Chapter 9: Rencana yang Sedang Dirancang

548 32 14
                                    

Sekembalinya Alecta dari rumah makan itu, dia tetap menyimpan sebuah pertanyaan.

“Kenapa Freya menanyakan jawabanku tadi? Ada yang aneh. Dia hanya menganggap aku berubah pikiran?”

Alecta jadi ragu kalau Freya yang membuatnya seperti ini. “Tapi, kan dia bisa hanya berpura-pura tidak tau.”

Itu masuk akal. Sebab Alecta pernah ambil bagian dari kelicikan dan usaha barang terlarangnya. Saat itu Alecta masih SMA, dan diharuskan pindah kelas karena kelasnya semakin hari semakin menyusut jumlah siswanya karena banyak orang tua yang pindah ke Kota Zen, salah satu kota metropolitan di Borndenis.

Alecta terpaksa tinggal di kelas yang populer karena kenakalan siswanya, sampai para guru angkat tangan mendisiplinkan mereka. Alecta harus terbiasa dengan siswi yang berbicara kata-kata kotor, beberapa anak yang  sengaja duduk di belakang lalu bercumbu, ada juga satu perempuan yang harus mencumbui beberapa anak laki-laki sekaligus dan digilir menjamahi tubuhnya, pemandangan yang membuat Alecta mual.

Alecta duduk di sebelah Freya, siswi yang terkenal seantero sekolah, dan memiliki beberapa kenalan dari sekolah lain. Ia terkenal bukan karena prestasi, melainkan kepintarannya berbisnis dan taruhan. Ia pernah mengadakan taruhan untuk balapan motor, dan ia selalu memenangkannya, seakan uang-uang taruhan itu ditakdirkan menjadi miliknya.

Bisnis yang dijalankan Freya cukup beresiko untuk seukuran siswi SMA. Dia menjual protection berbagai rasa. Aturan di Kota Numa sangat ketat, barang seperti itu tidak boleh dibeli oleh remaja yang masih sekolah atau di bawah 18 tahun. Dan Freya melanggar aturan itu untuk mendapatkan uang.

Alecta pernah melihat ada barang seperti itu di tas Freya, bukan cuma satu biji, melainkan satu dus yang wadahnya sudah dilapisi koran, agar tidak banyak yang curiga. Alecta yang tidak mau terlibat masalah dengan teman sebangkunya memilih diam.

Suatu hari di kantin, siswi bernama Lyra (teman sekelas yang duduknya di belakang) melabrak Freya karena kalah taruhan dan menuding Freya telah berbuat curang. Semua terjadi di depan mata Alecta, dia diam tidak berusaha membela.

“Lihat saja, riwayatmu akan tamat Freya. Bisnis haram-mu juga akan terbongkar dan sebentar lagi!” ancam Lyra.

Keesokan harinya, saat jam istirahat suasana kelas lenggang, hanya ada Freya dan Alecta. Freya melancarkan aksinya, dengan membawa banyak protection berbagai varian, lalu memasukkannya ke dalam tas Lyra. Alecta berpura-pura tidak melihat dan tenggelam dalam buku yang dibacanya.

Setelah melakukan itu, Freya keluar kelas. Tak lama kemudian para gerombolan siswa mendatangi kelas berserta dua guru. Freya mengatakan jika Lyra menjual protection di lingkungan sekolah.

Lyra masih berdalih, kalau ia tidak pernah berjualan seperti itu. Ia mengatakan jika yang berjualan sebenarnya adalah Freya. Namun, Freya telah memasang ranjau untuk Lyra. Dua guru itu akhirnya memeriksa tas Freya dan Lyra. Pada tas Freya tidak ditemukan barang itu. Karena ia telah memindahkannya ke dalam tas Lyra.

Saat tas Lyra mendapat giliran untuk digeledah, banyak protection berbagai warna dan rasa memenuhi tasnya.

“Loh! Jadi yang jualan itu kamu, Ra?” celetuk salah seorang siswa lain.

“Bukan! Bukan aku! ini pasti orang yang jahat kepadaku!” Lyra gelagapan. “Dia yang menaruh semua protection ini di tasku”

(Not) A Queen (21+) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang