BLL | 6

31K 2.8K 43
                                    

Bianca duduk di kasur sembari memeluk kedua kakinya yang ditekuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bianca duduk di kasur sembari memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Kepala gadis itu ia tenggelamkan dalam-dalam di antara kedua lutut. Pikirannya kalut, tubuhnya bergetar. Otaknya terus membayangkan apa yang akan terjadi pada Bara bila Arsa mengetahui sosoknya.

Tidak, itu tak boleh terjadi.

Gadis itu menghembuskan napasnya, lelah. Dua tahun terakhir ini, entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan karena Arsa. Karena ketakutannya terhadap sahabatnya itu.

Arsa banyak berubah. Tak hanya dirinya, namun ketiga sahabat Arsa juga menyadarinya. Mereka juga sering menanyakan hal itu pada Arsa, namun Arsa tak pernah menjawab. Ia hanya diam, mengalihkan pembicaraan, atau pergi begitu saja. Arsa selalu menghindar.

Dulu, Arsa orangnya asyik. Lucu, cerewet. Usil, pula. Apalagi, kalau sudah berkumpul dengan Mars, Brian, dan Reagan. Meskipun sejak dulu, Reagan tak banyak bicara. Di antara mereka berempat, Reagan memang yang paling diam.

Dan yang paling penting, dulu Arsa tak pernah membuat Bianca menangis.

"ARSAAAA! BALIKIN SIOMAY AKU!"

"Ya elah, Ca. Cuma satu doang, pelit amat. Awas lho, ntar kuburan kamu sempit."

"Enak aja! Aku sumpahin sakit perut kamu ntar!"

"Yeeee, doain yang baik, dong! Dasar! Nih, aku balikin!"

Arsa mengembalikan siomay milik Bianca yang ia curi tadi. Namun sebelum mengembalikannya, Arsa menjilati seluruh bagian siomay, hingga membuat Bianca kembali berteriak.

"WOY, DASAR NYEBELIN! JOROK TAU, NGGAK! SANA, AMBIL AJA!"

Arsa terbahak. "Yakin, nggak mau? Aku balikin, nih."

"Yakin! Udah, sana! Jauh-jauh! Aku ngambek! Mau cari Arsa yang lain aja, yang lebih ganteng dan nggak rese!"

"Mana ada. Cuma aku satu-satunya. Jangan disia-siain, dong. Sulit nyarinya. Limited edition!"

"Bodo! Udah sana! Pergi jauh-jauh! Hush hush!"

Bianca tertawa kecil mengingat momen itu. Ya, dulu, pertengkaran antara Bianca dan Arsa memang tak pernah serius. Mereka hanya meributkan hal-hal kecil. Arsa memang sering membuat Bianca jengkel. Namun setelah itu, Arsa selalu bertanggung jawab atas perbuatannya. Saat itu, setelah insiden pencurian siomay, malam harinya Arsa mengajak Bianca ke panti asuhan, dan memanggil gerobak siomay. Ia mentraktir seluruh penghuni panti, dan mereka makan bersama di sana. Arsa, Bianca, dan anak-anak panti. Arsa selalu tahu apa yang bisa membuat mood Bianca kembali naik.

Tapi sekarang, Arsa tak seperti itu. Arsa memang masih menyayangi dan menjaganya, namun dengan cara yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Arsa lebih posesif. Suka marah-marah. Yang lebih parah lagi, Arsa selalu melukai laki-laki yang berniat mendekati Bianca.

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang