17. Disty: Bigger Love [END]

65.6K 2.2K 97
                                    

Ini bener-bener kayak mimpi yang jadi nyata. Bangun tidur aku bisa melihat mas Al yang memelukku dengan posesif. Aku baru ngerasain kalo jatuh cinta itu bener-bener indah. Mencintai dan dicintai itu rasanya sempurna. Walaupun kami belum bisa bener-bener nyempurnain cinta kami lewat penyatuan yang kayaknya udah didambain banget sama mas Al. Apa boleh buat, karena dia ngajakin nikahnya mendadak, ya gini jadinya. 

Tapi kalo dipikir-pikir lucu juga ya. Selama ini aku yang ngejar-ngejar mas Al. Bahkan aku yang duluan mencoba nyium mas Al. Tapi sekarang, dia yang menderita karena nggak bisa ngajakin aku ah-ih-uh. Mas Al, bikin tambah cinta. 

"Mas Al..." panggilku pelan. Jemarikupun ikut beraksi, menjelajahi wajah tampan mas Al. 

"Hmmm..." gumam suamiku itu, tapi tangannya malah semakin erat memeluk pinggangku. 

"Ini udah pagi. Bukannya masuk kerja?" tanyaku. 

Mata Mas Al keliatan mulai mengerjap perlahan. Dan dia melonggarkan pelukannya dariku. Kehilangan sih, tapi gimana donk. Mas Al kan mesti kerja. Aku? Jadi pengangguran. Stefan udah balik ke posisi asistennya mas Al. 

Hah, sekarang aku beneran tinggal jauh dari mama papa, yang langsung pulang ke Batam sehari setelah pernikahanku. Adikku yang di Jogja juga datang dengan tampang bengong kemarin. Bahkan Bang Kendra juga nggak percaya kalo Mas Al itu datang ngelamar aku. Tapi ya, ini artinya kami udah jodoh, kan? Walaupun kami sebenarnya sangat berbeda, bukan berarti kami nggak bisa jadi pasangan serasi. 

Sebuah kecupan yang mendarat di bibirku mengembalikanku dari pikiranku yang udah jauh melanglang buana. 

"Selamat pagi, sayang..." bisik Mas Al dengan suara serak. 

Aku senyum dan mengusap wajah Mas Al. 

"Pagi, mas... Mandi, ya. Aku bikinin sarapan..." 

Mas Al mengangguk, mendaratkan kecupan di keningku sebelum beranjak menuju kamar mandi. 

Aku juga ikutan bangun dan merapikan tempat tidur. Baru kemudian pergi ke dapur dan memasak sarapan untuk suamiku. 

Tak lama kemudian, Mas Al udah keluar dari kamar dengan pakaian kerjanya yang necis. Beneran suamiku itu ganteng banget. Baru bangun tidur aja udah ganteng banget. Apalagi baru habis mandi kayak gini. 

Aku berjalan mendekati mas Al dan merapikan kerah bajunya. Nggak bisa kutahan senyuman bahagia yang nangkring di wajahku. 

"Ada apa? Kok senyum-senyum?" tanya Mas Al. 

Aku tersenyum dan menggeleng. 

"Masih kayak mimpi aku tiba-tiba udah jadi istri Mas Al.." jawabku. 

Mas Al tersenyum dan menangkup wajahku dengna kedua tangannya. 

"Tapi nggak nyesel menikah cepat, kan?" tanya mas Al dengan mendekatkan wajahnya padaku. 

Aku menggeleng. 

"Bahagia banget malah, mas..." jawabku. 

Da sekali lagi, entah untuk keberapa kalinya, Mas Al mengecup bibirku dengan lembut. Perlahan melumat bibirku. Yang kembali membuatku merasakan ribuan kupu-kupu berkejaran di dalam perutku. 

"Sarapan, mas..." bisikku saat Mas Al menjauhkan sedikit wajahnya dariku. 

"Ini appetizer," ucap mas Al dengan telunjuk mengusap bibirku. "Manis dan membangkitkan selera," lanjutnya dengan senyum yang menawan. 

Aku memukul pelan dada mas Al. Ih, bikin malu aja, sih!? 

"Ayo kita sarapan, sayang..." mas Al meraih pinggangku dan membawaku menuju ruang makan. 

Perfect Match!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang