si Stefan numpang eksis yaaaa, hehe ^-^
happy reading..
______________________________________________________________________________
Aku ingat saat pertemuan pertamaku dengan wanita yang sekarang sudah mengambil alih pekerjaanku itu, dan juga melemparku ke lantai lima. Pertemuan pertama itu sudah mengingatkanku pada seseorang yang sekian lama kukenal, yang sama galaknya dengan gadis itu. Disty, Disty... Entah sudah keberapa kalinya aku melihat sosok itu seperti hidup dalam dirimu.
Wanita yang kubicarakan adalah seorang yang sudah kukenal sejak lama. Teman sepermainanku sejak kecil. Dan entah sejak kapan pula aku telah jatuh cinta padanya. Pada seorang wanita yang bahkan akulah yang mengajarinya berbahasa Indonesia, mengingat ibunya yang memang orang Kanada, dan ayahnya yang orang Indonesia sibuk bekerja, sehingga hanya punya sedikit waktu membiasakan bahasa Indonesia padanya.
Tapi beberapa tahun ini aku memang tak bertemu dia lagi. Bahkan mungkin perlahan aku mulai melupakan cintaku yang tak kesampaian itu. Setelah dia pergi menjauh dari hidupku.
Dan pertemuan dengan seorang wanita bernama Kania Radisty waktu itu membuat sosok itu hidup kembali dalam ingatanku. Cara bicaranya, raut wajahnya, bahkan juga cara berpakaiannya. Hal itu membuatku merasa nyaman berada di dekat Disty. Seakan aku telah mengenalnya begitu lama. Hanya bersama Disty, aku yang dikenal dingin bahkan cenderung beku bisa bersikap hangat.
Lama kelamaan, kurasa aku menyukai gadis itu. Mungkin aku jatuh cinta padanya. Tapi aku tau sekali lagi aku harus patah hati. Karena pada kenyataannya, Disty yang kutemui bahkan di hari pertama itu, sudah menyimpan rasa yang indah untuk bosku. Ya, memangnya aku bisa apa?
Tapi aku tetap senang bisa berada di sisinya. Mendengar segala macam cerita darinya. Menjadi satu-satunya teman untuknya, juga tempatnya berkeluh kesah. Walaupun dia tak ingin menggandeng tanganku, aku tak keberatan berjalan di belakangnya. Aku memang tak mudah jatuh cinta, bahkan tak mudah berteman. Jadi hubungan spesialku dengan Disty ini cukup kusyukuri.
Seperti saat ini, saat dia menghabiskan waktu bersamaku, menemaniku makan di salah satu restoran terdekat dari gedung kantor.
"Fan! Ayo, donk! Cerita tentang kehidupan kamu! Masa aku terus?" masih ngotot dia bertanya padaku. "Ayolah cepat! Ceritakan padaku pengalamanmu dalam percintaan!"
"Baiklah. Apa yang ingin kamu dengar?" tanyaku setelah meneguk habis minumanku.
"Ada yang kamu sukai, nggak?" tanyanya padaku.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. Haruskah kukatakan padanya bahwa aku menyukainya? Tapi, bahkan jika aku mengatakannya sekalipun, mungkin dia tak akan menganggapku serius.
"Atau cinta pertamamu, misalnya. Ayo, Fan, aku mau dengar! Kamu bahkan udah tau semua tentangku dan siapa yang aku sukai. Ayo donk, cerita..." sekali lagi dia mendesakku dengan tangan menarik-narik lenganku.
"Iya, tenang dulu baru aku cerita..." jawabku akhirnya.
Dan dengan tatapan senang dia memerhatikanku, yang mulai menceritakan apa yang tak pernah kuceritakan pada orang lain sebelumnya.
"Pertama kali aku jatuh cinta itu, aku tidak tau kapan, tapi sudah sangat lama..." ucapku.
Disty masih menunggu kelanjutan ceritaku dengan penuh harap, yang membuatku terkekeh melihat tingkahnya yang sangat kusukai itu.
Kuusap kepalanya dengan lembut.
"Gadis kecil. Dia masih gadis kecil saat itu, dan dia sangat cantik. Nggak kalah cantik darimu," ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Match!
RomanceKetika Rivaldo Diwangkara -CEO tampan yang masih gagal move on dari adik iparnya sendiri- bertemu dengan Kania Radisty, gadis muda yang gigih mengejar cintanya.