11. Panik

3.8K 333 13
                                    

Tay sedang berada di kampus untuk melakukan bimbingan skripsi bersama dosbingnya. Seharusnya pukul 10 namun sampai pukul 10.40 sang dosen belum juga datang. Apalagi siang pukul satu ia juga ada kelas.

Akhirnya dosennya mengkonfirmasi bahwa ia ada acara mendadak. Maka bimbingan akan dilakukan saat sore setelah selesai kelas. Padahal Tay selesai kelas pukul setengah lima petang.

Akhirnya ia menutuskan pergi ke kantin, mengisi perutnya yang mulai berbunyi.

Tay menaruh nampan berisi makanan serta minuman di meja. Lalu Arm dan Off datang.

"Oi peng, bukannya lo ada bimbingan?" tanya Off sambil mencomot gorengan Tay.

"Anjir lo main nyomot aja. Iya harusnya bimbingan, tapi dosennya ada acara mendadak, diundur sampe nanti sore habis kelas. Padahal bisa aja nih ya bimbingan terakhir gue sebelum sidang." Ujar Tay.

"Ha ha ha, oh iya nanti kita ada kelas bareng kan?" ucap Arm.

"Ho'oh, ada dua kelas kan kita bareng?"

"Yoi."

°^°

Tay keluar kelas dan segera menuju ruangan dosen pembimbingnya. Tay mengetuk pintu ruangan dosennya dan masuk.

"Permisi Pak."

"Oh Tay, sini masuk-masuk." Tay mengangguk lalu duduk di kursi depan dosennya.

"Maaf ya tadi saya ada tugas di luar."

"Iya pak ngga apa-apa."

Tay mengeluarkan hasil revisinya dan menyerahkannya pada dosen pembimbing.

"Ini Pak mohon di cek bab terakhir."

Sang Dosen dengan seksama membaca hasil revisi Tay sambil memegang pena dengan tinta merah. Tay juga deg-degan, dia harap ini adalah bimbingan terakhirnya.

Lalu ponselnya bergetar, ada pesan masuk. Diam-diam Tay membaca orang yang mengirim pesan, ternyata New.

hin 💙

|mas kamu dimana? kok belum pulang?

Mas masih bimbingan, harusnya tadi| pagi tapi diundur jadi sore
maaf ya tadi mas ngga ngabarin dulu|

|badannya pluem panas banget mas, aku takut

hah? badannya pluem panas? tungguin| bentar ya, mungkin bentar lagi selesai, nanti mas langsung pulang oke? jangan panik

|iya mas

Tay kembali memasukan ponselnya le saku celana. Perasaannya khawatir, wajahnya juga menampilkan bahwa dia sedang panik. Ini pertama kalinya Pluem sakit. Dia juga memikirkan perasaan New di rumah, pasti dia lebih khawatir.

Dosen Tay melihat ekspresi Tay dan bertanya.

"Tay kamu kenapa, kok sepertinya panik gitu?" Tanya sang dosen.

"Itu pak, suami saya kirim pesan kalau anak saya badannya panas." jawab Tay.

"Oh begitu, ya sudah kamu pulang saja, kasihan suamimu sendirian, apalagi kalian masih orang tua baru, ini semua sudah saya acc, kamu bisa ikut sidang." Ujar dosen Tay.

"Terimakasih pak, saya pamit dulu, selamat malam." setelah bersalaman dan pamit Tay berlari keluar.

Keadaan sedang hujan. Meskipun begitu ia tetap menerobos dan menuju mobilnya.

Tay sudah masuk ke mobil, bajunya lumayan basah, Ia melepas kaosnya dan mengganti dengan kaos yang ia bawa di dashboard mobil.

Tay menginjak pedal gas dan menjalankan mobilnya. 20 menit kemudian sampai di apartemen mereka.

Tay terus memencet tombol lift sampai terbuka. Tay menekan angka 6.

ting!

Pintu lift terbuka, Tay melangkahkan kakinya cepat menuju unit apartemennya. Dia memasukan password dan membuka pintu.

"Hin, Mas pulang" seru Tay sambil melepas sepatunya dan menaruh di rak.

"Mas?"

"Adek mana?" tanya Tay lalu memeluk New.

"Tidur mas, tapi tidurnya ngga nyenyak gitu, bentar-bentar bangun." jelas New.

"Ya udah kamu tenang ya? Mas mandi dulu." New mengangguk.

Tay meletakkan tasnya di kursi. Kemudian ia mandi untuk menyegarkan kembali kukit serta pikirannya. Saat mandi ia mendengar suara tangisan Pluem. Ia mempercepat acara mandinya dan segera menghampiri New.

"Sini sama mas aja." New mengangguk lalu memberikan Pluem ke lengan Tay.

"Adek, badannya ngga enak ya?" ucap Tay berbicara pada Pluem.

Tay menaruh Pluem dan melepas kaos yang ia pakai. Lalu ia mengangkat Pluem lagi dan menaruh di dadanya.

"Sakitnya pindahin ke ayah aja dek." ucap Tay sambil mengelus kepala hingga punggung Pluem.

"Kalo besok adek masih sakit bawa ke rumah sakit aja ya?" New mengangguk.

"Mas udah makan belum?" tanya New perhatian.

Tay menggeleng.

"Aku ambilin makan ya?" Tay mengangguk.

New kembali membawa sepiring nasi beserta lauk yang sudah ia masak tadi dan juga segelas air putih.

New menyuapkan nasi dan lauk ke mulut Tay. New paham kondisi, Pluem begitu dekat dengan ayahnya, malam jika tidak mendengar suara Tay atau di sentuh Tay dia tidak akan tidur, apalagi jika sakit seperti ini, pasti Pluem tidak mau lepas dengan ayahnya.

Setelah habis New menaruh piring di dapur dan mencucinya. Tay masih setia bersandar di headboard ranjangnya sambil mengelus Pluem.

"Hin, tau ngga?"

"Apa mas?"

"Mas udah bisa sidang. Skripsi mas tadi udah di acc."

"Beneran Mas? Syukurlah."

°°°

Pukul 12 malam pun Pluem belum tertidur dengan nyenyak. Hampir setiap jam dia terbangun.

Tay tetap membiarkan Pluem tidur di atas dadanya. Dia harap demam Pluem segera mereda.

"Mas tidur aja, besok mas ada kelas ngga?"

"Ngga apa-apa, mas besok ngga ada kelas."

"Ya udah,"

Akhirnya Pluem bisa tidur sampai pagi, meskipun harus di atas dada ayahnya.

°°°

jangan lupa vote ya..

The Vihokratana'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang