2.Mang Ujang

42 12 19
                                    

Keesokan harinya Maisha sedang merapikan kamarnya yang memang sejak kedatangannya kemarin belum sempat dirapihkan karena terlalu lelah.

Maisha berjalan menyusuri setiap sudut kamar yang lumayan besar ini. "Lemari kuno, meja rias yang kuno, dan kaca besar kuno yang penuh debu. Hahaha apa begini ya selera orang zaman dulu?" Tanya Maisha dengan dirinya sendiri disertai dengan kekehan kecil.

Maisha terus berjalan menuju kaca besar yang penuh debu itu, berniat ingin membersihkan karena ya lumayan kan cukup bagus untuk menghemat uang membeli kaca baru. Perlahan Maisha membersihkan setiap bagian dari kaca tersebut, dia membersihkan bagian depan dengan perlahan karena takut ada retakan yang dapat melukai tangannya.

Perlahan bagian kaca yang baru saja dilap itu mulai bersih, Maisha terus saja membersihkan dengan kain lap. Namun dia merasa seperti ada yang memperhatikan setiap gerakannya. Saat dia nengok kebelakang tidak ada satupun orang dikamar ini kecuali dirinya. Namun ada bayangan hitam dari pantulan kaca itu, seorang anak kecil yang melayang.

Saat Maisha memperhatikan lagi kebelakang ternyata...
"Kak." Ucap Rania yang berhasil membuat Maisha terkejut.

"Duh dek, kamu apaan sih? Bisa gak kalo jangan bikin orang lain kaget?"

"Abisnya kakak dari tadi Rania panggil malah enggak nyautin, yaudah Rania kesini aja." Ucap gadis kecil itu yang berumur sekitar 12 tahun tanpa berdosanya.

Maisha memutar bola matanya dengan tingkah menyebalkan adiknya ini. "Mau apa?" Tanya Maisha to the point.

"Tolong bantu Rania masukin baju kedalam lemari yuk kak, Rania gak bisa kalo sendiri." Ajak Rania dengan menggenggam tangan kakaknya itu.

"Hmmm, yaudah ayo." Akhirnya Mai dan Rania pergi menuju kamar adiknya ini.

Mai membuka perlahan lemari tua yang berada dikamar Rania dan seketika seperti ada terpaan angin yang menghembus permukaan kulitnya. Pasti siapa saja akan merinding dengan apa yang baru saja dialami oleh Maisha.

Merekapun akhirnya memasukan semua baju Rania kedalam lemari tersebut dengan rapih. Dan saat setelah selesai mereka memutuskan untuk membaringkan badan dikasur milik Rania.

"Kira-kira tali kemarin itu bekas apa ya kak?" Tanya Rania penasaran.

"Ya mana kakak tau kali dek, kan udah kakak bilang kalo itu kemungkinan tali yang dipake buat ayunan bayi."

"Tapi kan enggak mungkin kalo tali bekas bayi dibikin simpul kaya gitu kak, apa bener yang kakak bilang semalem?"

Maisha membelokan sedikit badannya agar dapat menatap mata adiknya. "Bilang apa?"

"Kalo tali itu bekas dipake bunuh diri, kan mungkin aja kak. Apalagi Rania sempet liat ada bekas darah disana."

Darah? Maisha berpikir keras atas ucapan adiknya ini. Kenapa dia sangat cerewet, menyebalkan, dan sok tahu. Apalagi menyangkut dengan hal menyeramkan seperti itu.

"Udah deh jangan dibahas." Ucap Maisha jengah sembari memutar bola matanya malas.

"Yaudah kita main monopoli yuk kak? Sebentar aja deh." Ajak Rania yang merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

Maisha hanya pasrah, toh dia juga tidak punya pekerjaan lain karena semua baju dia pun sudah dimasukkan kedalam lemari dan hanya beberapa barang kuno peninggalan sang pemilik lama rumah ini yang akan dia bersihkan nanti.

Merekapun bermain dengan diselingi tawaan yang entah karena apa, pada dasarnya mereka sangat receh yang bisa tertawa dengan hal yang enggak jelas sekalipun.

"Udah ah, kakak laper mau masak mie dulu. Kamu mau gak?" Tanya Mai.

"Hmmm, boleh deh." Jawaban Rania yang hanya diangguki oleh Maisha.

Setelahnya Maisha sibuk berkutat dengan kompor yang ada di dapur dan Rania yang masih sibuk dengan monopoli kesayangannya. Monopoli itu didapat dia dari hadiah ulang tahunnya yang ke 9 berarti sudah hampir 3 tahun dia menyimpan monopoli itu, sangat antik bukan?.

Ketika sedang bermain, entah kenapa hawa dingin menjalar keseluruh penjuru kamar dan merasakan bahwa Rania berada didalam tidak hanya sendirian. Tapi dia mencoba untuk mengabaikan rasa takutnya itu dan memilih untuk membereskan mainannya. Setelah itu dia turun kebawah untuk menemui Mai.

"Mama sama papa kok lama banget ya pulangnya kak?" Tanya Rania yang tiba-tiba datang dan berhasil membuat Mai terkejut.

"Mungkin masih banyak urusan kali dek, lagian tumben banget kamu? Biasa juga main aja tuh, enggak pernah nanyain orang rumah kecuali kalo lagi laper atau mau jajan." Jawab Maisha disertai kekehan kecil.

Rania hanya bisa menekuk wajahnya atas ucapan kakaknya ini. Ya memang benar pada dasarnya dia adalah tipe orang yang suka lupa waktu dan sekitarnya kalau sudah main.

"Yaudah sini makan dulu terus langsung tidur siang!" Ajak Mai sambil meletakkan dua mangkuk mie diatas meja makan.

Merekapun akhirnya makan dengan tenang karena hawa dingin yang membuat lapar.

🌑🌑🌑

Setelah menemani Rania tidur, Maisha memutuskan untuk menonton televisi yang berada dilantai bawah. Karena dia sangat bosan dan tidak tahu harus kemana, lingkungan baru membuatnya kehilangan teman dekatnya saat dirumah yang lama dulu.

Saat sedang asyik menonton, Maisha merasakan getaran dihp miliknya. Dan betul saja kalau Mama nya menelpon.

"Halo Ma?"

"Iya halo kak, Mama sama Papa mungkin akan pulang telat karena masih banyak urusan disini. Kamu sama Rania disana enggak apa-apa kan?" Tanya suara diseberang sana.

"Iya Ma, tapi jangan lama-lama! Jangan sampe larut!"

"Iya. Oh iya mama lupa, nanti mang Ujang yang dulu penjaga rumah ini dateng sekitar jam 4 sore. Jadi kamu jangan takut yaa!"

"Iya Mama."

"Yaudah kalau gitu mama tutup dulu ya telepon nya, soalnya mama lagi sibuk. Bye sayang!"

Akhirnya telepon dimatikan secara sepihak dari Mama nya.

"Huffft, ngeselin banget sih. Coba aja gw tau jalan sini, pasti gw udah keluar buat nyari udara sore." Umpat Maisha pada dirinya sendiri.

Maisha akhirnya melanjutkan nonton Tv sampai jam menunjukkan pukul 4 sore dan bertepatan dengan bunyi bel rumah.

"Iya, maaf dengan siapa ya?" Tanya Maisha yang baru saja membukakan pintu dan mendapati seorang pria yang sudah lumayan berumur sedang berdiri dan menatap lekat pintu tua rumah ini.

"Maaf non, saya Ujang yang akan menjaga rumah ini." Ucap pria itu yang tidak lain adalah Ujang.

"Oh mang Ujang? Ayok mang silahkan masuk!" Ajak Maisha yang akhirnya mempersilahkan Ujang masuk kedalam rumah ini.

"Oh iya, mang Ujang bisa tidur dikamar belakang ya mang!" Ucap Maisha sambil mengintruksi mang Ujang menuju kamar yang terdapat dibelakang dekat dengan sebuah taman kecil.

"Baik Non, kalau begitu saya masuk dulu ya non. Nanti kalau non butuh sesuatu bisa panggil saya saja."

"Yaudah kalau gitu mang Ujang bisa istirahat dulu! Saya tinggal ya mang." Ucap Mai yang diangguki oleh Ujang dan akhirnya Maisha pergi meninggalkan sekitar kamar tersebut untuk menuju kamar Rania.

"Aja nganti wong teka lan ngrusak"





TBC
Hai guys akhirnya bisa up lagi🎉
Gimana nih ceritanya menurut kalian?
Jangan lupa untuk VOTE dan Koment ya!! Biar makin semangat up lagi :)

DaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang