Chapter 4

81 3 12
                                    

"kami sedang memainkan sebuah game. ."

"Game apa yang membuat kalian seperti ini?." - Kata Jian.

"Bu-bukan game seperti itu mah, maksud Sieno itu kami sedang bermain tukar peran kar. . ."

"Karena apa kalian seperti ini? Aneh-aneh saja." - Sahut Arka.

"Papa dengarkan dulu, Siena belum selesai bicara." - Ucap Siena kesal.

Jian dan Arka duduk di kursi dengan tatapan mata menginterogasi mereka berdua, bukan Arka lebih tepatnya Jian yang sedang menatap kedua anak mereka seperti itu. Sedangkan Arka, dia hanya berekspresi biasa saja menunggu penjelasan dari Siena dan Sieno.

"Jadi karena kami berdua sering bertengkar karena masalah ini dan itu, kami bersepakat bahwa hari ini kami bertukar peran sekaligus dengan penampilan kami." - Jelas Sieno.

"Selain itu agar kami berdua paham bagaimana rasanya menjadi orang lain, agar kami tidak hanya tau mengomentari tanpa tau rasanya jadi dirinya." - Tambah Siena.

"Dan saat usia kami 18 tahun kami akan mengakhiri permainan ini" - kata mereka kompak.

Jian masih mencermati apa yang dijelaskan oleh kedua anaknya ini, beda dengan Arka yang terlihat tersenyum.

"Baiklah, papa izinkan. Lagipula ide bagus bukan Jian? Agar mereka belajar menghargai dengan cara seperti ini, papa tidak masalah asal tidak melewati batas saja." - Ujar Arka, merangkul Sieno dan Siena.

'ini pasti ide dari orang lain, mana mungkin mereka berfikir sampai sejauh ini.' - batin Jian.

"Jian. .Jian. .Jian . .Jian . ." - Panggil Arka.

"Eh?" - Bingung Jian.

"Kenapa kamu melamun? Mereka dari tadi ingin minta izin agar kamu juga menyetujui permainan mereka ini."

"Hm, asal jangan melewati batas. Dan satu lagi, saat dirumah kalian gunakan pakaian kalian sendiri biarkan saja kebiasaan kalian yang tertukar asal pakaian tidak." - Ujar Jian

"Loh kenapa?" - Tanya mereka bertiga.

"Ukuran kalian itu berbeda! Jika ingin membeli baju baru, baju kalian masih layak pakai dilemari. Dan satu lagi, jangan sampai kalian menyimpang atau mama bunuh ditempat." Ancam Jian, kemudian Jian beranjak pergi dan berjalan menuju kamar pribadinya bersama Arka.

Sieno dan Siena sedikit ketakutan saat mamanya mengatakan kata bunuh ditempat, didukung oleh tatapan mata yang tajam seperti menguliti mereka, jikalau mereka melanggar peringatan Jian.

"Pa-papa, apa benar yang tadi itu adalah mama? K-kenapa terlihat seperti monster berdarah dingin?" - Tanya Siena.

"A-aku jadi takut untuk menjadi anak bandel, bukan tamparan atau gesper melainkan pisau atau benda tajam yang akan melayang ke arahku." - Sahut Sieno.

'Kalian betul tahu saja' - batin arka.

Arka sedikit merendahkan tubuhnya agar menyamai tinggi badan anaknya.

"Mama kalian akan marah jika kalian tidak menuruti perkataannya, lagipula mama kan mengatakan hal yang baik bukan hal buruk untuk kalian, jadi kalian harus menurut kepada mama yah." - Nasehat arka.

Sieno dan Siena mengangguk paham, dan mereka kembali ke aktifitas awal mereka.

.

.

.

_Disekolah_

Pagi harinya si kembar yang kini resmi bertukar peran akhirnya sampai disekolah mereka, banyak siswa/i berlalu-lalang melewati mereka yang kini berjalan di koridor kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Moment [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang