Chapter 4: Mengikrarkan Balas Dendam

636 29 23
                                    

Keesokan harinya, Freya mendatangi Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor lagi. Dia ingin menyewa jasa seperti kemarin, tapi bukan untuk menculik, melainkan membuat dunia Alecta serasa runtuh seketika. Hingga Alecta bersedia untuk menandantangani kontrak sebagai surrogate mother.

Mobil mewah yang ditumpangi Freya berhenti di tempat parkir. Sebenarnya Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor ini tidak memiliki nama yang jelas. Bahkan orang awam tidak akan menyangka jika bangunan ini ada kantor seperti itu, karena mereka menutupinya dengan memasang plang bertuliskan gedung olahraga. Yang mana di lantai dasar ada tiga lapangan bulu tangkis yang bisa disewakan.

Sedangkan lantai ketiga hingga seterusnya, adalah Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor itu sendiri. Pekerjaan mereka bisa dibilang pekerjaan yang sangat dibutuhkan dan memiliki resiko yang tinggi dan harga yang tidak murah.

Mereka menawarkan jasa mata-mata untuk mencari informasi seseorang, menawarkan beberapa pria yang bisa menjadi bodyguard, menculik seseorang, dan pekerjaan kotor lainnya. Akan tetapi pekerjaan membunuh tidak masuk dalam jasa di kantor ini.

Freya mendatangi agen yang kemarin. Pria yang suka duduk di kuris putar. Dia baru tahu jika nama pria itu adalah Laurent. Nama yang terlalu bagus untuk wajahnya yang seperti Swiper si rubah pencuri. Freya sudah duduk di hadapan Laurent.

"Sepertinya kamu ketagihan menyewa jasa di kantor ini Nyonya Freya Farista." Laurent tertawa sumbang.

Tanpa basa-basi, Freya mengeluarkan tiga gepok uang dan menyodorkan kepada Laurent. "Aku ingin kalian menjungkirbalikkan nasib seseorang dalam waktu sekejap saja."

Freya juga mengeluarkan amplop besar berwarna hitam. "Ini identitasnya. Aku harap kalian dapat menyelesaikan ini dalam tempo tiga hari. Setelah kalian berhasil, nanti uangnya akan aku tambah lima kali lipat daripada ini."

Laurent menyeringai ketika melihat uang yang disodorkan Freya. Sekarang dia sudah tidak ada bedanya seperti setan yang kehausan uang. "Perempuan yang kemarin? Baiklah, Nyonya Freya Farista."

****

Waktu makan siang telah dimulai. Para barisan pekerja pabrik saus sudah mengantri di kantin untuk mendapat jatah makan siang. Alecta membaca di papan pengumuman, jika menu makan siang hari ini adalah sup dan perkedel. Menu yang lumayan menggugah selera makan.

Sekarang giliran Alecta yang mendapat jatah makan siang. Sebuah nampan yang fungsikan juga sebagai piring, kini berisi sup, perkedel dan nasi disodorkan kepada Alecta. Dia menerimanya dan langsung mencari tempat duduk. Setiap pekerja di pabrik ini mendapat waktu istirahat selama 15 menit.

Alecta mulai menyantap makanannya. Tiba-tiba dia teringat akan tawaran Freya dua hari lalu. Tawaran yang terlihat menggiurkan. Akan tetapi resiko kesakitan dan beban mental yang membuat Alecta berpikir untuk menolaknya.

Alecta sudah selesai makan, lalu membawa nampan itu ke bagian cuci. Dia akan kembali bekerja. Sesaat sebelum Alecta memasang sarung tangan berbahan lateks, seseorang di bagian pengawas memanggilnya. Ia bilang, Alecta di panggil atasan.

Alecta mengernyitkan dahi. Sejenak dia mengingat-ingat kesalahannya dalam pekerjaannya. Dalam seminggu ini, dirinya yakin tidak membuat masalah dalam pekerjaannya. Dia bekerja dari jam tujuh pagi hingga jam empat sore. Lebih dua jam ketimbang teman-teman lain yang satu shift dengannya.

Alecta tak jadi memakai sarung tangan. Dia berjalan menuju ruangan atasan yang tak lain kepala pengawas di pabrik ini. Alecta duduk di kursi yang telah disediakan. Tanpa basa-basi dia langsung mengatakan, "Kenapa saya dipanggil?"

Kepala pengawas itu pria dengan wajah chubby yang umurnya sudah lebih tua dari penampilannya. Dia menyodorkan sebuah amplop berisi beberapa lembar uang gaji Alecta bulan ini.

(Not) A Queen (21+) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang