“Kenapa kamu tega menculikku dan membawaku kemari, Freya Farista?” Alecta menatap galak. Dia tahu perempuan di hadapannya itu adalah seorang aktris ternama, tapi di masa lalu, perempuan itu adalah teman sebangkunya semasa SMA. Dan ia juga merupakan salah satu orang yang masuk dalam daftar hitam Alecta. Daftar hitam yang tidak pernah diceritakan oleh siapapun.
Freya menyeringai, lalu mendekati Alecta. Dia membetulkan rambut Alecta yang kusut, memerah dan bercabang di ujung-ujungnya.
“Tenanglah, Alec. Aku tidak akan menyakitimu. Kamu mengenalku selama tiga tahun masa SMA kita. Anggaplah pertemuan ini adalah reuni kita.”
Mendadak hawa dingin menyusup di balik baju kerja Alecta yang berbau keringat. Dia mundur selangkah karena Freya yang terus membetulkan letak rambutnya.
“Kenapa kamu menculikku!” Dia ingin pertanyaan di awal segera dijawab. Dan jangan lupakan, tidak ada sejarahnya reuni dilakukan cara menculik.
“Aku ingin menawarimu sesuatu, Sayang.” Freya memegang dagu Alecta dengan ketenangan yang membuat Alecta bergidik ngeri. Namun itu bukan sebuah jawaban.
Harus Alecta akui, jika kecantikan Freya tidak ada bandingnya daripada dirinya sendiri. Freya layaknya seorang ratu yang memiliki kecantikan abadi, karena dulu sewaktu SMA, dia sudah terlihat cantiknya. Hingga banyak anak laki-laki yang memperebutkannya.
Dibandingkan dirinya, Alecta tampak seperti upik abu dari golongan ras dengan level kecantikan yang mendekati nol! Rambut yang kusut tak terawat, jerawat yang masih memerah ada di pipi dan di dahi. Jangan lupakan pakaian lusuh yang jahitannya terlihat di beberapa tempat.
Sejujurnya Alecta tidak pantas menganggap Freya sebagai rival. Karena dilihat dari segi apapun Freya lebih unggul segalanya dibanding Alecta.
“Kamu mau kopi, Alec?” Freya sudah berjalan menuju mesin kopi, di sana sudah terseduh kopi dengan aroma yang kuat.
“Tolong jawab pertanyaanku!” Alecta masih tidak yakin jika pertanyaannya belum terjawab. Dia butuh jawaban, bukan secangkir kopi.
Tangan Freya terhenti ketika memegang cangkir. Ia menatap Alecta. “Seharunya kamu beruntung tidak diculik oleh debt collector.” Ia berhenti
sejenak, lalu mengambil sebuah amplop cokelat yang ada di laci meja. “Sebab, kudengar para debt collector sering sekali menculik nasabahnya yang tidak kuat membayar hutang beserta bunganya. Rata-rata nasabah yang seperti itu, akan diambil organ-organ dalam yang masih bagus untuk dijual di pasar gelap.”
Mendadak perut Alecta mual mendengar penuturan Freya. Sebenarnya apa yang dikatakan Freya hanyalah berita bohong yang tidak ada kebenarannya. Alecta pernah mendengar desas-desus ini, tapi dia hanya mengganggap isu ini sebagai formula untuk menakut-nakuti. Walaupun hari-harinya harus diliputi rasa was-was. Alecta tak mau mati dengan cara semacam itu.Freya menyodorkan amplop cokelat besar itu kepada Alecta. “Bacalah, kamu akan tau alasanku menculikmu.”
Alecta menerima amplop besar itu. Di dalamnya berisi beberapa kertas yang tebal. Dia membacanya sambil duduk di meja makan. Sedangkan Freya sedang menikmati kopi seduhannya. Freya menikmati kopinya sendirian, sebab Alecta sepertinya tidak mau menerima kopi darinya.
Alecta memang hanya lulusan SMA, tapi dia tahu garis besar dari kertas-kertas ini. Freya sedang menawarinya sebuah kontrak untuk menjadi surrogate mother.
“Apa kamu sedang bercanda, Freya?” Alecta memasukkan kertas-kertas itu ke dalam amplop seperti semula. “Kamu ingin menyewa rahimku?”
Freya menaruh cangkir kopinya. “Kurang lebih seperti itu. Bagaimana, apa kamu setuju dengan penawaranku?”
Dalam kontrak itu dijelaskan kalau Alecta akan terbebas dari jeratan hutang. Selain itu, tertulis juga, kalau Alecta akan mendapat kehidupan yang lebih layak dan terbaik saat proses surogasi itu berhasil. Tapi, bukankah ini juga termasuk proses yang tidak serta-merta tahu keselamatannya. Bagaimana kalau proses surogasi itu gagal?
Alecta masih terpaku menatap Freya yang mengindahkan kuku-kukunya yang berwarna cerah dengan motif bunga sakura. Dia teringat akan sesuatu, berita miring yang sedang menyerang Freya, berita tentang kemandulan. Bahkan jagad dunia maya juga geger karena itu. Bahkan berita itu masih berseliweran di program acara TV khusus gosip artis.
“Apa kamu benar-benar mandul?” Alecta tidak bisa mengerem mulutnya. Pertanyaan itu keluar begitu saja.
Mata Freya terbelalak, lalu melempar cangkir kopi itu ke lantai hingga pecah. “Bisakah kita jangan membahas itu?” suara Freya seakan ditahan agar tidak berteriak.
Alecta terlonjak kaget. “Lalu kenapa kamu ingin menyewa rahimku? Oh! Atau jangan-jangan berita tentang kemandulanmu itu suatu kebenaran?” Alecta menyeringai, sejujurnya dia menikmati ketika wajah Freya merah padam seperti akan meledak. Dan satu lagi, perempuan yang tampak sempurna pun tak luput dari ketidaksempurnaan itu sendiri.
Freya bangkit dan menggebrak meja. “Padahal aku sudah berbaik hati menawarimu jalan keluar dari masalah-masalah yang membelenggumu.” Amarahnya tertahan.
Alecta juga bangkit. “Terima kasih, tapi aku tidak bisa menerima tawaranmu. Lebih baik aku segera pergi dari tempat ini.”
Alecta berjalan melewati Freya yang masih terpaku menahan amarahnya. “Aku akan mengambil jaket dan sepatuku setelah itu aku akan pergi.”
Alecta mengambil satu-satunya jaket miliknya yang bisa menghalau angin dingin, lalu memakai sepatu yang kondisinya memprihatinkan. Setelah tidak ada barangnya yang tertinggal, Alecta pergi dari ruangan itu dan kembali melewati Freya.
“Tunggu!” seru Freya sebelum Alecta membuka pintu keluar.
Alecta berhenti, lalu berbalik. Freya mendekatinya sambil menyodorkan amplop cokelat besar itu. “Jika kamu berubah pikiran, kamu bisa hubungi aku.”
Alecta menerima amplop itu, lalu bergegas pergi. Sebenarnya dia tak mau berurusan dengan orang semacam Freya. Terlalu beresiko. Alecta menyadari jika tempat yang dipijaknya ini adalah apartemen di pusat Kota Dennosam. Dari yang dia ketahui, dia berada di lantai lima belas.
Alecta berhasil masuk ke dalam lift. Di dalam ruang persegi yang bergerak turun ada dua orang bergaya yang glamor menatap tajam ke arah Alecta. Dia bisa menafsirkan yang ada di pikiran mereka. Mungkin mereka merasa risih karena seorang gembel datang di apartemen mewah. Sesungguhnya, Alecta tak peduli. Yang dia pedulikan adalah keselamatannya sendiri. Dia ingin pulang.
Lift terbuka, dan Alecta sudah mencapai lantai dasar. Segera saja dia berlari keluar dari apartemen yang tinggi menjulang ini. Ternyata suasana di luar sudah gelap. Dia buru-buru mencari halte bus terdekat.
Sejauh 400 meter, Alecta baru menemukan halte bus. Beruntung di tempat itu masih ada beberapa orang yang menunggu kedatangan bus warna kuning yang menjadi khas transportasi paling murah pertama di Kota Dennosam.
Jam digital yang terpasang di langit-langit halte bus menunjukkan pukul 20.00. itu berarti dia sudah di apartemen Freya sekitar 4 jam. “Lama juga,” pikirnya.
Bus kuning dengan kode 07A datang, dan pintu terbuka. Alecta menjadi penumpang kedua yang naik setelah seorang ibu yang membawa tas keranjang berisi sayuran yang masuk dahulu.
Alecta duduk di dekat pintu. Dia memang memilih bus jurusan 07A karena jalur yang akan dilewatinya cukup jauh, namun aman. Tidak seperti jalan persimpangan yang biasa dilaluinya. Alecta tidak mau melewati jalan itu lagi.
Suasana bus terasa hening. Di tangannya masih ada amplop cokelat besar pemberian Freya. Dia mengingat-ingat lagi apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.
Dipublikasikan, 20 Juli 2021
Novel ini bisa diakses di app GoodNovel
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) A Queen (21+) TAMAT
Romance🌷Adult Romance🌷 Alecta Zeline diculik saat pulang menuju rumah sewanya yang berjarak 500 meter dari lokasi kejadian. Dia ditawari sebuah kontrak menjadi surrogate mother atas permintaan temannya semasa SMA, Freya Farista seorang aktris terkenal. A...