piring yang sangat keras.

"Dek, kamu jangan gitu dong! Kalau makan itu harus hening biar sopan." Ucap Mai.

Tatapan tajam Rania perlahan mulai menyorot mata ketakutan milik sang kakak. Namun anehnya, kenapa mama sama papa nya diam saja? Bukankah mereka selalu memarahi Mai dan Rania jika makan dengan suara bising.

"Ma, pa?! Rania makan nya berisik banget itu!" Ucap Mai dengan nada agak ngegentak karena emosi.

"Kamu kenapa kak? Orang dari tadi Rania juga makanya diem kok." Jawab papa nya.

Mai bingung dan kembali menatap sang adik yang memang makan dengan tenang. Tapi tadi...?

🌑🌑🌑

Maisha berjalan melewati setiap kelas untuk menuju kelasnya. Dia bertemu dengan Nadila yang berjalan sendiri yang juga menuju arah kelas mereka.

"Nadila!" Teriak Maisha.

Tanpa menjawab Nadila langsung berhenti. Bahkan dia tidak menoleh pada Maisha.

"Kalo lu mau tanya sesuatu hal yang berhubungan sama teror dan anak kecil yang datang setiap hari di kehidupan bahkan mimpi Lo. Mending Lo cari jawabannya sendiri!" Ucap Nadila dan langsung berjalan meninggalkan Maisha.

Seperti tamparan kenyataan bahwa pertanyaan terbesar nya bukan tentang siapa gadis itu lagi, tapi! Apakah Nadila mengetahui hal yang enggak banyak orang tahu? Apakah Nadila indigo? Atau bahkan mungkin Nadila bisa membantu Maisha menemukan jalan keluarnya?






Hai semuanya!!
Seperti janji aku yang akan up.
Hari ini aku udah up untuk misteri hari ketiga dadu yaa ;)
Maaf banget kalo cuma sedikit doang up nya.
Jangan lupa untuk komen dan vote yaa🙃

DaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang