The Lethe
River of negligence.
"Wounds and sorrows are reciprocated in the same way, so is sin"
Disclaimer :Ini hanyalah cerita fiksi yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan sejarah suatu daerah, negara ataupun kehidupan asli si visual. Konflik yang ada pada cerita ini murni imajinasi pengarang.
Kesamaan nama suatu tempat atau orang yang ada di cerita ini semata-mata hanya dimaksudkan untuk mendukung jalannya cerita dan tidak berkaitan langsung.
.
.
.Dua tahun yang lalu.
Menjelang senja, ketika samar-samar binarnya semakin meredup dan tenggelam di akanan barat dengan semilir angin yang begitu bergerilya menerbangkan kelopak bunga Camelia dan Azalea itu dengan baik, nyatanya Bae Yunhee masih menyesap puntung sigaret miliknya dari balik kursi Kafe di pinggiran kota Seoul. Termenung kosong, sepasang iris yang kilau dan pesonanya seperti danau Emerald itu, hanya mengembuskan napas kasarnya. Menelan ludahnya singkat, sebelum tatapan datarnya teralih.
Hidup mapan, cantik, dan anggun adalah deskripsi singkat seorang Yunhee. Dia adalah pengusaha muda, sekaligus ketua geng the Bae Elite—geng terbesar di ibukota negeri ginseng yang suka membuat ulah.
Pandangannya berpindah, kala menemukan pria bertopi hitam dengan jaket denim hijau tua yang baru saja masuk ke Kafe dan hendak memilih tempat. Ia hafal betul siapa pribadi itu.
Ryu Namjoon.
Jaksa di pengadilan negeri Ilsan. Tatapan dan suara itu selalu teralun dingin di rungu Yunhee, tapi itu malah jadi hal yang menarik bagi seorang nona Bae. Sadar tak sadar, ia jatuh cinta. Jatuh dalam pesona seorang Ryu.
"Oh, jaksa Ryu. Lama tidak bertemu." ucap Yunhee hingga membuat langkah Namjoon terhenti sambil tersenyum tipis dan setelahnya menyesap sigaretnya lagi hingga kepulan asap itu menutupi sebagian wajah cantiknya.
Sekilas membenarkan dress biru tuanya yang terlihat tipis dan seksi, Yunhee kembali menatap Namjoon yang masih berada di hadapannya. "Mau kasus baru? aku bisa memberikannya padamu." tambahnya.
Ryu hanya terdiam, enggan berucap. Hanya mengangkat sebelah alisnya dengan air muka tak terartikan. Tersenyum singkat hingga lesung pipitnya hadir, sebelum berucap. "Tidak perlu. Aku tidak memilki banyak waktu luang, nona Bae. Dan tolong jangan bermain-main denganku."
Yunhee hanya menyeringai, dengan wajah tenangnya. "Bukankah kau tahu jika aku suka bermain-main, jaksa Ryu?"
"Kenapa, apa kau takut?"
Namjoon mengeleng cepat, lantas mengulum senyum tipisnya lagi. " Tentu saja tidak. Mari bermain lagi, Hee-ya. Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja."
Yunhee mendekat, lantas menarik jaket pria Ryu, hingga refleks tubuhnya ikut mendekat juga. Pemilik surai legam yang sedikit basah itu langsung terdiam kembali. Deru napasnya masih terlihat tenang, walaupun itu terasa berbanding terbalik dengan pacuan debarnya.
"Jangan tunjukkan senyum semanis itu pada wanita lain, atau aku akan membunuhmu—Ryu Namjoon."
"Mari kita mulai permainan ini. Hanya kau dan aku. Jangan lupa, bahwa hanya ada satu pemenang di akhir. Entah itu kau atau aku."
"Jangan melewatkan ini karena itu sangat menyenangkan, Ryu-ssi."
Tangan Yunhee masih stagnan pada sebelah sisi jaket Namjoon, tak lama kemudian Namjoon sedikit mendudukkan dirinya di meja yang cukup tinggi itu dan langsung menarik pinggang Yunhee. Memandangnya lekat sebelum berucap. "Jadi hadiah apa yang kau berikan jika aku yang menang?"
Yunhee hanya tersenyum mendengar itu, wajahnya lantas mendekat ke sebelah rungu Namjoon dan berbisik disana. "Aku akan memberikan diriku. I will be yours, Mr Ryu."
[ ]
First short story yang ku-publish setelah sekian lama berdebu tak terurus. ini sebelumnya adalah oneshoot. Iya, konsep awalnya adalah oneshoot, lalu aku akhir-akhir ini berencana buat rombak alur dan karakter tokohnya dari awal dan jadilah ini. Chapternya juga gapanjang. Mungkin cuma
7-10 chapter.Semoga suka ya dengan kisah singkat ini. Kalau suka dan berkenan, jgn lupa tinggalkan jejak. Thankyou.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lethe ✔️
FanfictionSeteguh dan sekuat apa keyakinan itu berpijak di antara kerasnya batu, suatu saat pasti juga akan jatuh, atau mungkin tergelincir dan meragu. Kembali lagi, semuanya tidak ada yang pasti dan bertahan lama. Dunia punya porosnya sendiri, untuk selalu b...