***
Rasi baru saja menyelesaikan masakan terakhirnya untuk makan malam ketika Ray—yang hari ini menginap di rumahnya— datang dan langung duduk di salah satu kursi meja makan. Pria yang usianya terpaut tujuh tahun di bawah Rasi itu memanjangkan tangan untuk mencomot bakwan udang di atas piring. Hal tersebut langsung membuat Rasi memelotot sebal.
"Cuci tangan sama cuci muka dulu sana! Jam segini baru bangun. Sekalian panggil anak-anak!"
Ray mengusap wajah dan rambut berantakannya dengan kasar. Ia terlihat melamun sejenak sebelum kemudian menuruti perintah Rasi.
Tak lama setelah adiknya itu berlalu, terdengar langkah kaki bersahutan dari ruang depan. Tempat dimana anak-anaknya asyik menyusun puzzle sejak sore tadi. Kai dan Zai lebih tepatnya. Nai lebih suka menonton dan berkomentar pedas saat kakak dan adiknya itu salah menempatkan posisi kepingan puzzle.
"Wah, ada bakwan udang!" Zai memberi komentar pertama setibanya di meja makan. Dia duduk di sebelah Rasi.
"Wah, ada sayur bayam!" Nai ikut-ikutan berkomentar meski tak begitu antusias dengan jenis sayuran hijau itu.
"Should I say 'Wah, ada daging suwir pedas manis' too?" Kai berkata datar sambil menaiki kursi yang berhadapan dengan Rasi dan bersebelahan dengan Nai.
Mereka terkekeh. Tangan Rasi kemudian sigap mengisi piring anak-anaknya. Masing-masing mendapatkan secentong nasi. Anak-anaknya serentak menghadiahi ucapan terima kasih untuknya.
"Biar aku isi sendiri lauknya, Mi," ucap Kai.
"Aku juga!" Nai langsung mengisi piringnya dengan bakwan udang dan sayur bayam—yang terpaksa dia lakukan karena tidak ingin mendapat picingan lirikan mata dari Maminya.
"Zai isi sama Mami, ya, tolong. Terserah Mami mau sama apa aja."
Rasi hanya tersenyum dan mengangguk singkat.
"Mi, aku boleh sama daging suwir? Kayaknya enak, nih." Tangan kanan Kai hendak meraih sendok di atas piring daging suwir, namun dengan cepat Rasi mencegahnya.
"Pedes, Kai. Jangan."
Kai cemberut. "Dulu aku juga pernah makan ini, Mi. Nggak kenapa-kenapa, tuh. Boleh, ya?"
Rasi menggeleng tegas. "Nggak, Kai." Lalu tangannya menyerahkan piring Zai yang sudah terisi lauk yang sama dengan Nai.
Kai menyatukan telapak tangan kecilnya di depan dada dengan raut memelas. "Please, Mi. Aku suka banget sama daging suwir buatan Mami. Nggak ada duanya. Nggak ada yang bisa ngalahin."
Ray, yang baru saja datang dengan wajah yang lebih segar, tertawa mendengar perkataan salah satu keponakannya itu. "Gimana ada tandingannya kalau yang bisa kamu dijadikan sebagai perbandingan aja nggak ada, Zai. Kamu nggak pernah makan daging suwir selain di sini."
Kai mendelik pada omnya. Lalu kembali menatap Rasi dan mencoba peruntungan lain. "Mi, boleh, ya? Daging suwir pedas manis kesukaan aku banget."
"Semua jenis makanan, kan, kesukaan kamu, Kai. Mana pernah kamu nolak masakan Mami." Rasi berucap tanpa berhenti menyuap diri sendiri.
"Jadi boleh, kan?"
Rasi menghela napas pasrah. "Oke, tapi setengah sendok aja ngambilnya. Jangan banyak-banyak. Abis makan, langsung ngemil buah atau yogurt."
"Aye-aye, Captain!" sahut Kai. Dia langsung mengambil lauk itu dengan riang. Diam-diam dia melebihkannya sedikit tanpa sepengetahuan Rasi.
Kemudian keluarga kecil itu makan dalam suasana hening selama beberapa saat. Karena suasana keheningan yang panjang bukan gaya si Kembar sama sekali.
"Jadi, kado apa aja yang tante Tante Na kasih kemarin buat ulang tahun kalian tahun ini? Pada pergi ke Kidz Station, kan?" Ray bertanya ditengah suapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS SERIES [1] : EVERYTHING IN TIME
Ficción GeneralTERSEDIA HINGGA CHAPTER 15 (CHAPTER 16-BONUS DI POSTING DI KARYAKARSA) Judul Sebelumnya : [TRIPLETS SERIES] 1 : Mami Rasi dan 3 Ai Delapan tahun yang lalu, Mahessa Warren meninggalkan Rasiana Virgia dengan surat cerai yang telah ia tandatangani. D...