sambil dicek mulmed, utk backsound ceritanya..menurut saya lagu ini cocok banget buat Disty, itu tuh ost 7 manusia harimau, haha.semoga pada suka ^-^
happy reading..
______________________________________________________________________________________
Aku lagi duduk di kursiku di balik meja, tanpa bisa menghilangkan senyum di bibirku. Kerja sekarang jadi lebih menyenangkan bagiku. Gimana enggak? Mas Al udah setuju buat jadi pacarku. Walaupun aku tau mas Al masih menyimpan rasa buat kak Lala. Tapi dengan mengijinkan aku jadi pacarnya, setidaknya dia udah ngasih aku kesempatan buat ada di dekatnya, kan? Kesempatan untuk bisa membelokkan hatinya padaku. Kuharap aku mampu. Aku yakin bisa. Kenapa? Padahal tadinya aku sempat ragu dan bimbang melihat tatapan cinta di mata mas Al yang ditujukan untuk kak Lala itu. Ya, bagaimana caranya, aku seorang perempuan biasa yang dimata mas Al masih terkesan seperti anak-anak bisa menyaingi kak Lala di hatinya mas Al? Kak Lala yang jauh berbeda dariku. Yang dewasa, cantik dengan kesan Kaukasia pada wajahnya.
Tapi, walau bagaimanapun juga, kak Lala sudah menikah dan mas Al nggak mungkin menyempil di antara kak Lala dan mas Ando, kan?
Dan, tak bisa dipungkiri, aku berani mengambil langkah karena seseorang. Siapa agi kalau bukan satu-aatunya teman dekatku saat ini? Stefan.
Flashback on
"Stefan..." ucapku saat Stefan akhirnya menjawab panggilan telepon dariku minggu pagi ini.
"Hei, ada apa?"
Bahkan hanya dengan mendengar sepatah kata dariku saja dia sudah mengerti ada yang salah denganku.
"Aku perlu pundakmu..." ucapku pelan
"Dia diam sejenak sebelum kemudian berucap, "Bersiaplah, kujemput sekarang," ucapnya.
"Aku ke apartemenmu aja kalo kamu lagi di apartemen," balasku.
"Oke. Kutunggu..." ucapnya lalu mematikan sambungan.
Dan aku mengambil taksi terdekat dari rumah kos menuju gedung apartemen Stefan. Dia memang pernah ngasih alamatnya ke aku waktu itu.
Aku sampai di lantai 5 dan mengetuk pintu itu beberapa kali sampai Stefan membukanya.
Dia tersenyum sambil menahan pintu itu.
"Hai," sapanya padaku.
Aku menyodorkan plastik berisi makanan padanya. Walaupun keadaanku lagi ngenes, nggak sopan donk datang dengan tangan kosong. Secara dia bujang yang tinggal sendirian, pasti makanannya nggak sehat deh.
"Repot-repot," ucapnya, masih sambil senyum.
"Aku masuk, ya?" tanyaku karena dia nggak juga mempersilakanku masuk setelah mengambil bungkusan di tanganku.
Dia mengangguk dan menggiringku masuk. Dan meletakkan bungkusan tadi di atas meja ruang tamunya.
"Wajahmu kusut. Perlu kusetrika?" tanyanya, mendekatkan wajahnya padaku sambil menaikkan sebelah alisnya yang membuatku mendaratkan tanganku pada wajah itu dan mendorongnya menjauh dariku.
"Something comes up. Kamu bisa jelaskan?" tanyaku, duduk di sofa ruang tamunya.
"Apa?" tanyanya sambil berdiri di hadapanku.
Aku menghela napas.
"Coba cerita sama aku, kenapa kamu nggak mengejar cewek yang kamu sukai itu?" tanyaku, mengingat kembali saat-saat kami berbagi cerita. Dia memang cerita ke aku, kalau dulu itu dia pernah suka sama seorang perempuan yang udah lama banget dia kenal. Tapi di tengah jalan, bahkan sebelum berjuang apapun, dia sudah menyerah. Dan waktu itu dia belum menjelaskan alasannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Match!
RomanceKetika Rivaldo Diwangkara -CEO tampan yang masih gagal move on dari adik iparnya sendiri- bertemu dengan Kania Radisty, gadis muda yang gigih mengejar cintanya.