nuansa bening buat backsound pov nya mas Al ^-^
happy reading..
______________________________________________________________________________________
"Kamu benar-benar jatuh cinta. Ya, kan?"
Pertanyaan Via membuatku mengalihkan perhatian dari berkas yang sejak tadi kutekuni. Bahkan tak kuabaikan meskipun Via masuk ke ruanganku tadi. Kenapa tiba-tiba dia berbicara hal seperti itu?
"Kamu membicarakan apa, sih?" tanyaku.
Wanita itu tersenyum, mendekati meja kerjaku, membungkuk dan menopang wajah dengan kedua tangannya.
"Kamu jatuh cinta, Al. Sama pacarmu itu..." ucapnya.
"Tentu saja, karena itulah kami pacaran, kan?" tanyaku balik.
Dia menggeleng dengan senyuman penuh arti.
"Ando cerita ke aku, bahwa Disty yang nembak kamu. Dan bahkan kamu nggak tau gimana perasaanmu sama dia. Tapi yang kulihat saat ini, kamu benar-benar sudah jatuh cinta, Al..."
Aku? Jatuh cinta? Pada Disty?
"Bagaimana kamu bisa bilang begitu?" tanyaku.
Dia menegakkan tubuhnya dan mengambil posisi duduk yang nyaman di sofa, yang membuatku ikut menghampirinya.
"Kamu keliatan lebih tampan sekarang, Al. Kamu lebih peduli terhadap penampilanmu. Dan kamu sekarang update dengan gadget terbaru. Itu sama sekali nggak seperti kamu. Dan apa kamu udah berkaca akhir-akhir ini? Kamu selalu keliatan bahagia, Al..."
Aku terdiam dan perlahan menyadari, bahwa belakangan ini aku memang seringkali kesulitan memadukan pakaianku, entah kenapa aku selalu merasa ingin terlihat lebih keren saat ke kantor. Saat dimana aku akan menghabiskan banyak waktu dengan Disty.
"Kamu masih menyangkal hatimu, ya? Ayolah, Al, apa yang kamu takutkan?" tanyanya.
Padahal cinta itu memang menakutkan. Seperti jatuh cinta pada adik iparmu sendiri misalnya.
"Aku tak yakin, Vi..." jawabku akhirnya.
Memang aku seringkali kesulitan untuk berbohong pada wanita ini. Sejak dulu, dialah tempatku berkeluh kesah. Kecuali jika masalahku menyangkut dirinya tentu saja. Tentang cintaku yang bertepuk sebelah tangan.
"Aku ingin tanya padamu. Apa dulu kamu benar-benar menyukaiku?" tanyanya lagi.
Aku tercenung memandangi wajah itu.
Tentu saja. Bukankah aku mencintainya selama bertahun-tahun? Tapi aku tak bisa memberikan jawaban padanya. Bukankah pertanyaan itu bahkan terdengar tidak sopan?
"Itu masa lalu, Vi..." jawabku.
Via tersenyum.
"Itu baru Al yang kukenal. Tapi kenapa Ando nggak percaya padamu, ya? Dia kelihatannya masih sering merasa bersalah karena merasa telah merebutku darimu..."
"Merebut apanya? Kita bahkan tak punya hubungan apapun..." sahutku.
"Ada, Al. Kita sahabat. Dan kamu selalu menyayangiku sebagai sahabatmu. Tapi cinta? Tidak, Al, itu bukan cinta. Kamu nggak pernah jatuh cinta padaku..."
Sekali lagi aku tercenung mendengar kalimat Via. Bagaimana bisa dia merasa lebih tau tentang perasaanku ketimbang aku sendiri?
"Jatuh cinta adalah saat jantungmu berdetak dengan cara yang berbeda saat dia ada di dekatmu. Terkadang bernafaspun sulit saat kamu melihatnya. Tapi entah bagaimana, kamu ingin dia selalu ada dalam jarak pandangmu. Cinta sulit dimengerti tapi bisa dirasakan. Begitulah cinta, Al. Ya, sebenarnya masih banyak definisi lain yang tak perlu kusebutkan padamu. Tapi aku merasakannya bersama Ando. Coba kamu pikirkan, apa kamu pernah merasakan hal-hal semacam itu saat kamu bersamaku?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Match!
RomanceKetika Rivaldo Diwangkara -CEO tampan yang masih gagal move on dari adik iparnya sendiri- bertemu dengan Kania Radisty, gadis muda yang gigih mengejar cintanya.