YooHyeon berjalan menuju sebuah ruangan disebelah Perpustakaan. Ruangan itu terlihat sedikit gelap yang hanya diterangi lampu gantung yang mulai redup. Di tangannya terlihat membawa sebuah topi hitam.
Sedikit mengendap-ngendap agar tidak ketahuan, YooHyeon hampir berteriak saat dirinya sedikit terpleset karena lantainya sedikit licin.
Nan yang menuju Perpustakaan untuk menemui Saerim, menangkap bayangan seseorang di ruangan tersebut. "Ada seseorang disana?" gumam Nan memastikan kembali dari jauh.
Bayangan itu menghilang masuk kedalam ruangan yang gelap. "Kenapa ada orang disana? Bukannya itu dikunci." Rasa penasaran Nan lebih tinggi dibandingkan rasa takut. Perlahan Nan berjalan dan segera masuk karena pintu terbuka separuh.
"Ada orang?"
YooHyeon yang mendengar itu menghentikan kegiatannya dibalik gelapnya ruangan itu. 'Gawat! Nan disini? Buat apa!' YooHyeon segera berjalan pelan sambil mengintip dibalik redup lampu ruangan itu. Melihat bayangan Nan yang mendekat YooHyeon segera berjalan kecil dan bersembunyi dibalik meja.
Nan bingung karena menemukan sebuah ruangan kecil yang cukup berantakan. "Buku? Kenapa buku ini terbuka berantakan begini?" Nan mencoba melihat sampul itu, dan membacanya sekilas. Memang benar, buku -buku di ruangan tersebut sangat berantakan, Nan menyadari dari awal masuk.
"Im YooBin dan Im YooHyeon. Buku Antalogi Yang Tak Berujung." Digelap ruangan itu, Nan membaca separuh kalimat di halam buku itu. Dengan mengerutkan kening, ia membacanya berbagai kalimat yang membuat berpikir.
'Kenapa dia membacanya? Aduh! Apa yang harus kulakukan?' Pikiran YooHyeon kemana-kemana menyadari Nan yang hampir mengetahui buku itu. Hampir saja ia berteriak jika ia menyadari hanya debu kecil yang jatuh di sepatunya.
Nan melirik kearah yang lain, namun, tidak menemukan orang tersebut. Ia memutuskan keluar dari ruangan tersebut. Dengan perlahan ia berjalan agar tidak menabrak sesuatu karena gelap.
YooHyeon menunggu langkah kaki itu sampai benar-benar tidak terdengar kembali. Dengan santai, ia keluar dari meja tersebut dan membereskan buku tersebut tanpa mengecek kembali. YooHyeon berjalan cepat dan tidak menutup pintu. Ya, dia kembali karena terburu-buru.
Dibalik gelapnya ruangan itu, seseorang tersenyum miring mengetahui siapa yang didalam tadi.
"Ternyata kau ada sangkut pautnya dengan YooBin. Marga Im ...."
***
"Kau mungkin tidak berani melakukannya," ledek Mina pada Jihoon yang menganggap dirinya bisa bermain jenga. Jihoon hanya mengerucutkan bibirnya dan menatap lesu Mina yang tertawa kecil bersama SeokMin.
"Sudahlah ... Kita lanjut, nih! Siapa yang kalah dia traktir kita semua," ajak SeokMin menyusun kembali jenga itu. "Aku pasti menang. Lihat saja, Mina," sahut Jihoon melirik kearah Mina, sambil membantu menyusun jenga itu.
Mina masih tertawa kecil dan memutuskan untuk memainkan ponselnya menunggu yang lain masih menyusun.
"Apa dia akan mengetahuinya?" bisik seseorang dari jauh, ia bersembunyi dari balik dinding sekolah. Topi hitam itu menutupi separuh wajahnya, senyumnya seperti merencanakan sesuatu.
***
'Bagaimana aku akan memberitahu SeokMin soal marga Im itu. Andaikan ia mendengar nama YooHyeon, dia pasti tidak percaya. Aku harus berpikir matang sebelum benar-benar bisa bicara dengan SeokMin,' pikir Nan berjalan menyusuri lorong toilet pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise You But Not
De TodoTidak ada yang tak mungkin untuk kita bertemu. Ya, bertemu untuk menentukan siapa yang akan kupilih sejak kau meninggalkanku hanya karena kau merasa mengkhianati sahabat sendiri. Bahkan cemburu dengan sahabat baruku. Sungguh naïf sekali dirimu itu. ...