Hari ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, Bianca, Arsa, dan sahabat-sahabat mereka menginap di villa milik keluarga Govan yang ada di luar kota untuk merayakan tahun baru. Dan karena tahun ini adalah tahun terakhir mereka merayakan tahun baru bersama sebagai anak SMA, mereka memutuskan untuk memperpanjang liburan mereka. Berangkat dua hari sebelum tahun baru, dan pulang tiga hari setelah tahun baru.
Sejak berangkat hingga sekarang, Bianca masih terus menghindari Arsa. Gadis itu akan mengintili siapapun yang bisa menjauhkannya dari kekasihnya. Ia malu! Ternyata, kalau hanya ciuman, ia tidak akan hamil. Semalam, Arsa mati-matian berusaha menyakinkan Bianca bahwa keyakinannya selama ini salah. Arsa bahkan menggunakan tiga gawai untuk mencari artikel-artikel terkait, agar Bianca percaya.
"Bi, gue mau pipis. Lo mau ikut juga?" tanya Nela jengah. Bianca meringis, lalu mengedarkan pandangan, mencari sasaran lain. Matanya menangkap Arsa yang sedang memandanginya geli. Laki-laki itu bersandar di pilar dekat ruang makan sambil bersedekap. Senyum jahil tak lepas dari bibirnya. Bianca langsung mengalihkan pandangan, melangkahkan kakinya mendekati Mars.
"Hai, Mars! Ada yang bisa aku bantu, nggak? Sini sini, aku bantuin. Pasti berat, ya?" Bianca mengambil alih satu kaleng soda dan sebungkus kripik singkong berukuran besar dari tangan Mars, mengabaikan tatapan bingung dari temannya itu. Mars hanya membawa dua kaleng soda dan satu bungkus kripik kentang serta dua bungkus biskuit. Memangnya Bianca pikir, Mars selemah apa?
"Nggak berat kok, Bi—"
"Pssstt! Nanti kalo terlalu berat, tangan Mars bisa sakit. Ini mau dibawa kemana?" potong Bianca. Gadis itu masih bersikap waspada. Dari sudut matanya, ia memastikan Arsa masih diam di tempat.
"Ke taman belakang," jawab Mars. "Kalo lo mau gabung, ambil soda lagi, gih! Gue cuma bawa dua buat gue sama Kanaya. Gue tinggal dulu."
"EEEHHH, jangan! Tungguin aku!" Bianca langsung mempercepat langkahnya, menyamai langkah Mars.
"Hai, Kanaya. Nih, aku bawain soda sama kripik. Selamat pacaran, ya!" Bianca sebenarnya ingin bergabung, namun sahabatnya itu pasti ingin berduaan. Bianca jadi sungkan untuk mengganggu.
"Eh, Kak. Nggak pacaran, kok. Kakak mau gabung?" tanya Kanaya. Bianca ingin sekali mengangguk, namun akhirnya ia menggeleng. Segera Bianca beranjak, mencari keberadaan Brian yang belum ia ekori hari ini. Reagan baru akan menyusul setelah tahun baru, karena ia ada acara keluarga tahun ini. Katanya, tante dan om-nya yang tinggal di Singapura datang berkunjung. Padahal, hanya laki-laki itu yang tidak berpasangan. Target terbaik yang bisa diekori Bianca.
"Bri—"
"Cukup menghindarnya, Sayang," Arsa memeluk Bianca dari belakang, mengunci pergerakan gadis itu agar tidak kabur lagi. Bianca tersentak, tak berani memutar tubuh.
"Lepasin, ih! Aku mau nyusulin Nela!"
"Nela udah sama Brian. Jangan ganggu orang pacaran. Mending kita pacaran juga aja. Mumpung masih ada dua jam sebelum barbecue-an," Arsa mencium pipi Bianca gemas. Wajah gadis itu sudah merah padam, kembali teringat kebodohannya kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN LOVE AND LIES ✓
Genç KurguArsa itu ramah. Arsa itu hangat. Arsa itu lucu. Arsa itu punya banyak teman. Tapi itu dulu. Sekarang, Arsa itu dingin. Arsa itu pemarah. Arsa itu posesif. Arsa itu jahat. Arsa.... berubah. Dan aku tak tahu mengapa. ⚠️ TERDAPAT KATA-KATA KAS...